Translate

Sabtu, 11 Oktober 2014

Hiper Atrofi Prostat

HIPER ATROFI PROSTAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
          Kelenjar prostat merupakan organ tubuh pria yang paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas. Dengan bertambahnya usia, kelenjar prostat juga mengalami pertumbuhan, sehingga menjadi lebih besar. Pada tahap usia tertentu banyak pria mengalami pembesaran prostat yang disertai gangguan buang air kecil. Gejala ini merupakan tanda awal Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). (Purnomo, 2008).Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut usia. Hiperplasia prostat sering terjadi pada pria diatas usia 50 tahun (50-79 tahun) dan menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang. Sebenarnya perubahan-perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan mikroskopik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar membesar) (Bustan,M.N. 2007).Dengan adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasinya dilakukan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi (Mansjoer, A. 2000). 
B. Rumusan Masalah                                                                                                    Rumusan masalah dalam makalah ini adalah ”Bagaimanakah Penyakit Hiper Atrofi Prostat?
          C. Tujuan

               1. Tujuan Umum
                         Untuk mengetahui tentang penyakit hiper atrofi prostat.                                                        
               2. Tujuan Khusus
                   a. Untuk mengetahui defenisi penyakit hiper atrofi prostat
                   b. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit hiper atrofi prostat
                   c. Untuk mengetahui etiologi/penyebab penyakit hiper atrofi prostat
                   d. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit hiper atrofi prostat
                   e. Untuk mengetahui gejala penyakit hiper atrofi prostat
                   f.  Untuk mengetahui komplikasi penyakit hiper atrofi prostat
                   g. Untuk mengetahui Pencegahan penyakit hiper atrofi prostat
                   h. Untuk mengetahui Pengobatan penyakit hiper atrofi prostat
                   i. Untuk mengetahui Penerapan Five Level Marketing pada hiper atrofi prostat
D.  Manfaat
  1. Manfaat  Teoritis, diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan instansi terkait dalam menentukan kebijakan dan perencanaan program penanggulangan masalah Hiper Atrofi Prostat.                         
  2. Manfaat Praktis, bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat, agar dapat menambah wawasan dalam ilmu   kesehatan  masyarakat dan bagi penulis, kiranya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan cakrawala berpikir dan mampu memberikan sumbangan pemikiran mengenai hiper atrofi prostat. 


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
           Prostat merupakan organ penting sistem reproduksi pada laki-laki. Posisi prostat terletak pada bagian perut bawah, yaitu di bawah kandung kemih dan mengelilingi saluran kemih. Prostat berfungsi untuk memproduksi enzim air mani dan melarutkan sperma yang dihasilkan oleh testis yang terletak di dalam kantung zakar agar sperma tetap sehat (Purnomo, 2008). Hipertropi adalah pembesaran atau pertumbuhan berlebih (overgrowth) suatu organ atau bagian badan karena pembesaran dari sel-sel yang membentuknya. Sehingga, Hiper Atrofi Prostat adalah pembesaran non kanker dari kelenjar prostat yang dapat membatasi aliran urin dari kandung kemih. Hiper Atrofi Prostat biasa dikenal dengan Benign prostatic hyperplasia (BPH). Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler,yang terletak disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm. (Bustan,M.N. 2007).


Gambar 1. Organ Reproduksi Pria

B. Epidemiologi
             Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 50 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun (Bustan,M.N. 2007).

C. Patofisiologi
          Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik. (Mansjoer, A. 2000).
          Menurut Mansjoer (2000) pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat.

D. Etiologi/Penyebab
              Adapun penyebab terjadinya hiper atrofi prostat adalah:
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut
2. Peranan dari growth faktor sebagai pemicu pertumbuhan stoma kelenjar prostat
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem.

E. Gejala
          Secara umum gejala hiperatrofi prostat adalah:
    1. Sulit untuk memulai berkemih
    2. Aliran kemih lemah dan kadang-kadang terhenti
    3. Kencing menetes sebelum dan setelah berkemih
    4. Sering merasa sangat ingin berkemih
    5. Rasa tidak puas setelah berkemih terasa kandung kemih.
       Gejala Klinis Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu
  • Gejala Obstruktif yaitu sulit untuk memulai kemih, aliran kemih lemah dan kadang-kadang terhenti, menetesnya urine pada akhir kencing, pancaran urin yang lemah, rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas
  • Gejala Iritasi yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan, penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari, dan nyeri pada waktu kencing
  F.   Faktor Risiko
1.  Umur
     Dimulai setelah 50 tahun dan setelah 80 tahun sudah sekitar 80% risiko
2.  Poligami
     Lebih banyak ditemukan pada lelaki beristeri lebih dari satu
3.  Makanan berhormon testosterone seperti daging kuda.
  G.   Komplikasi
       Apabila buli-buli menjadi dekompensasi akan terjadi retensi urine karena produksi terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urine sehingga tekanan intravisiko meningkat dapat menimbulkan hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal tercepat terjadi jika infeksi karena selalu terdapat sisa urine dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli. Batu ini dapat menambah keluahan iritasi dan menimbulkan hematuria serta dapat juga menimbulkan sistitis dan bila terjadi reflek dapat terjadi pyelonefritis. Pada waktu miksi pasien harus mengejan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan hernia atau hemoroid.
  H.   Pencegahan
            Suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran kelenjar prostat salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim yang berperan dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH), Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar (Purnomo, 2008). Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
  1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
  2. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai
  3. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
  4. Berolahraga secara rutin Pertahankan berat badan ideal (Purnomo, B. 200). Pola hidup sehat tentunya sangat berperan dalam hal ini cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung antioksidan yang penting bagi prostat, seperti tomat, avokad, dan kacang-kacangan. Perbanyak mengonsumsi kubis-kubisan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan, pria yang sering mengonsumsi kubis-kubisan kurang berisiko mendapatkan gangguan prostat. Sebagai upaya preventif, lakukan check-up secara rutin ke dokter untuk mengetahui adanya gangguan pada prostat. agar jika ditemukan gangguan pada prostat dapat segera diobati (Mansjoer, A. 2000).
   J.   Penatalaksanaan
         Menurut Smeltzer (2002), terapi untuk benigna hipertropi prostat (BPH) ada 2 macam yaitu konservatif dan operatif.     
  1. Konservatif. Terapi konservatif dilakukan bila terapi operasi tidak dapat dilakukan karena misalnya menolak operasi, mempunyai sakit jantung berat dan kontra indikasi operasi lainnya. Terapi konservatif yaitu mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar karena terjadinya atau adanya infeksi sekunder dengan peran antibiotic yakni: kateterisasi untuk mengurangi retensi urine, terapi medikamentosa (pemberian obat-obatan) seperti: prazosin, terazosin dosis 1 mg/hari, fitoterapi dan terapi laser
  2. Operatif. Operasi dilakukan apabila pernah obstruksi atau retensi berulang dan urine sisa lebih dari 50 cc. Operatif terdiri atas Prostatektomi terbuka dan Prostatektomi tertutup
K.     Five Level Marketing dalam Promkes
         1. Health promotion
               Tujuan : Untuk meminimalisir faktor risiko
               Cara : Pola hidup sehat
  1. Berolahraga secara rutin untuk mempertahankan berat badan ideal
  2. Mengkonsumsi makanan sumber antioksidan (Vitamin A, E, C) antioksidan berperan dalam mencegah pertumbuhan sel kanker. Vit.B1, B2 dan B6 dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehingga kerja ginjal dan organ lain tidak terlalu berat. Serta mengkonsumsi makanan kaya lycopene, dan
  3. Isoflavonoid.                                                                            
  4. Mengkonsumsi makanan sumber zink untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma
  5. Membatasi makanan kaya lemak hewa
  6. Mengurangi konsumsi kopi
  7. Kurangi minuman beralkohol 081355086732
         2. Health promotion
               Tujuan : Memperkecil faktor risiko terkena hiper atrofi prostat
  • Kateterisasi untuk mengurangi retensi urine
  • Terapi Medika Mentosa
  • Fototerapi
         3. Early Diagnostic
  • Check Up secara rutin untuk mengetahui adanya gangguan pada prostat
  • Pemeriksaan colok Dubur                                                  
  • Pemeriksaan Lab. Pemeriksaan darah yakni ureum, kratinin
  • Pemeriksaan pencitraan meliputi foto Polos Abdomen untuk mengetahui penyakit ikutan seperti batu saluran kemih, Ultrasonografi dan MRI atau CT Scan untuk melihat pembesaran prosta
  • Pemeriksaan lain meliputi uroflowmetri untuk mengukur laju pancaran urin, tekanan Pancaran urin.
  • Volume residu urin ditentukan dengan memasang kateter uretra.
                   4. Disabiliti Limitation (Pembatasan Kecacatan)
  • Konservatif. Terapi konservatif dilakukan bila terapi operasi tidak dapat dilakukan karena misalnya menolak operasi, mempunyai sakit jantung berat dan kontra indikasi operasi lainnya. Terapi konservatif yaitu mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar karena terjadinya atau adanya infeksi sekunder dengan peran antibiotic yakni: kateterisasi untuk mengurangi retensi urin, terapi medikamentosa (pemberian obat-obatan) seperti: prazosin, terazosin, kemudian Fitoterapi dan terapi laser
  • Operatif. Operasi dilakukan apabila pernah obstruksi atau retensi berulang dan urine sisa lebih dari 50 cc. Operatif terdiri atas prostatektomi terbuka dan prostatektomi tertutup
        5. Rehabilitation
  • Rehabilitasi Fisik yakni latihan mobilisasi sesudah operasi dan penyeimbangan nutrisi dan adaptasi gaya hidup untuk meningkatkan penyembuhan.
  • Rehabilitasi Mental yakni dukungan yang erat dari pasangan, keluarga,teman dan menghadiri konsultasi dokter secara reguler



BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan                
         Hiper Atrofi Prostat adalah pembesaran dari kelenjar prostat yang disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glandular dan interstitial yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan gangguan aliran urine. Hiper Atrofi Prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar dapat bertambah karena terjadi hiperplasia jaringan fibromuskuler dan struktur epitel kelenjar (jaringan dalam kelenjar prostat). Gejala dari pembesaran prostat ini terdiri dari gejala obstruksi dan gejala iritatif. Penatalaksanaan hiper atrofi prostat berupa terapi konvensional dan operatif.

B. Saran
              Dalam upaya pencegahan hiper atrofi prostat, penting untuk mengurangi makanan kaya lemak hewan,meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut), vitamin E,isoflavonoid (dalam produk kedelai), ,akan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari dan berolahraga secara rutin.


 DAFTAR PUSTAKA
Bustan,M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/benign-prostatic-hyperplasia-bph-pembesaran-prostat-jinak-ppj/. Diakses 28 Mei 2014.
Mahummad A., 2008., Benigna Prostate Hiperplasia., http://ababar.blogspot .com/2008/12/benigna-prostate-hyperplasia.html. Diakses 28 Mei 2014.

Purnomo, B. 2008. Hiperplasia prostat dalam: Dasar – dasar urologi., Edisi ke – 2. Jakarta:  Sagung Seto. 2003. p. 69 – 85

Adel. 2008, Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor : R. Syamsuhidajat, Wim De Jong, Edisi revisi : EGC ; Jakarta.

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2001. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC\

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. EGC: Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.