Translate

Senin, 13 Oktober 2014

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang 
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup  sehatnya.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan ibu dan anak yang selanjutnya disingkat KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN  mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam,telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayiserta pembinaan kesehatan akan di taman kanak-kanak
Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan. Angka kematian itu juga telah masuk menjadi target Millenium Development Goals (MDGs) nomor 5. Yaitu, meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu hingga 3/4 sampai tahun 2015. Selain itu, target dari MDGs 5 ini mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Keadaan ini masih sangat rendah dari target Milenium Development Goals (MDGs) yakni 102 pada tahun 2015. Tingginya angka kematian ibu, menjadi salah satu indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.
Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun. SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Demikian pula dengan penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, maka kami tertarik untuk mengetahui program kesehatan terkait dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
B.  Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang program kesehatan terkait dalam meningkatkan kesehatan ibu danan anak:

1.    Pemeliharaan Kesehatan pada Remaja Calon Ibu
2.    Perkawinan Sehat
3.    Keluarga Sehat
4.    Sistem Reproduksi dan Masalahnya
5.    Penyakit yang berpengaruh pada kehamilan dan persalinan serta  masalahnya
6.    Sikap dan Perilaku pada masa kehamilan dan persalinan
7.    Pemeliharaan dan Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil
8.    Pertolongan Persalinan di Rumah
9.    Asuhan Masa Nifas dan Pasca Persalinan
10. Rujukan

11. Akses Pelayanan Kesehatan Ibu

C.  Manfaat
1.   Bagi Institusi sebagai sumber informasi  untuk menentukan kebijakan dalam menangani permasalahan dalam kesehatan ibu dan anak.
2.   Bagi Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat, agar dapat menambah wawasan dan memperluas cakrawala berpikir khususnya tentang kesehatan ibu dan anak.
3.   Bagi masyarakat agar dan dapat mendukung program-program peningkatan kesehatan ibu dan anak.

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Kesehatan Ibu dan Anak
1.    Pengertian

Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan Balita, remaja, dan Lansia
2.    Tujuan
Tujuan asuhan kehamilan (antenatall care) adalah:
a.    Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
b.    Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
c.    Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan kebedahan
d.    Mempersiakan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
e.    Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan ttrauma seminimal mungkin
f.     Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
3.    Target
Target Kesehatan ibu dan anak adalah
a.    Target program adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat pada tahun 2014 dalam program gizi serta kesehatan ibu dan anak yaitu :
b.    Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.
c.    Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.
d.    Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
e.    Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 90% dan KN Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.
f.     Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%.
g.    Balita ditimbang berat badannya (jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar 85%).
h.    ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.
i.      Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium sebesar 90%.
j.      Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah sebesar 85% dan Balita usia 6-59 bulan mendapatkan Kapsul Vitamin A sebanyak 85%.
k.    Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi 0-11 bulan sebesar 90 %.
l.      Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN) UCI, sehingga desa dan kelurahan dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebanyak 100%.
m.   Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung terwujudnya Desa dan Kelurahan Siaga aktif sebesar 80%
B.   Program Kesehatan yang Terkait dalam Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak
1.    Pemeliharaan Kesehatan pada Remaja Calon Ibu
Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan individu merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagian besar sudah tidak menunjukkan sifat-sifat nasa kanak-kanaknya, tetapi belum juga menunjukkan sifat orang dewasa. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara  11 hingga 20 tahun.
            Masa remaja pada usia 18 tahun merupakan masa yang matang, sebagai peralihan masa kanak-kanak ke masa dewasa.  Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
a.    Sebagai periode penting perubahan sikap perilaku
b.    Periode peralihan
c.    Periode perubahan
d.    Masa mencari identitas
e.    Usia bermasalah
f.     Usia yang menimbulkan kesulitan
g.    Masa yang tidak realistik
h.    Ambang masa dewasa
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja
1.    Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja  awal yang dikenal masa storm dan stress.
2.    Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
3.    Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
4.    Perubahn nilai, dimana apa yang mereka anggap  penting pada  masa kanak-kanak menjadi kurang sudah mendekati dewasa.
Masalah-masalah yang dihadapi remaja dari yag bersifat fisik seperti anemia, maslah kegemukan, masalah mental, kejiwaan seperti gangguan belajar, masalah perilaku beresiko seperti merokok, hubungan seks pranikah hingga penyalah gunaan NAPZA dan terjangkit HIV/AIDS. Bila kita kaji lebih mendalam, maka periode remaja merupakan “window opportunity” periode waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai, norma dan kebiasaan yang baik agar tidak mengalami maslah kesehatan dikemudian hari, dan menjadi manusia dewasa yang sehat dan produktif. Pengetahuan yang harus dimiliki remaja tentang kesehatan reproduksi remaja antara lain tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi remaja, IMS/ISR, HIV/AIDS, penyalahgunaan NAPZA, komunikasi dan konseling pendidikan keterampilan hidup sehat/PKHS.
   Penyebab utama kematian pada perempuan atau remaja usia 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan dan komplikasi keguguran. Penduduk muda usia 15-24 tahun menderita penyakit menular seksual yang paling tinggi adalah komplikasi kehamilan, persalinan, abortus. Remaja usia 15-24 tahun menderita penyakit menular seksual sangat tinggi, termasuk HIV. Remaja merupakann transisi, pertumbuhan dan eksplorasi, sehingga apabila kurang mendaapat informasi tentang bagaimana cara melindungi kesehatan seksual mereka akan berakibat mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy), resiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan usia remaja organ reproduksi, biologis dan psikologis belum matang, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual dan HIV.
International conference on population and development (ICPD) pada tahun 1994, melakukan upaya untuk pengembangan program yang cocok untuk kebutuhann kesehatan reproduksi remaja, strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :
1)    Melakukan pengembangan layanan-layanan ramah bagi generasi muda
2)    Melibatkan generasi muda dalam perancangan, pelaksanaan dan evaluasi program
3)    Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan untuk dapat melayani kebutuhan dan memperhatikan kekhawatiran khusus bagi para remaja
4)    Mendorong munculnya upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukunng perkembangan remaja dan mendorong perilaku kesehatan yang positif
5)    Memudahkan latihan-latihan membangun keterampilan kedalam program-program yang ditujukan untuk remaja
Program-program yang dikembangkan bagi remaja dapat mendorong untuk pemberian  kesempatan bagi remaja untuk produktif secara sosial dan ekonomi. Jika hal ini dipadukan dengan adanya informasi dan pelayaanan kesehatan reproduksi akan memacu mereka untuk menunda aktifitas seksual remaja sehingga memberi dampak keputusan jangka panjang dalam merencanakan masa depan remaja. Remaja memerlukan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi tentang seksualitas, kontrasepsi, aktifitas seksual, aborsi, penyakit menular seksual dan gender.
Beberapa masalah pokok dalam pengembangan kesehatan reproduksi remaja adalah :
a)    Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam kesehatan reproduksi
b)    Melibatkan remaja pada aktifitas yang positif
c)    Pelayanan kinik yang ramah bagi remaja
d)    Memberikn informasi yang ramah bagi para remaja
e)    Kontrasepsi untuk remaja
f)     HIV dan PMS bagi remaja
g)    Memenuhi kebutuhan remaja sesuai tingkatan usia
h)   Kehamilan dini dan kehamilan tidak diinginkan
i)     Pendidikan seksualitas berbasis sekolah
j)      Mengembangkan keterampilan untuk menghadapi kehidupan
      Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi semua orang akan memberikan kontribusibesar terhadap pencapaian status kesehatan reproduksi masyarakat yang lebih baik. Dilain pihak, pelayanan kesehatan reproduksi belum menyentuh sebagian besar remaja sehingg status kesehatan reproduksi remaja relatif rendah. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan petugas kesehatan diharakan memahami permasalah-permasalahan kesehatan reproduksi remaja sehingga mempunyai kepedulian terhadap kesehatan reproduksi remaja (KRR).
Untuk mengatasi masalah kesehatan remaja diperlukan pendekatan yang adolescent friendly, baik dalam menyampaikan informasi pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), yang diharapkan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah dan memenuhi kebutuhan remaja. Penyebaran informasi mengenai kesehatan remaja sangat diperlukan karena masalah kesehatan remaja belum cukup dipahami oleh berbagai pihak, maupun oleh remaja sendiri.
Rekomendasi ICPD untuk Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
International Conference on Population and Development (ICPD) atau yang disebut Konfrensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan mendorong Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengembangkan program yang tanggap terhadap masalah seksual dan reproduksi remaja. Berbagai negara juga direkomendasikan agar berupaya menghilangkan hambatan hukum, hambatan peraturan dan hambatan sosial atas informasi dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja. Pelayanan dan kegiatan penting yang digaris bawahi, termasuk
1.   Informasi dan konseling KB;
2.   Pelayanan klinis bagi remaja yang aktif secara seksual
3.   Pelayanan bagi remaja yang melahirkan dan remaja dengan anaknya;
4.   Konseling yang berkaitan dengan hubungan antar jender, kekerasan, perilaku seksual yang bertanggung-jawab, dan penyakit menular seksual; dan
5.   Pencegahan dan perawatan terhadap penganiayaan seksual (sexual abuse) dan hubungan seksual sedarah (incest).


2.    Perkawinan yang Sehat
     Perkawinan adalah merupakan ikatan yang suci, yang dibangun dengan bertujuan untuk :
a.    Meneruskan keturunan atau melangsungkan reproduksi
  1. Membentuk generasi yang berkualitas
  2. Mencapai kebahagiaan
  3. Merupakan bagian dari ajaran agama
  4. Menjadi dasar untuk membentuk keluarga yang sehat
             Perkawinan yang sehat memenuhi kriteria  umur calon pasangan suami isteri ketika akan melangsungkan perkawinan adalah memenuhi umur kurun waktu reproduksi sehat, yaitu umur 20-35 tahun, terutama untuk calon istri atau calon ibu, karena hal ini berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita.
            Secara biologis organ reproduksi sudah cukup matang apabila terjadi proses reproduksi obstetri, yaitu kehamilan, persalinan, nifas, menyusui. Secara psikologis pada kisaran umur tersebut. Wanita mempunyai kematangan mental yang cukup memadai untuk menjadi ibu dan dan membina perkawinan yang sehat, mampu menjadi interaksi dangan keluarga dan masyarakat. Secara sosial demografi pada kelompok umur tersebut, wanita karir, sehingga dapat menjadi salah satu modalitas membina perkawinan dalam aspek sosial, ekonomi. Perkawinan sehat memenuhi kaidah kesiapan pasangan suami istri dalam aspek biopsikososial, ekonomi dan spiritual. Perkawinan yang sehat juga didasari landasan agama sebagai dasar spiritual rumah tangga. Secara komprehensif perkawinan yang sehat akan membentuk kebahagiaan lahir dan batin.
3.    Keluarga Sehat
Keluarga terdiri pasangan suami isteri yang sah dan anak. Hal ini merupakan penegertian dari keluarga inti (nueclear family). Adapun cakupan pengertian keluarga secara luas adalah keluarga terdiri dari pasangan suami istri yang sah, anak serta anggota keluarga yang lain yang tinggal didalam keluarga tersebut. Hal ini disebu juga keluarga dalam arti lebih luas atau extended family. Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu-individu yang sehat dalam keluarga tersebut.
Dilihat dari aspek kesehatan reproduksi ada beberapa fase dalam keluarga.
a.    Fase menunda atau mencegah kehamilan bagi pasangan suami isteri dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda atau mencegah kehamilan adalah umur kurang dari 20  tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dahulu, karena organ reproduksi belum matang, sehingga resiko penyulit atau komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas sangat tinggi.
b.    Fase menjarangkan kehamilan pada periode usia isteri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun
c.    Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan adalah periode usia isteri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak, karena jika terjadi kehamilan, persalinan pada periode ini, ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi seperti obstetri, misalnya perdarahan, pre-eklampsi, eklampsi, persalinan lama, atonia uteri dan lain-lain. Pada usia yang lebih tua juga mempunyai resiko untuk terjadinya penyakit yang lain, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, keganasan dan kelainan metabolik biasanya meningkat.
Keluarga yang sehat membentuk masyarakat dan bangsa yang sehat dan generasi penerus bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
4.         Sistem Reproduksi dan Masalahnya
            Masalah kesehatan reproduksi mempunyai dampak yang sangat luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan, dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sehingga kesehatan sistem reproduksi sangat erat kaitannya dengan angka kematian ibu dan anakk. Indonesia mempunyai angka kematian ibu tertinggi diantara negara-negara ASEAN.
                   Kesehatan reproduksi di defenisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan dan semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (UNFPA,2001). Untuk kepentingan Indonesia saat ini , secara nasional telah di sepakati ada empat komponen proritas kesehatan reproduksi , yaitu :
a.  Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b.  Keluarga berencana
c.  Kesehatan reproduksi remaja
d. Pencegahan dan penanganan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
 1.  Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada PUS (pasangan  Usia Subur)
Pasangan Usia subur adalah pasangan yang sudah menikah,pasangan suami istri dimana kedua-duanya masih hidup dengan batas umur 15-49 tahun.(www.Google.com).
Pasangan usia subur (Pus) adalah pasangan suami istri berumur 15-49  tahun dari secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan telah haid atau istrinya berumur 50 tahun tetapi masih hamil (Hartono,2004).
a.    Pelayanan Kesehatan pada Catin.
Pelayanannya berupa:
1)    Pemeriksaan kesehatan kedua catin, agar salah satu/kedua catin tersebut menderita penyakit dapat diketahui sebelumnya.
2)    Apabila ternyata sakit agar segera berobat,sehingga pada saat pernikahan kedua catin benar-benar dalam keadaan sehat.
3)    Penjelasan tentang kesehatan dalam perkawinan, terutama yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, masa nifas dan KB. Misalnya anemia pada waktu hamil yang berdampak pada ibu dan bayinya.
4)    Pemberiaan imunisasi TT pada catin perempuan untuk mencegah tetanus pada bayi yang akan dilahirkannya.          
b.    Pelayanan Keluarga Berencana
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan keluarga berencana (KB) diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan KB bertujuan  menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup.
Kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Dengan demikian pelayanan KB sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
1.    Prioritaskan pelayanan KB  diberikan terutama kepada pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu” yaitu terlalu muda(< dari 20 thn), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan(< dari 2 thn), dan terlalu tua (> dari 35 thn).
2.    Tanggung jawab dalam kesetaraan ber-KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Sayanganya pada saat ini hanya 1,1% suami yang beradaptasi aktif dalam ber –KB, padahal tersedia juga alat/metode kontrasepsi untuk pria.
3.    Setiap Metode kontrasepsi mempunyai keuntungan dan kelemahan masing-masing.setiap klien berhak untuk mendapatkan informasi  mengenai hal ini,sehingga dapat mempertrimbangkan metode yang paling cocok bagi dirinya.
4.    Pelaksana pelayanan KB wajib memberikan  nasehat tentang metode yang paling cocok sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien akan lebih mudah menentukan pilihan.
5.    Klien juga harus diberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode kontrasepsi. Pelaksana pelayanan KB perlu melakukan skrining atau penyaringan melalui pemeriksaan fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontra indikasi dalam pemakaian metode yang akan dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju (Informed concent) dari klien.
c.    Penyakit kesehatan reproduksi tentang penyakit menular termasuk  HIV/AIDS.
       Penyakit menular seksual (PMS) merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) Yang ditularkan melalui hubungan kelamin. ISR adalah masuk dan berkembang-biaknya kuman penyebab infeksi ke dalam saluran reproduksi, kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit.
Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing. ISR pada perempuan juga sering tidak diketahui karena gejalanya kurang jelas dibandingan laki-laki.
Pada perempuan ISR dapat menyebabkan kehamilan diluar kandungan, kemaluan, kanker leher rahim, kelainan pada janin/bayi misalnya bayi berat  lahir rendah (BBLR), infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir belum cukup umur.
Cara penularan PMS, termasuk HIV/AIDS dapat melalui :
1.   Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vaginal, anal, maupun oral. Cara ini merupakan cara penularan utama (lebih dari 90%).
g.    Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS)         
h.    Melalui transfuse darah, suntikan atau kontak langsung dari cairan darah atau produk darah (sifilis dan HIV/AIDS)
            Cara Pencegahan PMS :
1.   Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang pasangan yang setia.
2.   Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual.
3.   Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual.
4.   Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS,misalnya borok pada alat kelamin atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada WUS (wanita usia subur):
*      a. Pelayanan kesehatan reproduksi pada masa remaja
          Dalam masa remaja di perlukan pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi keluarga, di samping mengatasi masalah yang ada. Perkembangan pengetahuan yang di perlukan remaja meliputi :
1)    Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
Pengembangan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secera fisik , kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya.
2)    Proses reproduksi yang bertanggung jawab
3)    Pergaulan yang sehat antara remaja laki – laki dan perempuan serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak di temukan . Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berprilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya.
4)    Persiapan pranikah
Informasi tentang hal ini di perlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarg
5)    Kehamilan dan persalinan , serta cara pencegahannya
   Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini  sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.
*    b. Pelayanan kesehatan reproduksi pada ibu hamil dan bersalin
1)  Pencatatan ibu hamil dalam kohort ibu seawal mungkin
2)  Pemeriksaan kehamilan sesering mungkin , dengan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu :
a. Satu kali pada umur kehamilan 1 – 3 bulan ( triwulan 1 )
b. Satu ali pada umur kehamilan 4 -6 bulan ( triwulan 2 )
c.  Dua kali pada umur kehamilan 7 – 9 bulan ( triwulan 3 )
d. Datang kapan saja apabila ada gangguan, atau  janin tidak bergerak dalam 12 jam
 3)  Pemberian iformasi tentang perkembangan kehamilan , nasehat tentang kesehatan kehamilan dan KB pasca persalinan , yang meliputi :
  a. Perawatan diri 
  b. Kebutuhan makanan , tablet tambah darah
  c  Penjelasan tentang kehamilan
 d.  Persiapan  persalinan
 e.  Tanda - tanda bahaya dan upaya pertolongannya                
 f.   KB pasca persalinan
4)  Pelayanan persalinan yang bersih dan aman ( tenaga kesehatan)
5)  Bimbingan persiapan menyusui dengan ASI eksklusif
        6) Pelayanan pasca persalinan termsuk konseling dan pelayanan KB
3.   Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Klimakterium/ Monopause
Klimakterium adalah keadaan wanita dengan perubahan dari kehidupan reproduksi aktif menjadi reproduksi tidak aktif, menstruasi mengalami perubahan tidak teratur dan terjadi penurunan reproduksi esterogen. Klimakterium mengacu pada periode klehidupan seorang wanita saat ia berpindah dari tahap reproduktif ke tahap tidak reproduktif, di sertai regresi fungsi ovarium .Klimakterium adalah suatu masa di mulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal masa senium ( usia lanjut ) , yaitu pada usia 45 -65 tahun.
Gejala menopause berupa :
1.    Gejala sindrom vasomotor, hot hushes mulai dari pipi terasa panas dan merah menjalar ke leher, tengkuk, dan dada bahkan seluruh badan.Di samping gejala hot hushes yang terdapat dalam gejala sindrom vasomotor juga ada gejala keringat malam serta gejala gangguan tidur
2.    Gejala psikkologi berupa merasa kurang menarik di depan suami dan perasaan murung tanpa sebab , mudah tersinggung ,mudah marah , dll
3.    Gejala fisik ,penurunan esterogen akan mempengaruhi semua organ sehingga menimbulkan gejala klinis.
Pelayanan kesehatan yang dapat di lakukan berupa :
1.     Memeberikan penjelasan tentang perubahan – perubahan yang terjadi
2.     Memberikan nasehat tentang nutrisi dan diet untuk kesehatan sendiri
3.     Menganjurkan pengkonsumsian makanan vegetarian sehingga tidak mengganggu fungsi alat pencernaan nya , orang tua memerlukan banyak serat dalam makanannya.
4.     Menghindari perubahan kejiwaan dengan keharmonisan keluarga dan saling pengertian
5.     Kemungkinan pemberian terapi hormonal dengan lebih dahulu berkonsultasi dengan dokter ahli.
6.     Melakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit seperti pap-smear,sadari , dll
4.    Pelayanan Kesehatan Dengan Deteksi Dini Kanker Sistem Reproduksi
Kanker system reproduksi meliputi kanker leher rahim , payudara , indung telur , rahim , dan alat kelamin perempuan .
Ciri-ciri yang perlu di curigai akan adanya kanker leher rahim :
1.    Adanya cairan vagina abnormal ( duh vagina )
2.    Perdarahan di waktu haid atau haid dengan perdarahan hebat
3.    Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
4.    Paritas tinggi dan di atas 30 tahun
Pemeriksaan pap smear :
Cara termudah untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim adalah melalui pemeriksaan pap smear yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan mengambil usapan sel dan lender leher rahim untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sel secara mikroskopis .
Untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim , di anjurkan kepada para wanita untuk melakukan pemeriksaan papsmear secara teratur , paling tidak sekali setiap tahun :
a. Pada umur berapapun pada usia subur
b. Telah berhubungan seks lebih dari 1 tahun
Ada atau tidak ada cairan vagina yang mencurigakan
Teknik pengambilan cairan untuk pap smear
*    1.   Bagian luar,  dapat langsung dengan kaca objeknya . Memakai lidi kapas dan selanjutnya di oleskan merata pada kaca objek. Memakai alat khusus dan selanjutnya di oleskan pada kaca obje
2.    Liang senggama ,liang senggama di buka dengan speculum cocor bebek sehingga mulut rahim tampak , kapas lidi atau alat khusus di pakai mengambil cairan dan selanjutnya di oleskan pada kaca objek.
3.    Setelah di oleskan pada kaca objek di keringkan, difiksasi dengan alkohol dan dikirimkan ke dokter ahli patologi untuk dicat dan diperiksa sebagaimana mestinya.
Pemeriksaan dengan cara IVA ( inspeksi visual asam asetat)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada sarana kesehatan sederhana dengan menggunakan asam asetat 3-5% ,caranya yaitu :
1.    Masukkan spekulum kedalam vagina klien
2.    Buka porsio ibu dan ambil kapas yang telah dibasahi asam asetat kemudian oleskan pada daerah porsio. Warna porsio yang normal adalah merah jambu, apabila terdapat bercak-bercak putih kemungkinan ada infeksi pada serviks ibu
Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker payudara
Berikut adalah cara sederhana untuk menentukan tumor payudara sedini mungkin. Cara ini dikenal dengan istilah yang merupakan singkatan dari SADARI (periksa payudara sendiri). Pemeriksaan terdiri dari atas 7 langkah berikut:
1)    Memperhatikan payudara melalui kaca, sementara kedua lengan lurus kebawah
2)    Memperhatikan payudara di depan kaca sementara kedua lengan diangkat lurus ke atas. Perhatikan apakah ada tarikan pada permukaan kulit
3)    Memijat daerah sekitar puting dengan perlahan untuk melihat apakah ada cairan abnormal yang keluar
4)    Berbaring dengan lengan kanan dibawah kepala sementara punggung kanan diganjal dengan bantal kecil, kemudian seluruh permukaan payudara kanan di raba dengan tiga pucuk jari tengah tangan kiri yang di harapkan
5)    Ketiga jari  tersebut di gerakkan memutar dengan tekanan lembut tapi mantap, dimulai dipinggir kemudian ke tengah (puting) dan kembali lagi dari pinggir dengan mengikuti putaran jarum jam
6)    Melakukan hal yang sama untuk payudara kir
7)    Memperhatikan secara khusus seperempat bagian payudara sebelah luar atas, baik kanan maupun kiri. Bagian tersebut paling sering mengandung tumor.Pemeriksaan ini dianjurkan untuk di lakukan secara teratur sekali sebulan setelah haid
5.    Penyakit yang Berpengaruh pada Kehamilan dan Pesalinan serta Masalahnya
Kondisi yang mempengaruhi kehamilan dibedakan menjadi 2 yaitu,
a.   Penyulit kehamilan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, merupakan penyulit yang terjadi hanya pada peristiwa kehamilan atau berhubungan kehamilan. Penyulit ini tidak akan terjadi pada wanita diluar kehamilan. Beberapa contoh penyulit yang berpengaruh terhadap kehamilan adalah hiperemesis gravidarum, kelaianan dalam waktu tenggang umur kehamilan, abortus, kehamilan pre term, ketubahn pecah dini, kehamilan ektopik, penyakit dan kelainan pada plasenta dan tali pusat, preeklampsia, eklampsia, perdarahan antepartum dan gemeli.
  1. Penyakit atau keadaan alat kandungan yang dapat mempengaruhi kehamilan. Beberapa penyakit mempunyai hubungan timbal balik terhadap peristiwa obsetrik kehamilan. Penyakit tersebut dapat memperberat kehamilan dan persalinan, demikian pula sebaliknya kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi atau mmemperberat penyakit pada ibu. Penyakit-penyakit  atau kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya: kelainan alat reproduksi, kehamilan dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit paru-paru, penyakit infeksi, penyakit endokrin (DM), Malaria dan penyakit jiwa dalam kehamilan.
Penyulit yang terjadi dalam persalinan adalah kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor yang dpat diperinci sebagai berikut :
1)    Kelainan power, merupakan kelainan kekuatan his dan tenaga mengejan. Beberapa contoh keadaan diamna his mengedan adalah  inersia uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengedan, salah pimpinan ibu kala II.
2)    Kelainan passage, kelainan jalan lahir
Contoh kelainan jalan lahir adalah kelainan bentuk panggul, kesempitan panggul, ketidakseimbangan sefalopelvik dan kelainan jalan lahir lunak.

3)    Kelainan passanger, kelainan isi dari kehamilan.
Contoh kelainan passanger adalah kelainan bentuk dan besar janin, misalnya anensefalus, hidrosephalus, makrosomia janin, kelainan presentasi (presentasi puncak kepala, presentasi muka, posisio oksipito posterior), dan kelainan letak janin (letak sungsang, letak melintang, letak mengolak, presentasi rangkap).
4)    Masalah psikologis ibu, terdapat lingkaran setan antara masalah psikologis ibu dengan his ibu bersalin. Ibu bersalin yang cemas, ketegangan meningkat, mempengaruhi kontraksi uterus, dapat terjadi his yang lemah atau jelek (inersia uteri), sehingga terjadi persalinan lama atau tidak maju.
5)    Tumor pada jalan lahir, dapat berupa: kelainan tulang pada jalan lahir, tumor yang berasal dari ovarium, dan tumor yang berasal dari vagina
6)    Penyulit pada kala III dan kalaIV persalinan berupa perdarahan postpartum, retensio plasenta, inversio uteri dan robekan jalan lahir
6.    Sikap dan Prilaku Pada Masa Kehamilan dan Persalinan

1.    Defenisi
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu dan semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis /tidak statis.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Setiap ibu hamil pasti mengalami perubahan perilaku karena disebabkan oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil pasangan harus benar-benar siap denagn segala perubahan yang akan terjadi nanti sama ibu, baik perubahan fisik maupun perilaku. Pasangan harus siap dalam berbagai hal termasuk menerima kehamilan,menjadi orang tua(ayah,ibu), dan mengalami perubahan perilaku selama kehamilan.
Sikap ibu hamil dan bersalin yang dipengaruhi oleh sosial budaya, kultur, dan lingkungan dikenal dengan mitos-mitos dalam kehamilan dan persalinan. Adakalanya mitos yang muncul bertentangan dengan konsep asuhan pada ibu hamil dan bersalin, ini merupakan mitos negatif yang merugikan atau membahayakan asuhan pada ibu hamil dan bersalin. Namun sebaliknya apabila mitos terkait denagn kehamilan dan persalinan tersebut menguntungkan dalam asuhan kebidanan ibu hamil dan bersalin, maka mitos tersebut dapat dilakukan oleh ibu. Mitos yang negatif atau membahayakan harus dihindari. Bidan harus melakukan upaya konseling pada ibu untuk memperbaiki sikap dan perilaku ibu. Beberapa mitos pada ibu hamil, contohnya: kenduri, mitoni, makan amis-amis, sawanen dan tidak boleh makan udang dll.
Beberapa contoh bentuk ibu hamil yang lain adalah mengenai tanggapan atau sikap ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan bagi ibu, akan membentuk perilaku yang positife mengenai perilaku yang positife mengenai perilaku pemeriksaan antenatal. Sikap ibu hamil yang positife tentang tanda bahaya akan membentuk perilaku yang positife mengenai perilaku yang positife untuk mencegah terjadinya bahaya dalam kehamilan dan persalinan. Sikap yang positife tentang pentingnya tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, akan membawa ibu pada perilaku yang positife untuk bersalin ditenaga kesehatan.
2.    Persiapan Sikap dan Prilaku Selama Kehamilan
1)    Persiapan menerima kehamilan
Persiapan penerimaan terhadap kehamilan dapat dibagi terjadi dalam 3 fase:
1.    Fase I(fase adaptasi).
Pada fase ini ibu mencoba beradaptasi dengan menerima kehamilannya dan mengasimilasikan status hamil kedalam gaya hidup. Respon wanita dalam menyambut kehamilan bervariasi, mulai dari perasaan gembira,tidak yakin,putus asa,bahkan ada yang syok.
2.    Fase II(fase penerimaan)
Pada fase ini ibu akan menerima tumbuhnya janin yang merupakan mahluk hidup lain yang berada dalam kandungan. Si ibu menyadari bahwa bayinya adalah mahluk yang terpisah dari dirinya, terlibat dalam hubungan ibu-anak yang memerlukan asuhan,serta membangun tanggung jawab dan kedekatan dengan janin. Siibu yang menerima kehamilan dengan senang, merasa lekat dengan bayinya dan menerima kenyataan. Ia merasa mendengar DJJ dan merasakan pergerakan anak sehingga ia menjadi lebih tenang dan sudah berfantasi tentang anaknya dan akan senang dengan anak kecil.
3.  Fase III
Pada fase ini ibu sudah merasa realitstis,mempersiapkan kelahiran,persiapan menjadi orang tua,berspekulasi mengenai jenis kelamin anak, dan keluarga berinteraksi dengan menempelakn telinga keperut ibu dan mengajak berbicara dengan janin.
2)        Persiapan menjadi orang tua
   Persiapan menjadi orang tua berarti menyiapakan untuk menjadi ayah dan menjadi ibu,impian permainan peran atau antisipasi persiapan emosional untuk bayi banyak terjadi pada minggu sebelum terjadi kelahiran dan petugas kesehatan mendengarkan dengan aktif agar dapat menentramkan hati ibu dan jika ada gangguan psikologis hebat rujuk untuk pengobatan yang tepat. Persiapan menjadi ibu terdiri dari tiga fase.
a)    Fase I, Menerima kenyataan biologis bahwa dirinya hamil
b)    Fase II, Menerima pertumbuhan janin sebagai suatu yang jelas dari dirinya dan ia berkata saya akan memiliki bayi dengan realitas penerimaan bayi(mendengar denyut jantung janin dan pergerakan janin). Ibu akan berkhayal atau memimpikan anaknya menjadi orang yang berharga dan menarik serta ia berusaha berkonsentrasi pada bayinya.
c)    Fase III, Persiapan realistis untuk kelahiran atau menjadi orang tua serta mengekspresikannya lebih dulu.
Persiapan menjadi ayah terdiri dari tiga fase:
a)    Fase I, Pemberitahuan terjadi beberapa jam/minnggu. Pada fase ini calon ayah dapat menerima keadaan bayi sebagai factor biologis dari kehamilan,ia membutuhkan dukungan bahwa ia akan menjadi ayah
b)     Fase II, Penerimaan, laki-laki meyadari bahwa ia akan mempunyai bayi, laki-laki tampak sadar akan rencana hidup dan gaya hidup.
c)    Fase III, perhatian, pada saat ini karakteristik ayah aktif terliabt dalam kehamilan dan hubungan denag anak, ia membutuhkan kedudukan bahwa ia tahu perannya selama persalinan dan ia menjadi kepala keluarga. Pada fase ini berkonsentrasi pada penglaman yang dimiliki pada wanita hamil dan dan meras hubungannya lebih baik dengan istri karena ia akan menjadi ayah dan dunia sekelilingnya menentukan peran bapak di masa datang.

3)    Perubahan-Perubahan perilaku selama kehamilan
Adapun beberapa perubahan-perubahan perilaku ibu selama kehamilan adlah sebafgai berikut:
a)    Cenderung malas atau sebaliknya rajin bekerja dan suka bersih-bersih. Sikap bermalasan bisa terjadi karena pada dasarnya ibu memang pemalas sehingga saat hamil bertambah malas akibat adanya perubahan hormonal.
b)    Lebih sensitive, Biasanya wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensiyif. Sedikit-sedikit tersinggung lalu marah. Apapun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya akan hilang. Bukan apa-apa, bila suami membalas kembali dengan kemarahan, bisa-bisa istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
c)    Cenderung minta perhatian lebih. Perilaku lain yang kerap mengganggu adalah istri tiba-tiba lebih manja dan selalalu ingin diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih,usahakan untuk menanyakan untuk menanyakan keadaan nya saat ini. Perhatikan yang diberikan suami walaupun sedikit bisa memicu tumbuhnya rasa aman yang baik untuk pertumbuhan janin..
d)    Mudah cemburu. Tidak jarang,sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang telat sedikit saja istri akan menanyakan hal macam-macam, Mungkin selain perubahan hormonal,istri pun mulai tidak percaya dengan penampilan fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya suami perlu menjelaskan dengan bijaksana bahwa keterlambatannya dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting dan bukan karena perselingkuhan.
e)    Hobi belanja. Kadang ibu yang sebelumnya tidak memiliki belanja menjadi gemar berbelanja setelah hamil. Kegemaran baru ibu hamil ini ,dikhawatirkan bisa menimbulkan konflik denagn pasangan, karena ibu dinilai egois dan boros membelanjakan keperluan yang tidak jelas.
f)     Tidak mau dekat-dekat suami. Ada ibu hamil yang merasa mual bila mencium bau suaminya. Dengan alsan itu,ia tidak mau tidur seranjang atau kalaupun tidur berbalikan badan. Hal ini bisa disebabkan oleh kominikasi antar pasangan yang terpendam. Dibawah sadar,mungkin ada kebiasaan suami yang tidak ibu sukai.
g)    Merasa sebal dan tidak ingin bertemu orang tua. Jika ini terjadi pada pasangan,maka pasangan perlu melihat kembali bagaimana hubungan pasangan dengan mertuanya selama ini. Apakah ada ketidakcocokan yang disebabkan mertua, seperti terlalu mengintervensi,terlalu cerewet,dan sebaginya.
h)   Marah-marah pada pasangan. Cenderung dipengaruhi temperemen ibu serta bagaimana kelancaran komunikasi dengan pasangan, Akibatnya sering kali hal sepele jadi menimbulkan konflik berkepanjangan
i)      Merasa cemburu atau curiga. Jiak sekali mungkin wajar, Namun kerap merasa curiga pada pasangan selagi ibu hamil tentu bukan hal yangs ehat. Penyebabnya bisa jadi berkaitan dengan masalah kepercayaan diri. Perubahan fisik semasa hamil membuat ibu merasa tidak cantik sehingga khawatir suami berpaling.
j)      Jika suka merokok atau kebiasaan buruk lainnya. Perilaku ini bisa karena keinginan ibu untuk coba-coba atau usaha mengatasi rasa tidak enak dan tidak nyaman semasa hamil. Jelas ini amat beresiko pada kehamilan dan juga janin.
4)    Penyebab perubahan prilaku pada ibu hamil
Perubahan perilaku pada ibu hamil merupakan hal yang wajar , karena produksi hormon estrogen nya sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid, perubahan hormonyang terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi psikis ibu hamil ,ada juga yang perilakunya tidak berubah, hal ini di sebabkan kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda, nah, daya tahan psikis di pengarfuhi oleh kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemeuan ibu untuk belajar menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut
5)    Penanganan terhadap adanya perubahan prilaku pada ibu hamil
Perubahan perilaku pada ibu hamil tidak akan mengganggu proses tumbuh kembang janin jika masih dalam batas normal. Namun ketika sudah melebihi batas kewajaran dapat mempengaruhi perkembangan janin. Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu tapi yang pasti waspadai, seperti jika ibu terlihat di landa kecemasan belebih atau stres tinggi sehingga dapat membahayakan janin. Contoh lainya sikap masa bodoh dengan kehamilanya atau kemarahan yang terjadi sering berubah menjadi amukan. Kondisi psikis yang terganggu akan berdampak buruk pada aktivitas fisiolpogis dalam diri ibu. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung,tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjer keringat dan sekresi asam lambung, di samping itu dapat pula memunculkan gejala fisik seperti letihlesu,gelisah,pening dan mual.
Semua dampak ini akhirnya akan merugikan pertmbuhan janin karena si kecil sudah dapat merasakan dan menunjukan stimulasi yang berasal dari luar dirinya,apalagi masa trimester pertama merupakan masa kritis menyangkut pembentuksan organ janin. Jika perubahan ini di tanggapi secara positif, kondisi ibu maupun janin akan lebih sehat.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang negatif .
1.    Selalu menjalin komunikasi. Di upayakan pada ibu hamil untuk tidak menutupi perubahan psikologis yang terjadi. Upayakan selalu mengomunikasikanya pada suami.
2.    Menyimak seputar informasi kehamilan. Berbagai informasi tentang kehamilan dapat di peroleh darikoran,televisi,majalah/tabloid,buku,dan lai sabagainya. Dengan mengetahui seputar kehamilan yang terjadi,ibu dapat lebih tenang menghadapi kehamilan. Ibupun menjadi tahu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.sebaliknya, jika tidak berupaya mencari tahu perubahan pada dirinya,tidak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis.
3.    Menlakukan kontrol secara teratur Menyimak seputar informasi kehamilan. Kontrol kehamilan dapat dilakukan pada petugas kesehatan seperti dokter dan bidan. Saat melakukan konsultasi,ibu dapat bertanya tentang perubahan psikis yang di alami. Biasanya, jika ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu konsultasi ke psikolog agar dapat membantu kestabilan emosinya
4.    Suami lebih perhatian pada istri. Prhatian yang di berikan oleh suami dapat membangun kestabila emosi ibu. Misalnya, ibu dapat meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.
5.    Perhatikan kesehatan. Tubuh yang sehat akan lebih kuat mengahadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa berwujud dengan berolahraga ringan dsan memperhatikan asuhan gizi. Hindari mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin sepetri makanan yang mengandung zat-zat adiktif, alkohol,rokok atau obat-obatan yang tidak di anjurkan bagi kehamilan.
6.    Tetap melakukan aktivitas. Sangat di ankurkan agar ibu mencari aktivitas yang dapat meredakan gejolak perubahan psikis. Aktivitas yang dapat di pilih misalnya jalan-jalan pagi hari atau main musik. Ibu yang aktif di luar rumah umumnya dapat mengatasi berbagai perubahan psikisnya dengan lebih baik.
7.    Relaksasi. Jika ingin mendapatkan perasaan yang lebih rileks, ibu dapat mendengarkan musik, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur nafas, dan teknik relaksasi lain.
7.    Pemeliharaan dan Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil 
Menurut SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390/100.000 kelahiran hidup, pada SDKI tahun 2002/2003 angka kematian ibu adalah 307/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya SDKI tahun 2007 angka kematian ibu adalah 248/100.000 kelahiran hidup. Namun penurunan AKI ini sangat lambat. Pada tahun 1990 WHO sudah meluncurkan strategi Making Pregnancy Sfer (MPS), salah satu program MPS adalah menempatkan safe motherfood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional maupun internasional. Sehingga salah satu upaya yang diselenggarakan untuk menurunkan AKI adalah melalui 4 pilar upaya safe motherfood, dengan intervesi yang dilakukan adalah:
  1. Mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya  keluarga berencana
  2. Mengrangi keungkinan seoarang perempuan hamil mengalami komplikasi obstetri dalam kehamilan dan memastikan bahwa komplikasi deteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai melalui pelayanan antenatal
  3. Persalinan yang bersih dan aman adalah memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keteramplian dan alat untuk memberi pertolongan persalinan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayan nifas bagi ibu dan bayi
  4. Mengurangi kemungkinan komlikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri esensial dasar (PONED) dan pelayanan obstetri esensial komprehensif (PONEK)
Kebijakan program kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikti 4 kali selama kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO , yaitu :
  1. Satu kali pada trimester pertama
  2. Satu kali pada trimester kedua
  3. Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan atau asuhan standar yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan adalah 10 T, yaitu:
  1. Timbang berat badan dan Tinggi Bada
  2. Ukur Tekanan darah
  3. Ukur Status Gizi
  4. Ukur Tinggi fundus uteri
  5. Menentukan Denyuj Jantung Janin
  6. Pemberian imunisasi TT l
  7. Pemberian Tablet besi selama kehamilan
  8. Pemeriksaan Laboratorium rutin/khusus
  9. Tata Laksana Kasus
  10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
      Selama kehamilan mempunyai kemungkinan untuk dapat  berkembang menjadi masalah atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Asuhan pada ibu hamil secara keseluruhan meliputi aspek-aspek berikut ini, yaitu :
  1. Mengupayakan kehamilan yang sehat
  2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan jika diperlukan
  3. Mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman
  4. Persiapan secara dini untuk melakukan rujukan, bila terjadi komplikasi
      Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500 mg adalah kebijakan program pelayanan antenatal dalam upaya untuk mencegah anemia dan untuk pertumbuhan otak bayi, sehingga mencegah kerusakan otak (neural tube). Sedangkan kebijakan imunisasi TT adalah dalam upaya pencegahan terjadinya  tetanus neonaturum. . Mengenai jadwal imunisasi adalah sebagai berikut:
8.    Pertolongan Persalinan di Rumah
                Banyak ibu senang melahirkan dirumah, hal ini disebabkan oleh beberapa factor yang terdiri dari :
1.    Mereka lebih memilih persalinan dirumah karena didukung oleh keluarga, dalam lingkungan yang dikenal, dimana mereka merasa memiliki kendali terhadap tubuhnya.
2.    Keadaan dilingkungan rumah sendiri menimbulkan rasa tenang dan tentram pada ibu yang akan melahirkan.
3.    Berdasarkan perbandingan dengan pengalaman melahirkan dirumah sakit, dalam lingkungan yang kurang memiliki sentuhan pribadi, dan penuh dengan peraturan serta staf yang sibuk.
9.    Kerugian Dari Pertolongan Persalinan Di Rumah
              Kerugian dari pertolongan persalinan dirumah ialah jika sewaktu melahirkan mendapatkan kesukaran maka pertolongan lebih lanjut tidak dapat diberikan dengan segera. Hal ini disebabkan tidak tersedianya alat-alat sehingga membutuhkan waktu lama sebelum tiba di rumah sakit.
              Contohnya, selama persalinan bayi mungkin mengalami tekanan yang menunjukkan diperlukan tindakan untuk melahirkannya, atau setelah lahir dia tidak dia tidak dapat bernafas dengan baik. Dirumah sakit, dua bahaya ini dapat ditangani dengan cepat karena fasilitas tersedia, yang mungkin tidak tersedia dirumah. Selain itu beberapa wanita mengalami perdarahan setelah kelahiran. Di rumah sakit, ini dapat ditangani dengan cepat, karena pembiasaan dan darah tersedia.
              Bahaya bagi bayi dengan resiko postpartum haemorrhage masih merupakan alasan utama mengapa lebih dari 30 tahun silam, kelahiran bayi di rumah digantikan dengan kelahiran di rumah sakit.
10. Indikasi Dilakukan Pertolongan Persalinan Dirumah
1.    Multipara, pada umumnya dianjurkan ibu yang baru pertama kalian akan bersalin, sebaiknya dirumah sakit atau diklinik bersalin. Bila pada waktu melahirkan bayi pertama itu tidak mengalami selalu kesulitan, barulah boleh melahirkan bayi berikutnya dirumah sendiri bila diinginkan.
2.    Selama melakukan Antenatal Care (ANC) tidak didapati adanya kelainan atau penyakit yang akan menyulitkan proses persalinan.
3.    Jauh dari tempat pelayanan kesehatan (pada pemukiman pedesaan).
11. Syarat-Syarat Dalam Pertolongan Persalinan Di Rumah
              Mengingat fungsi pertolongan persalinan yang sangat berat, yaitu merupakan pertolongan bayi dan jiwa ialah ibu dan anak, maka dalam melakukan pertolongan persalinan di rumah diperlukan pemenuhan persyaratan sebagai berikut :
        1.   Persiapan Penolong (Bidan)
a.    Kemampuan
                            Dalam bidang psikologi, kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan. Mengingat pentingnya dan resiko yang dihadapi, maka para bidan harus mempunyai kemampuan yang cukup besar, yaitu individu-individu yang cepat berfikir, cepat menganalisa, dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman.
b.    Keterampilan
                            Pekerjaan bidan adalah pekerjaan yang bersifat terlampir. Oleh karena itu, bidan harus memiliki keterampilan yang besar dalam segala perawatan, pertolongan dan persalinan.
c.    Kepribadian
                      Yang dimaksud dengan kepribadian adalah kesehatan jasmani dan rohani dalam segala aspek, yang merupakan organisasi yang dinamis yang selalu akan mengalami perubahan dan perkembangan, aspek-aspek tersebut ialah fisik, mental, sikap, emosi
 2.  Persiapan Alat
      a. Bila akan melahirkan di rumah diajutkan pasien untuk memilih kamar yang terbaik untuk bersalin
b.  Sediakan perlak kira-kira 1.5m sebagai alas tempat tidur bersalin
c.    Lampu yang cukup terang, kalau ternyata melahirkan pada malam hari
d.    2 baskom, 1 untuk cuci tangan dan 1 baskom yang berisi air hangat untnuk memandikan bayi
e.    Sabun cuci tangan dan sabun bayi
f.     Minyak adas, minyak kelapa untuk membersihkan lemak-lemak yang melekat pada tubuh bayi
g.    Alat-alat untuk menolong persalinan (set partus) yang harus dibawa oleh bidan seperti tensi meter, Stetoskop janin, Termometer,  Sarung tangan bedah, Gunting, Klum hemostatis arteri, Klem tali pusat,  Clemek plastic,  Kasa dab kapas, Dock, Jarum dan benang jahit, Naifoeder,  Setengah kocher,    Gunting benang, Alkohol, Obat-obatan yang akan diperlukan (oksitosin, antibiotika).  Semua alat yang dibawa oleh penolong (bidan) harus bersifat steril.
9.     Asuhan Masa Nifas dan Pasca Persalinan
a.    Defenisi
Masa nifas adalah masa antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intrapartum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil. Periode nifas berlangsung  sekitar 6 minggu atau 42 hari, merupakan masa krisis kehidupan ibu dan bayi.
Promosi kesehatan nifas dapat diberikan kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya. Ini diberikan untuk menambah pengetahuan ibu dan keluarga dalam menghadapi masa nifas, sehingga dalam masa nifas ini ibu dan keluarga siap dan tahu apa yang harus dilakukan dan tidak boleh di lakukan
b.    Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan asuhan masa  nifas adalah sebagai berikut:
1.    Untuk menjaga status kesehatan ibu baik secara fisik maupun psikologis.
2.    Memberi upaya promosi kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, kegiatan menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, dan perawatan bayi sehat.
3.    Memberi pelayanan KB
4.    Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, dan mengobati atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu serta bayinya
5.    Agar ibu mendapat cukup istirahat sehingga tubuh, fikiran, serta emosinya dapat kembali pulih setelah menjalani aktivitas fisik selama kehamilan dan persalinan.
6.    Mencegah infeksi yang dapat menghambat penyembuhan jarigan yang cedera.
Tabel 1. Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan
  Waktu
Asuhan
I
6-8 jam post partum
   Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
   Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
   Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II
6 hari post partum
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
   Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
   Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III
2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV
6 minggu post partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
  Memberikan konseling KB secara dini.


c.    Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1     Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2     Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3     Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4     Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
10. Sistem Rujukan
 Rujukan yaitu memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan apabila pada masa nifas terdapat penyulit tertentu dengan melibatkan  klien dan keluarga.
a.    Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatdaruratan  pada ibu nifas yang memerlukan konsultasi dan rujikan.
b.    Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas
c.    Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.    Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.    Membuat catatan dan laporan serta dokomentasi seluruh kejadian dan intervensi.
Jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit)
Rujukan dapat dilakukan bidan ke Puskesmas dengan fasilitas riwayat inap, rumah sakit bersalin, dan rumah sakit umum. Bidan harus mempunyai informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ke tempat rujukan. Salah satu hal faktor pendukung kematian ibu adalah  adanya 3 keterlambatan yaitu keterlambatan memutuskan untuk merujuk, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat ditangani di tempat rujukan.
Tujuan rujukan antara lain :
1.     Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.
2.     Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
3.     Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer (Muchtar, 1977).
4.     Memberikan pelayanan kesehatan pada penderita dengan tepat dan cepat.
5.     Menggunakan fasilitas kesehatan seefisien mungki
6.     Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan pada unit-unit kesehatan, sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut
Rujukan dan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan rujukan antara lain berupa :
a.    Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap.
b.    Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas
c.    Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.
d.    Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium dari unit kesehatan yang kecil ke unit kesehatan yang lebih mampu dam pengiriman hasil kembali kepada unit kesehatan yang mengiriminya.

Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara lain :
1)    Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi.
2)    Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah sakit yang lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan dan keterampilan.
Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara lain berupa :
1)    Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
2)    Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis .
Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat awam Indonesia adalah pemahaman tentang alur rujukan ini sangat rendah sehingga sebagian mereka tidak mendapatkan pelayanan yang sebagaimana mestinya. Masyarakat kebanyakan cenderung mengakses pelayanan kesehatant terdekat atau mungkin paling murah tanpa mempedulikan kompetensi institusi ataupun operator yang memberikan pelayanan. Hal ini merupakan salah satu akibat tidak berjalannya sistem kesehatan di Indonesia.
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua, dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri, namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer, maka tanggung jawab diserahkan ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya.
Faktor-faktor penyebab rujukan antara lain :
a.    Riwayat bedah sesar
b.   Perdarahan pervaginam
c.   Persalinan kurang bulan
d.   Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
e.   Ketuban pecah lebih dari 24 jam
f.    Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g.   Ikterus
h.   Anemia berat
i.    Tanda /gejala infeksi
j.    Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan
k.   Tinggi fundus 40 cm/lebih
l.    Gawat janin
m.  Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk
n.   Presentasi bukan belakang kepala
o.   Presentasi ganda (mejemuk)
p.   Kehamilan ganda (gemelli)
q.   Tali pusat menumbung
r.    Syok
11. Akses Pelayanan Kesehatan Ibu
Peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat  kurang mampu terus dilakukan. Sejak tahun 2005 melalui  penyediaan upaya jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat  miskin (askeskin) di puskesmas dan jaringannya serta rumah sakit kelas III. Pada tahun 2008 program tersebut dikembangkan melalui  program jaminan kesehatan kepada masyarakat (jamkesmas) dengan  sasaran seluruh penduduk miskin yang berobat ke puskesmas dan  jaringannya dilayani secara cuma-cuma, dan sasaran penduduk  miskin sebesar 76,4 juta orang untuk perawatan di rumah sakit kelas
Berd asarkan data SDKI-BPS tahun 2002—2003, alasan orang yang sakit tidak mau memanfaatkan  layanan kesehatan sebagian besar karena tidak mempunyai uang 34%), biaya transportasi mahal  (16%) dan kendala jarak (18%).  Dengan demikian, kepada kelompok tersebut perlu diberikan perlindungan melalui program jaminan kesehatan masyarakat.
Dengan adanya jaminan tersebut  diharapkan akses kelompok miskin  terhadap pelayanan kesehatan di  puskesmas dan RS kelas III dapat dijamin keberlangsungannya. Dengan menyadari pentingnya penanganan yang berkelanjutan  terhadap masalah kesehatan masyar akat miskin, Pemerintah tetap  berkomitmen menyelenggaraka n layanan dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program upaya kesehatan  perseorangan dan kesehatan masyarakat
 Kemudian saat ini pemerintah memperjuangkan berdirinya Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai dari pembuatan road map, anggaran dan peraturan pemerintah untuk pelaksanaan BPJS Kemenkes juga membangun berbagai fasilitas kesehatan, infrastruktur dan SDM , semua kita panggul secara bertahap dan dikembangkan. Jadi, kita bekerja secara profesional. Komisi IX DPR mendukung, cuma dalam pelaksanaan masih terlalu banyak pemangku kepentingan. Mulai dari buruh, pengusaha, DPR, pemerintah pusat dan daerah, rumah sakit serta asosiasi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan lain sebagainya.
Secara umum Program Kesehatan untuk Menurunkan angka kematian ibu dan anak

1.    Memeriksa kesehatan Ibu Hamil (ANC)
Pemeriksaan kehamilan sangatlah penting pada ibu hamil karena pada saat sering terjadi anemia, kekurangan gizi dan lain-lain. Akibat yang terjadi dari adanya komplikasi-komplikasi dapat dikurangi dengan diberikanya perawatan perinatal yang baik. Tetapi kondisi sosial ibu dan kehamilannya ini memang sedemikan rupa sehingga kunjungan pada perawatan perinatal seringkali dilupakan terlambat dengan tidak teratur.
Perlunya pemberian pendidikan tentang gizi, asupan tablet zat besi/vitamin. Komplikasi selama kehamilan. Peranannya adalah mengkaji memberitahu faktor-faktor resiko, mendeteksi dan menagani komplikasi.
2.    Mengamati Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Balita
Masalah gizi masih cukup rawan dibeberapa Indonesia.
Ruang Lingkup Kegiatan
b.      Memantau pertunbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan dipuskesmas atau posyandu. Indikator keberhasilan pemantauan status gizi balita ditulis di KMS.
  1. Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat. Pembentukan Makanan Tambahan (PMT).
  2. Pemberian vitamin A, tablet zat besi untuk hamil, susu. Pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi
  3. Memberikan Pelayanan KB pada Pasangan Usia Subur
3.    Tujuan menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu.
Ruang Lingkup Kegiatan
b.    Mengadakan penyuluhan Kb baik dipuskesmas dan posyandu/Pkk kegiatan penyuluhan ini adalah memberikan konseling untuk PUS.
c.    Menyediakan alat-alat kontrasepsi.
d.    Menjelaskan fungsi dan efek samping alat kontrasepsi
e.    Pengobatan Ibu dan Anak
4.    Tujuannya adalah memberi pengobatan dan perawatan dipuskesmas
Ruang Lingkup Kegiatan
b.      Menegakkan diagnose, memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat jalan atau pelayanan rawat tinggal di puskesmas.
c.       Mengirim (merujuk) penderita sesuai dengan jelas pelayanan yang di perlukan.
d.      Menyelenggarakan puskesmas keliling.
e.       Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak
Dalam pelayanan kesehatan reproduksi , program kesehatan ibu dan anak lebih di tujukan kepada upaya pergerakan pihak penerima layanan ( demam dan side) melalui pemberdayaan setiap keluarga dalam peningkatan pengetahuan sikap dan prilaku sehat dalam reproduksi , yang pada balitanya akan mempercepat penurunan tingkat kematian ibu dan bayi. Pelayanan terutama di tujukan kepada kelompok rentan dan tidak terjangkau , kurang gizi , kehamilan dengan sanitasi maupun fasilitasi kesehatan yang kurang memadai , sasaran pelayanan kita adalah mencakup remaja sebelum menikah  (catin) ,pasangan sebelum hamil , pelayanan selama hamil , waktu melahirkan dan sesudah melahirkan , termasuk pelayanan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2006).









BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini, kesimpulan yang dapat diambil yaitu

1.    Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
2.    Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya

B.   Saran
 Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari tentang kesehatan ibu dan anak, untuk Mendukung Upaya-Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2014. Diakses Tanggal 2 Oktober 2014
Ibrahim, S. 2011, Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta.
Iqbal.M.2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat:Konsep dan Aplikasi Dalam Kebidanan;Salemba Medika,Jakarta
Jannah, 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Andi Yogyakarta.
Manuaba, 2011. Pemeriksaan Kesehatan pada Ibu Hamil. Sentosa Cipta. Jakarta.
Maryunani. 2011.  Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Trans Info Media, Jakarta.
Notoadmodjo, S. 2008.Promosi Kesehatan Dan iLmu Perilaku;Rineka Cipta.Jakarta
Nugroho. 2011. Buku Ajar Obstetrik Untuk Mahasiswa Kebidanan. Nuha Medika,     Yogyakarta.
Puji.H..dkk. Hen.2009. Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan;Fitramaya,Jogjakarta.
Saifudin, AB. dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka.Jakarta.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com. Diakses Tanggal 2 Oktober 2014
Syafrudin,dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan;CV.Trans Info Media, Jakarta.
Wiknjosastro, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan. Penerbit EGC. Jakarta.