BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat
kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai
bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Berdasarkan UU No. 23
tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan ibu dan anak yang selanjutnya disingkat
KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan
bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
Kemandirian masyarakat
diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya
peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan
agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong
peningkatan peran serta masyarakat.
Upaya kesehatan Ibu dan
Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam
upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan
dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang
dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat
transportasi/ komunikasi (telepon genggam,telpon rumah), pendanaan, pendonor
darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.Dalam
pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayiserta pembinaan kesehatan akan di taman kanak-kanak
Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi
salah satu indikator yang digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan.
Angka kematian itu juga telah masuk menjadi target Millenium Development Goals
(MDGs) nomor 5. Yaitu, meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian
ibu hingga 3/4 sampai tahun 2015. Selain itu, target dari MDGs 5 ini mewujudkan
akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015.
Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencapai 228 per
100.000 kelahiran hidup. Keadaan ini masih sangat rendah dari target Milenium
Development Goals (MDGs) yakni 102 pada tahun 2015. Tingginya angka kematian ibu, menjadi salah
satu indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai
upaya perbaikan serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih
diperlukan berbagai dukungan.
Penyebab kematian ibu
terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya
dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai.
Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu
kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang
persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana
sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.
Usia kehamilan pertama
ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data Survei Kesehatan Ibu
dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di Indonesia
adalah 18 tahun. SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia Subur (PUS)
menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin
mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi
(unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab
utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Demikian pula dengan
penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi,
hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau
setelah persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai
pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya
adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar.
Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk
pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan,
tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut,
maka kami tertarik untuk mengetahui program kesehatan terkait dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang program kesehatan terkait
dalam meningkatkan kesehatan ibu danan anak:
1.
Pemeliharaan
Kesehatan pada Remaja Calon Ibu
2.
Perkawinan
Sehat
3.
Keluarga Sehat
4.
Sistem
Reproduksi dan Masalahnya
5.
Penyakit yang
berpengaruh pada kehamilan dan persalinan serta
masalahnya
6.
Sikap dan
Perilaku pada masa kehamilan dan persalinan
7.
Pemeliharaan
dan Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil
8.
Pertolongan Persalinan
di Rumah
9.
Asuhan Masa
Nifas dan Pasca Persalinan
10.
Rujukan
11. Akses Pelayanan Kesehatan Ibu
C.
Manfaat
1. Bagi Institusi sebagai sumber informasi untuk menentukan kebijakan dalam menangani
permasalahan dalam kesehatan ibu dan anak.
2. Bagi Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat,
agar dapat menambah wawasan dan memperluas cakrawala berpikir khususnya tentang
kesehatan ibu dan anak.
3. Bagi masyarakat agar dan dapat mendukung
program-program peningkatan kesehatan ibu dan anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pengertian
Kesehatan Ibu dan Anak
adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi
baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan Balita, remaja, dan
Lansia
2. Tujuan
Tujuan asuhan kehamilan
(antenatall care) adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan
atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan kebedahan
d. Mempersiakan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dengan ttrauma seminimal mungkin
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
3. Target
Target Kesehatan ibu dan anak adalah
a. Target program adalah meningkatnya ketersediaan
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat
pada tahun 2014 dalam program gizi serta kesehatan ibu dan anak yaitu :
b. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care
(K1) sebesar 100%.
c. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih sebesar 90%.
d. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
e. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan
neonatal pertama (KN1) sebesar 90% dan KN Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar
88%.
f. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%.
g. Balita ditimbang berat badannya (jumlah balita
ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar 85%).
h. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar
80%.
i. Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium
sebesar 90%.
j. Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah
sebesar 85% dan Balita usia 6-59 bulan mendapatkan Kapsul Vitamin A sebanyak
85%.
k. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi
0-11 bulan sebesar 90 %.
l. Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan
Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN) UCI, sehingga desa dan kelurahan dapat
mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebanyak 100%.
m. Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat dalam mendukung terwujudnya Desa dan Kelurahan Siaga aktif sebesar
80%
B.
Program Kesehatan yang Terkait dalam
Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pemeliharaan
Kesehatan pada Remaja Calon Ibu
Masa remaja ditinjau dari
rentang kehidupan individu merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagian besar sudah tidak menunjukkan
sifat-sifat nasa kanak-kanaknya, tetapi belum juga menunjukkan sifat orang
dewasa. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi
usia antara 11 hingga 20 tahun.
Masa
remaja pada usia 18 tahun merupakan masa yang matang, sebagai peralihan masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Sebagai periode penting perubahan sikap
perilaku
b. Periode peralihan
c. Periode perubahan
d. Masa mencari identitas
e. Usia bermasalah
f. Usia yang menimbulkan kesulitan
g. Masa yang tidak realistik
h. Ambang masa dewasa
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa
remaja
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat
pada masa remaja awal yang dikenal masa storm dan stress.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga
disertai kematangan seksual.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya
dan hubungan dengan orang lain.
4. Perubahn nilai, dimana apa yang mereka
anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang sudah mendekati
dewasa.
Masalah-masalah yang
dihadapi remaja dari yag bersifat fisik seperti anemia, maslah kegemukan,
masalah mental, kejiwaan seperti gangguan belajar, masalah perilaku beresiko
seperti merokok, hubungan seks pranikah hingga penyalah gunaan NAPZA dan
terjangkit HIV/AIDS. Bila kita kaji lebih mendalam, maka periode remaja
merupakan “window opportunity” periode waktu yang tepat untuk menanamkan
nilai-nilai, norma dan kebiasaan yang baik agar tidak mengalami maslah
kesehatan dikemudian hari, dan menjadi manusia dewasa yang sehat dan produktif.
Pengetahuan yang harus dimiliki remaja tentang kesehatan reproduksi remaja
antara lain tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi remaja, IMS/ISR,
HIV/AIDS, penyalahgunaan NAPZA, komunikasi dan konseling pendidikan
keterampilan hidup sehat/PKHS.
Penyebab utama kematian pada perempuan atau
remaja usia 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan dan komplikasi
keguguran. Penduduk muda usia 15-24 tahun menderita penyakit menular seksual
yang paling tinggi adalah komplikasi kehamilan, persalinan, abortus. Remaja
usia 15-24 tahun menderita penyakit menular seksual sangat tinggi, termasuk
HIV. Remaja merupakann transisi, pertumbuhan dan eksplorasi, sehingga apabila
kurang mendaapat informasi tentang bagaimana cara melindungi kesehatan seksual
mereka akan berakibat mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted
pregnancy), resiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan usia remaja organ
reproduksi, biologis dan psikologis belum matang, aborsi yang tidak aman,
penyakit menular seksual dan HIV.
International conference
on population and development (ICPD) pada tahun 1994, melakukan upaya untuk
pengembangan program yang cocok untuk kebutuhann kesehatan reproduksi remaja,
strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :
1) Melakukan pengembangan layanan-layanan ramah
bagi generasi muda
2) Melibatkan generasi muda dalam perancangan,
pelaksanaan dan evaluasi program
3) Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan untuk
dapat melayani kebutuhan dan memperhatikan kekhawatiran khusus bagi para remaja
4) Mendorong munculnya upaya-upaya advokasi
masyarakat untuk mendukunng perkembangan remaja dan mendorong perilaku
kesehatan yang positif
5) Memudahkan latihan-latihan membangun
keterampilan kedalam program-program yang ditujukan untuk remaja
Program-program yang dikembangkan
bagi remaja dapat mendorong untuk pemberian kesempatan bagi remaja untuk
produktif secara sosial dan ekonomi. Jika hal ini dipadukan dengan adanya
informasi dan pelayaanan kesehatan reproduksi akan memacu mereka untuk menunda
aktifitas seksual remaja sehingga memberi dampak keputusan jangka panjang dalam
merencanakan masa depan remaja. Remaja memerlukan pendidikan mengenai kesehatan
reproduksi tentang seksualitas, kontrasepsi, aktifitas seksual, aborsi,
penyakit menular seksual dan gender.
Beberapa masalah pokok
dalam pengembangan kesehatan reproduksi remaja adalah :
a) Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan
masyarakat dalam kesehatan reproduksi
b) Melibatkan remaja pada aktifitas yang positif
c) Pelayanan kinik yang ramah bagi remaja
d) Memberikn informasi yang ramah bagi para remaja
e) Kontrasepsi untuk remaja
f) HIV dan PMS bagi remaja
g) Memenuhi kebutuhan remaja sesuai tingkatan usia
h) Kehamilan dini dan kehamilan tidak diinginkan
i) Pendidikan seksualitas berbasis sekolah
j) Mengembangkan keterampilan untuk menghadapi
kehidupan
Pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi bagi semua orang akan memberikan kontribusibesar
terhadap pencapaian status kesehatan reproduksi masyarakat yang lebih baik.
Dilain pihak, pelayanan kesehatan reproduksi belum menyentuh sebagian besar
remaja sehingg status kesehatan reproduksi remaja relatif rendah. Pemerintah
sebagai pengambil kebijakan dan petugas kesehatan diharakan memahami
permasalah-permasalahan kesehatan reproduksi remaja sehingga mempunyai
kepedulian terhadap kesehatan reproduksi remaja (KRR).
Untuk
mengatasi masalah kesehatan remaja diperlukan pendekatan yang adolescent
friendly, baik dalam menyampaikan informasi pelayanan kesehatan peduli remaja
(PKPR), yang diharapkan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah
dan memenuhi kebutuhan remaja. Penyebaran informasi mengenai kesehatan remaja
sangat diperlukan karena masalah kesehatan remaja belum cukup dipahami oleh
berbagai pihak, maupun oleh remaja sendiri.
Rekomendasi ICPD untuk Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja
International Conference on Population and Development (ICPD) atau yang disebut
Konfrensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan mendorong
Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengembangkan program
yang tanggap terhadap masalah seksual dan reproduksi remaja. Berbagai negara
juga direkomendasikan agar berupaya menghilangkan hambatan hukum, hambatan
peraturan dan hambatan sosial atas informasi dan pelayanan Kesehatan Reproduksi
Remaja. Pelayanan dan kegiatan penting yang digaris bawahi, termasuk
1. Informasi dan konseling KB;
2. Pelayanan klinis bagi remaja
yang aktif secara seksual
3. Pelayanan bagi remaja yang
melahirkan dan remaja dengan anaknya;
4. Konseling yang berkaitan dengan hubungan antar jender, kekerasan,
perilaku seksual yang bertanggung-jawab, dan penyakit menular seksual; dan
5. Pencegahan dan perawatan terhadap penganiayaan seksual (sexual
abuse) dan hubungan seksual sedarah (incest).
2.
Perkawinan yang Sehat
Perkawinan adalah merupakan ikatan yang
suci, yang dibangun dengan bertujuan untuk :
a. Meneruskan keturunan atau melangsungkan
reproduksi
- Membentuk generasi yang berkualitas
- Mencapai kebahagiaan
- Merupakan bagian dari ajaran agama
- Menjadi dasar untuk membentuk keluarga
yang sehat
Perkawinan yang sehat memenuhi
kriteria umur calon pasangan suami isteri ketika akan melangsungkan
perkawinan adalah memenuhi umur kurun waktu reproduksi sehat, yaitu umur 20-35
tahun, terutama untuk calon istri atau calon ibu, karena hal ini berkaitan dengan
kesehatan reproduksi wanita.
Secara biologis organ reproduksi sudah cukup matang
apabila terjadi proses reproduksi obstetri, yaitu kehamilan, persalinan, nifas,
menyusui. Secara psikologis pada kisaran umur tersebut. Wanita mempunyai
kematangan mental yang cukup memadai untuk menjadi ibu dan dan membina
perkawinan yang sehat, mampu menjadi interaksi dangan keluarga dan masyarakat.
Secara sosial demografi pada kelompok umur tersebut, wanita karir, sehingga
dapat menjadi salah satu modalitas membina perkawinan dalam aspek sosial,
ekonomi. Perkawinan sehat memenuhi kaidah kesiapan pasangan suami istri dalam
aspek biopsikososial, ekonomi dan spiritual. Perkawinan yang sehat juga
didasari landasan agama sebagai dasar spiritual rumah tangga. Secara komprehensif
perkawinan yang sehat akan membentuk kebahagiaan lahir dan batin.
3.
Keluarga Sehat
Keluarga terdiri pasangan
suami isteri yang sah dan anak. Hal ini merupakan penegertian dari keluarga
inti (nueclear family). Adapun cakupan pengertian keluarga secara luas adalah
keluarga terdiri dari pasangan suami istri yang sah, anak serta anggota
keluarga yang lain yang tinggal didalam keluarga tersebut. Hal ini disebu juga
keluarga dalam arti lebih luas atau extended family. Keluarga yang sehat
tentunya harus dibentuk oleh individu-individu yang sehat dalam keluarga
tersebut.
Dilihat dari aspek
kesehatan reproduksi ada beberapa fase dalam keluarga.
a.
Fase menunda
atau mencegah kehamilan bagi pasangan suami isteri dengan usia kurang dari 20
tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda atau mencegah
kehamilan adalah umur kurang dari 20 tahun adalah usia yang sebaiknya
tidak mempunyai anak dahulu, karena organ reproduksi belum matang, sehingga
resiko penyulit atau komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas
sangat tinggi.
b.
Fase
menjarangkan kehamilan pada periode usia isteri antara 20-30 atau 35 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jumlah anak
2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun
c.
Fase
menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan adalah periode usia
isteri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2
orang anak, karena jika terjadi kehamilan, persalinan pada periode ini, ibu
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi seperti obstetri, misalnya
perdarahan, pre-eklampsi, eklampsi, persalinan lama, atonia uteri dan
lain-lain. Pada usia yang lebih tua juga mempunyai resiko untuk terjadinya
penyakit yang lain, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, keganasan
dan kelainan metabolik biasanya meningkat.
Keluarga yang sehat membentuk masyarakat dan
bangsa yang sehat dan generasi penerus bangsa menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas.
4. Sistem Reproduksi dan
Masalahnya
Masalah kesehatan reproduksi mempunyai dampak yang sangat luas dan
menyangkut berbagai aspek kehidupan, dan menjadi parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sehingga
kesehatan sistem reproduksi sangat erat kaitannya dengan angka kematian ibu dan
anakk. Indonesia mempunyai angka kematian ibu tertinggi diantara negara-negara
ASEAN.
Kesehatan
reproduksi di defenisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental dan social
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas
dari penyakit dan kecacatan dan semua hal yang berkaitan dengan system
reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (UNFPA,2001). Untuk kepentingan
Indonesia saat ini , secara nasional telah di sepakati ada empat komponen
proritas kesehatan reproduksi , yaitu :
a. Kesehatan
ibu dan bayi baru lahir
b. Keluarga
berencana
c. Kesehatan
reproduksi remaja
d. Pencegahan
dan penanganan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
1. Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Pada PUS
(pasangan Usia Subur)
Pasangan Usia subur adalah
pasangan yang sudah menikah,pasangan suami
istri dimana kedua-duanya masih hidup dengan batas umur 15-49 tahun.(www.Google.com).
Pasangan usia subur (Pus) adalah pasangan suami istri berumur 15-49 tahun
dari secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya
berumur kurang dari 15 tahun dan telah haid atau istrinya berumur 50 tahun
tetapi masih hamil (Hartono,2004).
a.
Pelayanan
Kesehatan pada Catin.
Pelayanannya berupa:
1) Pemeriksaan kesehatan kedua catin, agar salah satu/kedua catin tersebut menderita
penyakit dapat diketahui sebelumnya.
2) Apabila ternyata sakit agar segera berobat,sehingga pada saat pernikahan
kedua catin benar-benar dalam keadaan sehat.
3) Penjelasan tentang kesehatan dalam perkawinan, terutama yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, masa nifas dan KB. Misalnya anemia pada waktu hamil yang berdampak
pada ibu dan bayinya.
4) Pemberiaan imunisasi TT pada catin perempuan
untuk mencegah tetanus pada bayi yang akan
dilahirkannya.
b.
Pelayanan
Keluarga Berencana
Sebagai komponen kesehatan
reproduksi, pelayanan keluarga berencana (KB) diarahkan
untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau
membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup.
Kehamilan yang diinginkan
dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan
lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Dengan demikian pelayanan KB sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu.
Beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan sebagai berikut;
1.
Prioritaskan
pelayanan KB diberikan terutama kepada pasangan usia subur yang istrinya
mempunyai keadaan “4 terlalu” yaitu terlalu muda(< dari 20 thn), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan(< dari 2 thn), dan terlalu tua (> dari 35 thn).
2.
Tanggung jawab
dalam kesetaraan ber-KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan
istri. Sayanganya pada saat ini hanya 1,1% suami yang
beradaptasi aktif dalam ber –KB, padahal
tersedia juga alat/metode kontrasepsi untuk pria.
3.
Setiap Metode
kontrasepsi mempunyai keuntungan dan kelemahan masing-masing.setiap klien
berhak untuk mendapatkan informasi mengenai hal ini,sehingga dapat
mempertrimbangkan metode yang paling cocok bagi dirinya.
4.
Pelaksana
pelayanan KB wajib memberikan nasehat tentang metode
yang paling cocok sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB
diberikan kepada klien akan lebih mudah menentukan pilihan.
5.
Klien juga
harus diberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai
metode kontrasepsi. Pelaksana
pelayanan KB perlu melakukan skrining atau penyaringan melalui pemeriksaan
fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontra indikasi
dalam pemakaian metode yang akan dipilih. Khusus
untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju (Informed concent)
dari klien.
c. Penyakit kesehatan reproduksi tentang penyakit menular termasuk HIV/AIDS.
Penyakit
menular seksual (PMS) merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) Yang
ditularkan melalui hubungan kelamin. ISR adalah
masuk dan berkembang-biaknya kuman penyebab infeksi ke dalam saluran
reproduksi, kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa
bakteri, jamur, virus dan
parasit.
Perempuan lebih mudah
terkena ISR dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke
anus dan saluran kencing. ISR pada perempuan juga sering tidak diketahui karena gejalanya kurang jelas dibandingan
laki-laki.
Pada perempuan ISR dapat menyebabkan kehamilan diluar
kandungan, kemaluan, kanker leher rahim, kelainan pada
janin/bayi misalnya bayi berat lahir rendah (BBLR), infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir belum cukup
umur.
Cara penularan PMS, termasuk
HIV/AIDS dapat melalui :
1. Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vaginal, anal, maupun oral. Cara ini merupakan cara penularan utama (lebih
dari 90%).
g. Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS)
h. Melalui transfuse darah, suntikan atau kontak langsung dari cairan darah
atau produk darah (sifilis dan HIV/AIDS)
Cara Pencegahan PMS :
1. Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang pasangan yang
setia.
2. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual.
3. Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual.
4. Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS,misalnya borok
pada alat kelamin atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada WUS (wanita usia subur):
a. Pelayanan kesehatan reproduksi pada masa remaja
Dalam masa remaja di perlukan pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan
untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku
hidup sehat bagi keluarga, di samping mengatasi masalah yang ada. Perkembangan
pengetahuan yang di perlukan remaja meliputi :
1) Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan
seksual remaja
Pengembangan pengetahuan tentang perubahan yang
terjadi secera fisik , kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja
untuk memahami serta mengatasi
berbagai keadaan yang membingungkannya.
2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab
3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki – laki
dan perempuan serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang
banyak di temukan . Remaja memerlukan informasi
tersebut agar selalu waspada dan berprilaku reproduksi sehat dalam bergaul
dengan lawan jenisnya.
4) Persiapan pranikah
Informasi tentang hal ini di perlukan agar
calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan
berkeluarg
5) Kehamilan dan persalinan , serta cara
pencegahannya
Remaja perlu mendapat informasi tentang hal
ini sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki
kehidupan berkeluarga di masa depan.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi pada ibu hamil dan bersalin
1) Pencatatan ibu hamil dalam kohort ibu seawal
mungkin
2) Pemeriksaan kehamilan sesering mungkin , dengan
minimal 4 kali selama kehamilan yaitu :
a. Satu kali pada umur kehamilan 1 – 3 bulan (
triwulan 1 )
b. Satu ali pada umur kehamilan 4 -6 bulan (
triwulan 2 )
c. Dua
kali pada umur kehamilan 7 – 9 bulan ( triwulan 3 )
d. Datang kapan saja apabila ada gangguan, atau janin tidak bergerak
dalam 12 jam
3) Pemberian
iformasi tentang perkembangan kehamilan , nasehat tentang kesehatan kehamilan
dan KB pasca persalinan , yang meliputi :
a. Perawatan
diri
b. Kebutuhan
makanan , tablet tambah darah
c Penjelasan
tentang kehamilan
d. Persiapan
persalinan
e. Tanda
- tanda bahaya dan upaya pertolongannya
f. KB
pasca persalinan
4) Pelayanan persalinan yang bersih dan aman (
tenaga kesehatan)
5) Bimbingan persiapan menyusui dengan ASI
eksklusif
6) Pelayanan pasca persalinan termsuk
konseling dan pelayanan KB
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Klimakterium/ Monopause
Klimakterium adalah keadaan wanita dengan perubahan dari kehidupan
reproduksi aktif menjadi reproduksi tidak aktif, menstruasi mengalami perubahan
tidak teratur dan terjadi penurunan reproduksi esterogen. Klimakterium
mengacu pada periode
klehidupan seorang wanita saat ia berpindah dari tahap reproduktif ke tahap
tidak reproduktif, di sertai regresi fungsi ovarium .Klimakterium adalah suatu
masa di mulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal masa senium (
usia lanjut ) , yaitu pada usia 45 -65 tahun.
Gejala menopause berupa :
1. Gejala sindrom vasomotor, hot hushes mulai dari pipi
terasa panas dan merah menjalar ke leher, tengkuk, dan dada bahkan seluruh badan.Di samping gejala hot
hushes yang terdapat dalam gejala sindrom vasomotor juga ada gejala keringat
malam serta gejala gangguan tidur
2.
Gejala psikkologi berupa merasa kurang menarik di depan
suami dan perasaan murung tanpa sebab , mudah tersinggung ,mudah marah , dll
3.
Gejala fisik ,penurunan esterogen akan mempengaruhi semua
organ sehingga menimbulkan gejala klinis.
Pelayanan kesehatan yang dapat di lakukan berupa :
1. Memeberikan penjelasan
tentang perubahan – perubahan yang terjadi
2. Memberikan nasehat tentang
nutrisi dan diet untuk kesehatan sendiri
3. Menganjurkan
pengkonsumsian makanan vegetarian sehingga tidak mengganggu fungsi alat
pencernaan nya , orang tua memerlukan banyak serat dalam makanannya.
4. Menghindari perubahan
kejiwaan dengan keharmonisan keluarga dan saling pengertian
5. Kemungkinan pemberian
terapi hormonal dengan lebih dahulu berkonsultasi dengan dokter ahli.
6. Melakukan pemeriksaan
deteksi dini penyakit seperti pap-smear,sadari , dll
4.
Pelayanan
Kesehatan Dengan Deteksi Dini
Kanker Sistem Reproduksi
Kanker system reproduksi
meliputi kanker leher rahim , payudara , indung telur , rahim , dan alat
kelamin perempuan .
Ciri-ciri yang perlu di curigai akan adanya kanker
leher rahim :
1. Adanya cairan vagina abnormal ( duh vagina )
2. Perdarahan di waktu haid atau haid dengan
perdarahan hebat
3. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
4. Paritas tinggi dan di atas 30 tahun
Pemeriksaan pap smear :
Cara termudah untuk
mengetahui secara dini kanker leher rahim adalah melalui pemeriksaan pap smear
yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan mengambil usapan sel dan lender leher
rahim untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sel secara mikroskopis .
Untuk mengetahui secara
dini kanker leher rahim , di anjurkan kepada para wanita untuk melakukan
pemeriksaan papsmear secara teratur , paling tidak sekali setiap tahun :
a. Pada
umur berapapun pada usia subur
b. Telah
berhubungan seks lebih dari 1 tahun
Ada atau
tidak ada cairan vagina yang mencurigakan
Teknik pengambilan cairan untuk
pap smear
1. Bagian luar, dapat langsung dengan kaca objeknya . Memakai lidi kapas dan selanjutnya di oleskan
merata pada kaca objek. Memakai alat
khusus dan selanjutnya di oleskan pada kaca obje
2. Liang senggama ,liang senggama di buka dengan speculum cocor
bebek sehingga mulut rahim
tampak , kapas lidi atau alat khusus di pakai mengambil cairan dan selanjutnya
di oleskan pada kaca objek.
3. Setelah di oleskan pada kaca objek di keringkan, difiksasi dengan alkohol
dan dikirimkan ke dokter ahli patologi untuk dicat dan diperiksa sebagaimana
mestinya.
Pemeriksaan dengan cara IVA ( inspeksi visual asam
asetat)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada sarana kesehatan sederhana dengan menggunakan
asam asetat 3-5% ,caranya yaitu :
1. Masukkan spekulum kedalam vagina klien
2.
Buka porsio ibu dan ambil
kapas yang telah dibasahi asam asetat kemudian oleskan pada daerah porsio. Warna porsio yang normal adalah merah jambu, apabila
terdapat bercak-bercak putih kemungkinan ada infeksi pada serviks ibu
Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker payudara
Berikut adalah cara sederhana untuk menentukan tumor payudara sedini
mungkin. Cara ini dikenal dengan istilah yang merupakan singkatan dari SADARI (periksa
payudara sendiri). Pemeriksaan terdiri dari atas 7 langkah berikut:
1)
Memperhatikan payudara
melalui kaca, sementara kedua lengan lurus kebawah
2)
Memperhatikan payudara di
depan kaca sementara kedua lengan diangkat lurus ke atas. Perhatikan apakah ada
tarikan pada permukaan kulit
3)
Memijat daerah sekitar
puting dengan perlahan untuk melihat apakah ada cairan abnormal yang keluar
4)
Berbaring dengan lengan
kanan dibawah kepala sementara punggung kanan diganjal dengan bantal kecil,
kemudian seluruh permukaan payudara kanan di raba dengan tiga pucuk jari tengah
tangan kiri yang di harapkan
5)
Ketiga jari tersebut
di gerakkan memutar dengan tekanan lembut tapi mantap, dimulai dipinggir
kemudian ke tengah (puting) dan kembali lagi dari pinggir dengan mengikuti
putaran jarum jam
6)
Melakukan hal yang sama
untuk payudara kir
7)
Memperhatikan secara khusus
seperempat bagian payudara sebelah luar atas, baik kanan maupun kiri. Bagian
tersebut paling sering mengandung tumor.Pemeriksaan ini dianjurkan untuk di
lakukan secara teratur sekali sebulan setelah haid
5.
Penyakit yang
Berpengaruh pada Kehamilan dan Pesalinan serta Masalahnya
Kondisi yang mempengaruhi kehamilan dibedakan
menjadi 2 yaitu,
a. Penyulit
kehamilan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, merupakan
penyulit yang terjadi hanya pada peristiwa kehamilan atau berhubungan
kehamilan. Penyulit ini tidak akan terjadi pada wanita diluar kehamilan.
Beberapa contoh penyulit yang berpengaruh terhadap kehamilan adalah hiperemesis
gravidarum, kelaianan dalam waktu tenggang umur kehamilan, abortus, kehamilan
pre term, ketubahn pecah dini, kehamilan ektopik, penyakit dan kelainan pada
plasenta dan tali pusat, preeklampsia, eklampsia, perdarahan antepartum dan
gemeli.
- Penyakit atau keadaan alat kandungan yang
dapat mempengaruhi kehamilan. Beberapa penyakit mempunyai hubungan timbal
balik terhadap peristiwa obsetrik kehamilan. Penyakit tersebut dapat
memperberat kehamilan dan persalinan, demikian pula sebaliknya kehamilan
dan persalinan dapat mempengaruhi atau mmemperberat penyakit pada ibu.
Penyakit-penyakit atau kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan,
misalnya: kelainan alat reproduksi, kehamilan dengan penyakit jantung,
hipertensi, penyakit paru-paru, penyakit infeksi, penyakit endokrin (DM),
Malaria dan penyakit jiwa dalam kehamilan.
Penyulit yang terjadi
dalam persalinan adalah kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor yang
dpat diperinci sebagai berikut :
1) Kelainan power, merupakan kelainan kekuatan his
dan tenaga mengejan. Beberapa contoh keadaan diamna his mengedan adalah
inersia uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengedan, salah
pimpinan ibu kala II.
2) Kelainan passage, kelainan jalan lahir
Contoh kelainan jalan lahir adalah kelainan
bentuk panggul, kesempitan panggul, ketidakseimbangan sefalopelvik dan kelainan
jalan lahir lunak.
3) Kelainan passanger, kelainan isi dari
kehamilan.
Contoh kelainan passanger adalah kelainan
bentuk dan besar janin, misalnya anensefalus, hidrosephalus, makrosomia janin,
kelainan presentasi (presentasi puncak kepala, presentasi muka, posisio
oksipito posterior), dan kelainan letak janin (letak sungsang, letak melintang,
letak mengolak, presentasi rangkap).
4) Masalah psikologis ibu, terdapat lingkaran
setan antara masalah psikologis ibu dengan his ibu bersalin. Ibu bersalin yang
cemas, ketegangan meningkat, mempengaruhi kontraksi uterus, dapat terjadi his
yang lemah atau jelek (inersia uteri), sehingga terjadi persalinan lama atau tidak
maju.
5) Tumor pada jalan lahir, dapat berupa: kelainan
tulang pada jalan lahir, tumor yang berasal dari ovarium, dan tumor yang
berasal dari vagina
6) Penyulit pada kala III dan kalaIV persalinan
berupa perdarahan postpartum, retensio plasenta, inversio uteri dan robekan
jalan lahir
6. Sikap dan Prilaku Pada Masa Kehamilan dan Persalinan
1.
Defenisi
Sikap adalah keadaan
mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu dan semua
objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis /tidak statis.
Perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia,baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati pihak luar. Setiap ibu hamil pasti mengalami perubahan
perilaku karena disebabkan oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil
pasangan harus benar-benar siap denagn segala perubahan yang akan terjadi nanti
sama ibu, baik perubahan fisik maupun perilaku. Pasangan harus siap dalam
berbagai hal termasuk menerima kehamilan,menjadi orang tua(ayah,ibu), dan
mengalami perubahan perilaku selama kehamilan.
Sikap ibu hamil dan
bersalin yang dipengaruhi oleh sosial budaya, kultur, dan lingkungan dikenal
dengan mitos-mitos dalam kehamilan dan persalinan. Adakalanya mitos yang muncul
bertentangan dengan konsep asuhan pada ibu hamil dan bersalin, ini merupakan
mitos negatif yang merugikan atau membahayakan asuhan pada ibu hamil dan
bersalin. Namun sebaliknya apabila mitos terkait denagn kehamilan dan
persalinan tersebut menguntungkan dalam asuhan kebidanan ibu hamil dan
bersalin, maka mitos tersebut dapat dilakukan oleh ibu. Mitos yang negatif atau
membahayakan harus dihindari. Bidan harus melakukan upaya konseling pada ibu
untuk memperbaiki sikap dan perilaku ibu. Beberapa mitos pada ibu hamil,
contohnya: kenduri, mitoni, makan amis-amis, sawanen dan tidak boleh makan
udang dll.
Beberapa contoh bentuk ibu
hamil yang lain adalah mengenai tanggapan atau sikap ibu terhadap pentingnya
pemeriksaan kehamilan bagi ibu, akan membentuk perilaku yang positife mengenai
perilaku yang positife mengenai perilaku pemeriksaan antenatal. Sikap ibu hamil
yang positife tentang tanda bahaya akan membentuk perilaku yang positife
mengenai perilaku yang positife untuk mencegah terjadinya bahaya dalam
kehamilan dan persalinan. Sikap yang positife tentang pentingnya tenaga
kesehatan sebagai penolong persalinan, akan membawa ibu pada perilaku yang
positife untuk bersalin ditenaga kesehatan.
2. Persiapan Sikap dan Prilaku Selama Kehamilan
1)
Persiapan
menerima kehamilan
Persiapan penerimaan
terhadap kehamilan dapat dibagi terjadi dalam 3 fase:
1. Fase I(fase adaptasi).
Pada fase ini ibu mencoba
beradaptasi dengan menerima kehamilannya dan mengasimilasikan status hamil
kedalam gaya hidup. Respon wanita dalam menyambut kehamilan bervariasi, mulai
dari perasaan gembira,tidak yakin,putus asa,bahkan ada yang syok.
2. Fase II(fase penerimaan)
Pada fase ini ibu akan
menerima tumbuhnya janin yang merupakan mahluk hidup lain yang berada dalam kandungan.
Si ibu menyadari bahwa bayinya adalah mahluk yang terpisah dari dirinya,
terlibat dalam hubungan ibu-anak yang memerlukan asuhan,serta membangun
tanggung jawab dan kedekatan dengan janin. Siibu yang menerima kehamilan dengan
senang, merasa lekat dengan bayinya dan menerima kenyataan. Ia merasa mendengar
DJJ dan merasakan pergerakan anak sehingga ia menjadi lebih tenang dan sudah
berfantasi tentang anaknya dan akan senang dengan anak kecil.
3. Fase III
Pada fase
ini ibu sudah merasa realitstis,mempersiapkan kelahiran,persiapan menjadi orang
tua,berspekulasi mengenai jenis kelamin anak, dan keluarga berinteraksi dengan
menempelakn telinga keperut ibu dan mengajak berbicara dengan janin.
2)
Persiapan
menjadi orang tua
Persiapan menjadi orang tua berarti
menyiapakan untuk menjadi ayah dan menjadi ibu,impian permainan peran atau
antisipasi persiapan emosional untuk bayi banyak terjadi pada minggu sebelum
terjadi kelahiran dan petugas kesehatan mendengarkan dengan aktif agar dapat
menentramkan hati ibu dan jika ada gangguan psikologis hebat rujuk untuk
pengobatan yang tepat. Persiapan menjadi ibu terdiri dari tiga fase.
a) Fase I, Menerima kenyataan biologis bahwa
dirinya hamil
b) Fase II, Menerima pertumbuhan janin sebagai
suatu yang jelas dari dirinya dan ia berkata saya akan memiliki bayi dengan
realitas penerimaan bayi(mendengar denyut jantung janin dan pergerakan janin).
Ibu akan berkhayal atau memimpikan anaknya menjadi orang yang berharga dan
menarik serta ia berusaha berkonsentrasi pada bayinya.
c) Fase III, Persiapan realistis untuk kelahiran
atau menjadi orang tua serta mengekspresikannya lebih dulu.
Persiapan menjadi ayah
terdiri dari tiga fase:
a) Fase I, Pemberitahuan terjadi beberapa
jam/minnggu. Pada fase ini calon ayah dapat menerima keadaan bayi sebagai
factor biologis dari kehamilan,ia membutuhkan dukungan bahwa ia akan menjadi
ayah
b) Fase II,
Penerimaan, laki-laki meyadari bahwa ia akan mempunyai bayi, laki-laki tampak
sadar akan rencana hidup dan gaya hidup.
c) Fase III, perhatian, pada saat ini
karakteristik ayah aktif terliabt dalam kehamilan dan hubungan denag anak, ia
membutuhkan kedudukan bahwa ia tahu perannya selama persalinan dan ia menjadi
kepala keluarga. Pada fase ini berkonsentrasi pada penglaman yang dimiliki pada
wanita hamil dan dan meras hubungannya lebih baik dengan istri karena ia akan
menjadi ayah dan dunia sekelilingnya menentukan peran bapak di masa datang.
3)
Perubahan-Perubahan
perilaku selama kehamilan
Adapun beberapa
perubahan-perubahan perilaku ibu selama kehamilan adlah sebafgai berikut:
a) Cenderung malas atau sebaliknya rajin bekerja
dan suka bersih-bersih. Sikap bermalasan bisa terjadi karena pada dasarnya ibu
memang pemalas sehingga saat hamil bertambah malas akibat adanya perubahan
hormonal.
b) Lebih sensitive, Biasanya wanita yang hamil
juga berubah jadi lebih sensiyif. Sedikit-sedikit tersinggung lalu marah.
Apapun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan. Ingatlah bahwa
dampak perubahan psikis ini nantinya akan hilang. Bukan apa-apa, bila suami
membalas kembali dengan kemarahan, bisa-bisa istri semakin tertekan sehingga
mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
c) Cenderung minta perhatian lebih. Perilaku lain
yang kerap mengganggu adalah istri tiba-tiba lebih manja dan selalalu ingin
diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih,usahakan untuk
menanyakan untuk menanyakan keadaan nya saat ini. Perhatikan yang diberikan
suami walaupun sedikit bisa memicu tumbuhnya rasa aman yang baik untuk
pertumbuhan janin..
d) Mudah cemburu. Tidak jarang,sifat cemburu istri
terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang telat sedikit saja istri akan
menanyakan hal macam-macam, Mungkin selain perubahan hormonal,istri pun mulai
tidak percaya dengan penampilan fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan
wanita lain. Untuk menenangkannya suami perlu menjelaskan dengan bijaksana
bahwa keterlambatannya dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting dan bukan
karena perselingkuhan.
e) Hobi belanja. Kadang ibu yang sebelumnya tidak
memiliki belanja menjadi gemar berbelanja setelah hamil. Kegemaran baru ibu
hamil ini ,dikhawatirkan bisa menimbulkan konflik denagn pasangan, karena ibu
dinilai egois dan boros membelanjakan keperluan yang tidak jelas.
f) Tidak mau dekat-dekat suami. Ada ibu hamil yang
merasa mual bila mencium bau suaminya. Dengan alsan itu,ia tidak mau tidur
seranjang atau kalaupun tidur berbalikan badan. Hal ini bisa disebabkan oleh
kominikasi antar pasangan yang terpendam. Dibawah sadar,mungkin ada kebiasaan
suami yang tidak ibu sukai.
g) Merasa sebal dan tidak ingin bertemu orang tua.
Jika ini terjadi pada pasangan,maka pasangan perlu melihat kembali bagaimana
hubungan pasangan dengan mertuanya selama ini. Apakah ada ketidakcocokan yang
disebabkan mertua, seperti terlalu mengintervensi,terlalu cerewet,dan
sebaginya.
h) Marah-marah pada pasangan. Cenderung
dipengaruhi temperemen ibu serta bagaimana kelancaran komunikasi dengan
pasangan, Akibatnya sering kali hal sepele jadi menimbulkan konflik
berkepanjangan
i) Merasa
cemburu atau curiga. Jiak sekali mungkin wajar, Namun kerap merasa curiga pada
pasangan selagi ibu hamil tentu bukan hal yangs ehat. Penyebabnya bisa jadi
berkaitan dengan masalah kepercayaan diri. Perubahan fisik semasa hamil membuat
ibu merasa tidak cantik sehingga khawatir suami berpaling.
j) Jika suka merokok atau kebiasaan buruk lainnya.
Perilaku ini bisa karena keinginan ibu untuk coba-coba atau usaha mengatasi
rasa tidak enak dan tidak nyaman semasa hamil. Jelas ini amat beresiko pada
kehamilan dan juga janin.
4)
Penyebab perubahan prilaku pada ibu hamil
Perubahan perilaku pada
ibu hamil merupakan hal yang wajar , karena produksi hormon estrogen nya sedang
tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan
hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan
hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid, perubahan hormonyang
terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi psikis ibu hamil ,ada juga yang
perilakunya tidak berubah, hal ini di sebabkan kerentanan psikis setiap orang
yang berbeda-beda, nah, daya tahan psikis di pengarfuhi oleh kepribadian, pola
asuh sewaktu kecil, atau kemeuan ibu untuk belajar menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut
5) Penanganan
terhadap adanya perubahan prilaku pada ibu hamil
Perubahan perilaku pada
ibu hamil tidak akan mengganggu proses tumbuh kembang janin jika masih dalam
batas normal. Namun ketika sudah melebihi batas kewajaran dapat mempengaruhi
perkembangan janin. Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu tapi yang pasti
waspadai, seperti jika ibu terlihat di landa kecemasan belebih atau stres
tinggi sehingga dapat membahayakan janin. Contoh lainya sikap masa bodoh dengan
kehamilanya atau kemarahan yang terjadi sering berubah menjadi amukan. Kondisi
psikis yang terganggu akan berdampak buruk pada aktivitas fisiolpogis dalam
diri ibu. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat
mempengaruhi detak jantung,tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas
kelenjer keringat dan sekresi asam lambung, di samping itu dapat pula
memunculkan gejala fisik seperti letihlesu,gelisah,pening dan mual.
Semua dampak ini akhirnya
akan merugikan pertmbuhan janin karena si kecil sudah dapat merasakan dan
menunjukan stimulasi yang berasal dari luar dirinya,apalagi masa trimester
pertama merupakan masa kritis menyangkut pembentuksan organ janin. Jika
perubahan ini di tanggapi secara positif, kondisi ibu maupun janin akan lebih
sehat.
Hal-hal yang
bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang
negatif .
1. Selalu menjalin komunikasi. Di upayakan pada ibu
hamil untuk tidak menutupi perubahan psikologis yang terjadi. Upayakan selalu
mengomunikasikanya pada suami.
2. Menyimak seputar informasi kehamilan. Berbagai
informasi tentang kehamilan dapat di peroleh
darikoran,televisi,majalah/tabloid,buku,dan lai sabagainya. Dengan mengetahui
seputar kehamilan yang terjadi,ibu dapat lebih tenang menghadapi kehamilan.
Ibupun menjadi tahu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.sebaliknya, jika
tidak berupaya mencari tahu perubahan pada dirinya,tidak mustahil akan timbul
berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis.
3. Menlakukan kontrol secara teratur Menyimak
seputar informasi kehamilan. Kontrol kehamilan dapat dilakukan pada petugas
kesehatan seperti dokter dan bidan. Saat melakukan konsultasi,ibu dapat
bertanya tentang perubahan psikis yang di alami. Biasanya, jika ibu perlu
penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu konsultasi ke
psikolog agar dapat membantu kestabilan emosinya
4. Suami lebih perhatian pada istri. Prhatian yang
di berikan oleh suami dapat membangun kestabila emosi ibu. Misalnya, ibu dapat
meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa
lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.
5. Perhatikan kesehatan. Tubuh yang sehat akan lebih
kuat mengahadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini
bisa berwujud dengan berolahraga ringan dsan memperhatikan asuhan gizi. Hindari
mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin sepetri makanan yang
mengandung zat-zat adiktif, alkohol,rokok atau obat-obatan yang tidak di
anjurkan bagi kehamilan.
6. Tetap melakukan aktivitas. Sangat di ankurkan
agar ibu mencari aktivitas yang dapat meredakan gejolak perubahan psikis.
Aktivitas yang dapat di pilih misalnya jalan-jalan pagi hari atau main musik.
Ibu yang aktif di luar rumah umumnya dapat mengatasi berbagai perubahan
psikisnya dengan lebih baik.
7. Relaksasi. Jika ingin mendapatkan perasaan yang
lebih rileks, ibu dapat mendengarkan musik, belajar memusatkan perhatian sambil
mengatur nafas, dan teknik relaksasi lain.
7.
Pemeliharaan dan Pemeriksaan Kesehatan
Ibu Hamil
Menurut SDKI tahun 1994
angka kematian ibu adalah 390/100.000 kelahiran hidup, pada SDKI tahun
2002/2003 angka kematian ibu adalah 307/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya SDKI
tahun 2007 angka kematian ibu adalah 248/100.000 kelahiran hidup. Namun
penurunan AKI ini sangat lambat. Pada tahun 1990 WHO sudah meluncurkan strategi
Making Pregnancy Sfer (MPS), salah satu program MPS adalah menempatkan safe
motherfood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional maupun
internasional. Sehingga salah satu upaya yang diselenggarakan untuk menurunkan
AKI adalah melalui 4 pilar upaya safe motherfood, dengan intervesi yang
dilakukan adalah:
- Mengurangi kemungkinan seorang perempuan
menjadi hamil dengan upaya keluarga berencana
- Mengrangi keungkinan seoarang perempuan
hamil mengalami komplikasi obstetri dalam kehamilan dan memastikan bahwa
komplikasi deteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai melalui
pelayanan antenatal
- Persalinan yang bersih dan aman adalah
memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan,
keteramplian dan alat untuk memberi pertolongan persalinan yang aman dan
bersih, serta memberikan pelayan nifas bagi ibu dan bayi
- Mengurangi kemungkinan komlikasi
persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan
obstetri esensial dasar (PONED) dan pelayanan obstetri esensial
komprehensif (PONEK)
Kebijakan program
kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikti 4 kali selama
kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO , yaitu :
- Satu kali pada trimester pertama
- Satu kali pada trimester kedua
- Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan atau asuhan
standar yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan adalah 10 T, yaitu:
- Timbang berat badan dan Tinggi Bada
- Ukur Tekanan darah
- Ukur Status Gizi
- Ukur Tinggi fundus uteri
- Menentukan Denyuj Jantung Janin
- Pemberian imunisasi TT l
- Pemberian Tablet besi selama kehamilan
- Pemeriksaan Laboratorium rutin/khusus
- Tata Laksana Kasus
- Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Selama
kehamilan mempunyai kemungkinan untuk dapat berkembang menjadi masalah
atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Asuhan pada
ibu hamil secara keseluruhan meliputi aspek-aspek berikut ini, yaitu :
- Mengupayakan kehamilan yang sehat
- Melakukan deteksi dini komplikasi,
melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan jika diperlukan
- Mempersiapkan persalinan yang bersih dan
aman
- Persiapan secara dini untuk melakukan
rujukan, bila terjadi komplikasi
Pemberian
tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500 mg adalah kebijakan program
pelayanan antenatal dalam upaya untuk mencegah anemia dan untuk pertumbuhan
otak bayi, sehingga mencegah kerusakan otak (neural tube). Sedangkan kebijakan
imunisasi TT adalah dalam upaya pencegahan terjadinya tetanus neonaturum.
. Mengenai jadwal imunisasi adalah sebagai berikut:
8. Pertolongan Persalinan di Rumah
Banyak
ibu senang melahirkan dirumah, hal ini disebabkan oleh beberapa factor yang
terdiri dari :
1. Mereka
lebih memilih persalinan dirumah karena didukung oleh keluarga, dalam
lingkungan yang dikenal, dimana mereka merasa memiliki kendali terhadap
tubuhnya.
2. Keadaan
dilingkungan rumah sendiri menimbulkan rasa tenang dan tentram pada ibu yang
akan melahirkan.
3. Berdasarkan
perbandingan dengan pengalaman melahirkan dirumah sakit, dalam lingkungan yang
kurang memiliki sentuhan pribadi, dan penuh dengan peraturan serta staf yang
sibuk.
9.
Kerugian Dari
Pertolongan Persalinan Di Rumah
Kerugian dari pertolongan persalinan dirumah ialah jika sewaktu melahirkan
mendapatkan kesukaran maka pertolongan lebih lanjut tidak dapat diberikan
dengan segera. Hal ini disebabkan tidak tersedianya alat-alat sehingga
membutuhkan waktu lama sebelum tiba di rumah sakit.
Contohnya, selama persalinan bayi mungkin mengalami tekanan yang menunjukkan
diperlukan tindakan untuk melahirkannya, atau setelah lahir dia tidak dia tidak
dapat bernafas dengan baik. Dirumah sakit, dua bahaya ini dapat ditangani
dengan cepat karena fasilitas tersedia, yang mungkin tidak tersedia dirumah.
Selain itu beberapa wanita mengalami perdarahan setelah kelahiran. Di rumah
sakit, ini dapat ditangani dengan cepat, karena pembiasaan dan darah tersedia.
Bahaya bagi bayi dengan resiko postpartum haemorrhage masih merupakan alasan
utama mengapa lebih dari 30 tahun silam, kelahiran bayi di rumah digantikan
dengan kelahiran di rumah sakit.
10. Indikasi Dilakukan Pertolongan Persalinan Dirumah
1. Multipara,
pada umumnya dianjurkan ibu yang baru pertama kalian akan bersalin, sebaiknya
dirumah sakit atau diklinik bersalin. Bila pada waktu melahirkan bayi pertama
itu tidak mengalami selalu kesulitan, barulah boleh melahirkan bayi berikutnya
dirumah sendiri bila diinginkan.
2. Selama
melakukan Antenatal Care (ANC) tidak didapati adanya kelainan atau penyakit
yang akan menyulitkan proses persalinan.
3. Jauh
dari tempat pelayanan kesehatan (pada pemukiman pedesaan).
11. Syarat-Syarat Dalam Pertolongan Persalinan Di Rumah
Mengingat fungsi pertolongan persalinan yang sangat berat, yaitu merupakan
pertolongan bayi dan jiwa ialah ibu dan anak, maka dalam melakukan pertolongan
persalinan di rumah diperlukan pemenuhan persyaratan sebagai berikut :
1. Persiapan Penolong (Bidan)
a. Kemampuan
Dalam bidang psikologi, kemampuan
ini diartikan sebagai kesanggupan. Mengingat pentingnya dan resiko yang
dihadapi, maka para bidan harus mempunyai kemampuan yang cukup besar, yaitu
individu-individu yang cepat berfikir, cepat menganalisa, dan mempunyai
pengetahuan dan pengalaman.
b. Keterampilan
Pekerjaan bidan adalah pekerjaan
yang bersifat terlampir. Oleh karena itu, bidan harus memiliki keterampilan
yang besar dalam segala perawatan, pertolongan dan persalinan.
c. Kepribadian
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah
kesehatan jasmani dan rohani dalam segala aspek, yang merupakan organisasi yang
dinamis yang selalu akan mengalami perubahan dan perkembangan, aspek-aspek
tersebut ialah fisik, mental, sikap, emosi
2. Persiapan Alat
a.
Bila akan melahirkan di rumah diajutkan pasien untuk memilih kamar yang terbaik
untuk bersalin
b. Sediakan perlak kira-kira 1.5m sebagai alas
tempat tidur bersalin
c. Lampu
yang cukup terang, kalau ternyata melahirkan pada malam hari
d. 2
baskom, 1 untuk cuci tangan dan 1 baskom yang berisi air hangat untnuk
memandikan bayi
e. Sabun
cuci tangan dan sabun bayi
f. Minyak
adas, minyak kelapa untuk membersihkan lemak-lemak yang melekat pada tubuh bayi
g. Alat-alat
untuk menolong persalinan (set partus) yang harus dibawa oleh bidan seperti
tensi meter, Stetoskop janin, Termometer,
Sarung tangan bedah, Gunting, Klum hemostatis arteri, Klem tali
pusat, Clemek plastic, Kasa dab kapas, Dock, Jarum dan benang jahit,
Naifoeder, Setengah kocher, Gunting
benang, Alkohol, Obat-obatan yang akan diperlukan (oksitosin, antibiotika). Semua
alat yang dibawa oleh penolong (bidan) harus bersifat steril.
9.
Asuhan Masa Nifas dan Pasca Persalinan
a.
Defenisi
Masa nifas adalah masa antara kelahiran
plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intrapartum sampai waktu
menuju kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil.
Periode nifas berlangsung sekitar 6 minggu atau 42 hari, merupakan masa
krisis kehidupan ibu dan bayi.
Promosi kesehatan nifas dapat diberikan kepada
ibu pasca persalinan dan keluarganya. Ini diberikan untuk menambah pengetahuan
ibu dan keluarga dalam menghadapi masa nifas, sehingga dalam masa nifas ini ibu
dan keluarga siap dan tahu apa yang harus dilakukan dan tidak boleh di lakukan
b. Tujuan
Asuhan Masa Nifas
Tujuan asuhan masa nifas adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk menjaga
status kesehatan ibu baik secara fisik maupun psikologis.
2.
Memberi upaya
promosi kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, kegiatan menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayi, dan perawatan bayi sehat.
3.
Memberi
pelayanan KB
4.
Melakukan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, dan mengobati atau merujuk jika
terjadi komplikasi pada ibu serta bayinya
5.
Agar ibu
mendapat cukup istirahat sehingga tubuh, fikiran, serta emosinya dapat kembali
pulih setelah menjalani aktivitas fisik selama kehamilan dan persalinan.
6.
Mencegah
infeksi yang dapat menghambat penyembuhan jarigan yang cedera.
Tabel 1. Asuhan
yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan
|
Waktu
|
Asuhan
|
I
|
6-8 jam post
partum
|
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
atonia uteri.
|
Mendeteksi
dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
|
Memberikan konseling pada ibu
dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
|
Pemberian ASI awal.
|
Mengajarkan
cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
|
Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
|
Setelah
bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
|
II
|
6 hari post
partum
|
Memastikan
involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik,
tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
|
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan.
|
Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
|
Memastikan
ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
|
Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
|
Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
|
III
|
2 minggu
post partum
|
Asuhan pada
2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari
post partum.
|
IV
|
6 minggu
post partum
|
Menanyakan
penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
|
|
c. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional
pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa
nifas, dengan tujuan untuk :
1 Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2 Melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3 Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas.
4 Menangani komplikasi atau masalah yang timbul
dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
10. Sistem Rujukan
Rujukan yaitu memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan apabila
pada masa nifas terdapat penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga.
a.
Mengkaji
adanya penyulit dan keadaan kegawatdaruratan pada ibu nifas yang
memerlukan konsultasi dan rujikan.
b.
Menentukan
diagnosis, prognosis, dan prioritas
c.
Memberikan
pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.
Mengirim klien
untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
e.
Membuat
catatan dan laporan serta dokomentasi seluruh kejadian dan intervensi.
Jawab timbal balik atas
kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit
ke unit yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke
bagian lain dalam satu unit)
Rujukan dapat dilakukan
bidan ke Puskesmas dengan fasilitas riwayat inap, rumah sakit bersalin, dan
rumah sakit umum. Bidan harus mempunyai informasi tentang pelayanan yang
tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan
dan waktu serta jarak tempuh ke tempat rujukan. Salah satu hal faktor pendukung
kematian ibu adalah adanya 3
keterlambatan yaitu keterlambatan memutuskan untuk merujuk, terlambat sampai ke
tempat rujukan, dan terlambat ditangani di tempat rujukan.
Tujuan
rujukan antara lain :
1. Setiap penderita mendapat perawatan dan
pertolongan yang sebaik-baiknya.
2. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman
penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang
lengkap fasilitasnya.
3. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan
keterampilan (transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan
antara pusat pendidikan dan daerah perifer (Muchtar, 1977).
4. Memberikan pelayanan kesehatan pada penderita
dengan tepat dan cepat.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan seefisien
mungki
6. Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan
pada unit-unit kesehatan, sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut
Rujukan dan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan rujukan antara lain berupa :
a.
Pengiriman
orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap.
b.
Rujukan
kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas
c.
Pengiriman
kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.
d.
Pengiriman
bahan untuk pemeriksaan laboratorium dari unit kesehatan yang kecil ke unit
kesehatan yang lebih mampu dam pengiriman hasil kembali kepada unit kesehatan
yang mengiriminya.
Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara lain :
1)
Pengiriman
tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan
demonstrasi.
2)
Pengiriman
petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah sakit yang lebih lengkap dengan
tujuan menambah pengetahuan dan keterampilan.
Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara lain
berupa :
1) Membalas secara lengkap data-data medis
penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
2) Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis .
Ketimpangan
yang sering terjadi di masyarakat awam Indonesia adalah pemahaman tentang alur
rujukan ini sangat rendah sehingga sebagian mereka tidak mendapatkan pelayanan
yang sebagaimana mestinya. Masyarakat kebanyakan cenderung mengakses pelayanan
kesehatant terdekat atau mungkin paling murah tanpa mempedulikan kompetensi
institusi ataupun operator yang memberikan pelayanan. Hal ini merupakan salah
satu akibat tidak berjalannya sistem kesehatan di Indonesia.
Pelaksanaan
sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua, dan ketiga,
dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri, namun berada di
suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak
dapat melakukan tindakan medis tingkat primer, maka tanggung jawab diserahkan
ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya.
Faktor-faktor
penyebab rujukan antara lain :
a.
Riwayat bedah sesar
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan
d. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang
pecah
e. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda /gejala infeksi
j. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus 40 cm/lebih
l. Gawat janin
m. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan
dan kepala janin masuk
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi
ganda (mejemuk)
p. Kehamilan
ganda (gemelli)
q. Tali
pusat menumbung
r. Syok
11. Akses Pelayanan Kesehatan Ibu
Peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi
masyarakat kurang mampu terus dilakukan.
Sejak tahun 2005 melalui penyediaan
upaya jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin (askeskin) di puskesmas dan
jaringannya serta rumah sakit kelas III. Pada tahun 2008 program tersebut
dikembangkan melalui program jaminan
kesehatan kepada masyarakat (jamkesmas) dengan
sasaran seluruh penduduk miskin yang berobat ke puskesmas dan jaringannya dilayani secara cuma-cuma, dan
sasaran penduduk miskin sebesar 76,4
juta orang untuk perawatan di rumah sakit kelas
Berd asarkan data SDKI-BPS tahun 2002—2003, alasan orang
yang sakit tidak mau memanfaatkan
layanan kesehatan sebagian besar karena tidak mempunyai uang 34%), biaya
transportasi mahal (16%) dan kendala
jarak (18%). Dengan demikian, kepada
kelompok tersebut perlu diberikan perlindungan melalui program jaminan
kesehatan masyarakat.
Dengan adanya jaminan tersebut diharapkan akses kelompok miskin terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas dan RS kelas III dapat dijamin keberlangsungannya.
Dengan menyadari pentingnya penanganan yang berkelanjutan terhadap masalah kesehatan masyar akat
miskin, Pemerintah tetap berkomitmen
menyelenggaraka n layanan dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin
melalui program upaya kesehatan
perseorangan dan kesehatan masyarakat
Kemudian saat ini
pemerintah memperjuangkan berdirinya Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS)
mulai dari pembuatan road map, anggaran dan peraturan pemerintah untuk
pelaksanaan BPJS Kemenkes juga membangun berbagai fasilitas kesehatan,
infrastruktur dan SDM , semua kita panggul secara bertahap dan dikembangkan.
Jadi, kita bekerja secara profesional. Komisi IX DPR mendukung, cuma dalam
pelaksanaan masih terlalu banyak pemangku kepentingan. Mulai dari buruh,
pengusaha, DPR, pemerintah pusat dan daerah, rumah sakit serta asosiasi seperti
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan lain sebagainya.
Secara umum Program Kesehatan untuk Menurunkan angka kematian ibu dan
anak
1. Memeriksa kesehatan Ibu Hamil (ANC)
Pemeriksaan kehamilan
sangatlah penting pada ibu hamil karena pada saat sering terjadi anemia,
kekurangan gizi dan lain-lain. Akibat yang terjadi dari adanya
komplikasi-komplikasi dapat dikurangi dengan diberikanya perawatan perinatal
yang baik. Tetapi kondisi sosial ibu dan kehamilannya ini memang sedemikan rupa
sehingga kunjungan pada perawatan perinatal seringkali dilupakan terlambat
dengan tidak teratur.
Perlunya pemberian
pendidikan tentang gizi, asupan tablet zat besi/vitamin. Komplikasi selama
kehamilan. Peranannya adalah mengkaji memberitahu faktor-faktor resiko,
mendeteksi dan menagani komplikasi.
2. Mengamati Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Balita
Masalah gizi masih cukup rawan dibeberapa
Indonesia.
Ruang
Lingkup Kegiatan
b.
Memantau
pertunbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan dipuskesmas
atau posyandu. Indikator keberhasilan pemantauan status gizi balita ditulis di
KMS.
- Memberikan penyuluhan gizi kepada
masyarakat. Pembentukan Makanan Tambahan (PMT).
- Pemberian vitamin A, tablet zat besi untuk
hamil, susu. Pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi
- Memberikan Pelayanan KB pada Pasangan Usia
Subur
3. Tujuan menurunkan angka kelahiran dan
meningkatkan kesehatan ibu.
Ruang Lingkup
Kegiatan
b. Mengadakan penyuluhan Kb baik dipuskesmas dan
posyandu/Pkk kegiatan penyuluhan ini adalah memberikan konseling untuk PUS.
c. Menyediakan alat-alat kontrasepsi.
d. Menjelaskan fungsi dan efek samping alat
kontrasepsi
e. Pengobatan Ibu dan Anak
4. Tujuannya adalah memberi pengobatan dan
perawatan dipuskesmas
Ruang Lingkup
Kegiatan
b.
Menegakkan
diagnose, memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat jalan atau
pelayanan rawat tinggal di puskesmas.
c.
Mengirim
(merujuk) penderita sesuai dengan jelas pelayanan yang di perlukan.
d.
Menyelenggarakan
puskesmas keliling.
e.
Kualitas
Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak
Dalam pelayanan kesehatan
reproduksi , program kesehatan ibu dan anak lebih di tujukan kepada upaya pergerakan pihak penerima layanan ( demam dan side)
melalui pemberdayaan setiap keluarga dalam peningkatan pengetahuan sikap dan
prilaku sehat dalam reproduksi , yang pada balitanya akan mempercepat penurunan
tingkat kematian ibu dan bayi. Pelayanan terutama di tujukan kepada kelompok
rentan dan tidak terjangkau , kurang gizi , kehamilan dengan sanitasi maupun
fasilitasi kesehatan yang kurang memadai , sasaran pelayanan kita adalah
mencakup remaja sebelum menikah (catin) ,pasangan sebelum hamil , pelayanan selama hamil
, waktu melahirkan dan sesudah melahirkan , termasuk pelayanan kontrasepsi dan
kesehatan reproduksi (BKKBN, 2006).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah
ini, kesimpulan yang dapat diambil yaitu
1. Upaya Kesehatan ibu dan anak
adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan
bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
2. Tujuan
Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya
B.
Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini
dapat menjadi acuan dalam mempelajari tentang kesehatan ibu dan anak, untuk
Mendukung Upaya-Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan harapan penulis makalah ini
tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.