Translate

Senin, 13 Oktober 2014

8 Strategi Promkes (Rendahnya ASI Ekslusif)



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
       Riset World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan Air Susu Ibu (ASI) dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara dini. Hingga akhir Desember 2010, jumlah anak usia dibawah lima tahun (Balita) yang masih menderita gizi buruk di Indonesia tercatat 76.178 orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah tersebut turun meskipun angkanya relatif kecil yakni 1,1% dari total penderita gizi buruk (Damandiri, 2010).
      Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO (2008) merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang optimal yaitu,  pertama memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia > 6 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2011) .
      Menurut L. Blum, derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.
      ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan, karena pencernaan bayi sebelum usia 6 bulan belum sempurna. Bila dipaksa bisa menyebabkan pencernaan sakit karena pemberian terlalu cepat, lagi pula kekebalan terhadap bakteri masih kecil dan bisa tercemar melalui alat makan dan cara pengolahan yang kurang higienis. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI. Sebaliknya pemberian makanan pendamping yang terlambat dapat menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping (Suwandi, 2006).
         Rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif, menyebabkan kesalahan dalam memberikan ASI ekslusif. Akibatnya para ibu cenderung memberikan MP-ASI tanpa mempertimbangkan usia bayi, disamping itu, jumlah anggota keluarga berpengaruh pada distribusi makanan dalam suatu keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan maka semakin berat pula beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan pangan. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga tersebut (Suwandi, 2006)
      Salah satu strategi untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan, produktivitas dan taraf hidup masyarakat ialah melalui salah satu Program pemberian ASI ekslusif yang menekankan pada perubahan perilaku masyarakat untuk memberikan ASI ekslusif. Strategi ini pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka memperkuat upaya memberikan ASI ekslusif, mencegah status gizi kurang/gizi buruk, mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk memberikan ASI ekslusif berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Pada makalah ini, kegiatan yang akan dibahas adalah menangani masalah Rendahnya Pemberian ASI ekslusif di Desa Watunggarandu berdasarkan 8 Langkah Strategi Promosi Kesehatan.
B.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk  mengetahui gambaran penerapan  8 langkah/strategi promosi kesehatan dalam menangani Rendahnya Pemberian ASI ekslusif di Desa Watunggarandu Kelurahan Lalonggasumeeto.
2.    Tujuan Khusus
Dalam mengembankan strategi promosi kesehatan ditempuh melalui 8 langkah pokok, secara khusus  bertujuan untuk:
a.  Mengetahui masalah kesehatan dan perilaku di desa Watunggarandu
b.  Mengetahui sasaran dari promosi kesehatan di desa Watunggarandu
c.   Mengetahui tujuan dari promosi kesehatan di desa Watunggarandu
d.  Mengetahui strategi dari promosi kesehatan di desa Watunggarandu
e.  Mengetahui pesan pokok dari promosi kesehatan di desa Watunggarandu
f.    Mengetahui metode dan saluran komunikasi dari promosi kesehatan di desa Watunggarandu
g.  Mengetahui kegiatan operasional dari promosi kesehatan di desa Watunggarandu
h.  Mengetahui pemantauan dan penilaian dari promosi kesehatan di desa Watunggarandu


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan Tentang Strategi Promosi Kesehatan
1.    Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut strategi, yakni cara bagaimana mencapai atau teknik atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya, yaitu:
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
b.    Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal;
c.  Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan;  dan
d.  Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik, misalnya membangun sarana sanitasi tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”, dalam artian:
a.    Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan,
b.    Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman, serta
c.    Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.
2.    Langkah/Strategi Promosi Kesehatan
Strategi promosi kesehatan yang ditempuh melalui 8 langkah pokok, yaitu :
a.  Analisa masalah kesehatan dan perilaku
1)    Analisa masalah kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, mengenal penyebab kesehatan, mengenal sifat masalah (beratnya, luasnya, dan waktu masalah), dan mengenal epidemiologi masalah.
2)    Analisa perilaku yaitu mengidentifikasi perilaku ideal, mengidentifikasi orang yang mempraktekan perilaku tersebut maupun tidak, dan memilih target behaviour (sasaran perilaku).
b.  Menetapkan sasaran:
1)    Menetapkan sasaran primer dan tatanan, serta analisisnya.
Sasaran primer yaitu individu atau kelompok yang terkena masalah, yang diharapkan akan berperilaku seperti yang diharapkan, dan yang akan memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan perilaku.
2)    Menetapkan sasaran sekunder dan tatanan, serta analisisnya.
Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok individu yang berpengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer.
3)    Menetapkan sasaran tertier dan tatanan, serta analisisnya.
Sasaran ini mencakup para pengambil keputusan, para penyandang dana, dan lain-lain pihak yang berpengaruh pada tingkatannya (nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, keluarga, dsb) maupun bidang pengaruhnya (agam, politik, profesi, dsb).
4)  Menetapkan tujuan
a)    Tujuan umum
Tujuan umum kegiatan promosi kesehatan ialah terciptanya perilaku hidup sehat dikalangan masyarakat serta berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
b)    Tujuan khusus
Tujuan khusus memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal-hal yang dikemukakan dalam tujuan umum. Tujuan khusus haruslah dikembangkan untuk kelompok sasaran atau segmen sasaran tertentu.
5)    Menetapkan strategi
a)    Advokasi yaitu pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan. 
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.
b)  Dukungan sosial
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan programprogram kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi dalam program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).
c)  Pemberdayaan
Pemberdayaan terutama dilakukan terhadap sasaran primer dan sekunder, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik langsung kepada individu maupun kepada individu diberbagai tatanan seperti rumah tangga, sekolah, tempat kerja, institusi kesehatan dan sebagainya.
d)  Menetapkan pesan pokok
Pesan pokok yang disampaikan harus mengandung unsur-unsur yaitu perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh sasaran, keuntungannya kalau menerapkan perilaku tersebut, dan alasannya mengapa menguntungkan atau bermanfaat.
e)  Menetapkan metode dan saluran komunikasi
Saluran komunikasi dapat melalui interperrsonal, cetakan dan media dengar pandang, media massa, dan tradisional.
f)   Menetapkan kegiatan operrasional
Sesudah menetapkan langkah-langkah sebelumnya, maka perlu ditetapkan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
g)  Menetapkan pemantauan dan penilaian
Indikator yang akan dipantau yaitu kuantitas distribusi/ frekuensi penyiaran, pencapaian kegiatan yang direncanakan, jumlah target sasaran yang bisa mengingat pesan-pesan pokok, jumlah target yang sasaran yang berperilaku sperti yang dianjurkan dalam pesan-pesan penyuluhan, isi pelatihan, cost, dan kualitas hasil.
B.     Tinjauan Tentang Sanitasi Saluran Pembuangan Air Limbah
1.    Sanitasi
Pengertian sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas tidak buang air besar (bab) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, serta mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Sejarah lahirnya pedoman ini antara lain didahului dengan adanya kerjasama antara pemerintah dengan Bank Dunia berupa implementasi proyek Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan pemasaran sanitasi (StoPS). Kemudian pada tahun 2008 lahir sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional. Strategi ini pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 (Depkes RI, 2008).          
2.    Saluran Pembuangan Air Limbah
a)    Pengertian
     SPAL adalah saluran yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan air buangan kamar mandi tempat cuci, dapur (bukan daripeturasan/jamban) untuk pedesaan, sehingga air limbah tersebut dapat meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan pemukiman. SPAL adalah: Suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain. Tetapi bukan dari kakus/jamban.
         Pembuangan air dari kamar mandi dan tempat cuci dialirkan ke parit dan usahakan tetap mengalir serta dapt menyerap dalam tanah. Sampah seharusnya dipilah-pilah mana sampah kering mana sampah basah dan sebaiknya sampah jangan dibiarkan terbuka selama 24 jam karena akan dihinggapi lalat dan didatangi tikus (Depkes RI, 2010:4).
         Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri tipus, kolera dan penyakitnya. Air limbah tersebut harus diolah dengan tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.
         Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit.Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit air limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah.
         Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Pengaruh air limbah adalah:
1)   Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama: disentri  baciler dan kolera
2)       Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau hidup larva nyamuk
3)   Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya.
b)    Macam- Macam SPAL
1)    Limbah rumah tangga dari buangan closet (WC),  septic tank WC adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air kotoran tersebut tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Dibuat bak penampungan kotoran (septic tank) yang terdiri dari bak pengumpul dan bak peresap serta dihubungkan dengan saluran pipa ralon.
2)    Air limbah closet (WC) dialirkan melalui pralon ke septi tank berdinding kedap air. 
3)    Limbah rumah tangga dari saluran air pembuangan (air buangan kamar mandi dan bekas air cucian). Tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak control yang jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan pengambilan tutup bak agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang.
c)    Manfaat SPAL
1)  Air limbah tidak berserakan kemana-mana, sehingga tidak menimbulkan genangan air/becek, pandangan kotor, bau busuk yang dapat mengganggu kesehatan.
2)    Menghilangkan sarang nyamuk
3)    Dengan hilangnya comberan, tanah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti tempat bermain anak-anak dan lain-lain
d)    Syarat minimal SPAL yang memenuhi syarat kesehatan :
1)    Jarak antara lubang peresapan SPAL terletak tidak kurang dari 10 m dan sumur/pompa tangan, sehingga tidak mencemari sumber air bersih tidak berbau.
2)  SPAL mudah dikuras atau dibersihkan dan tidak menimbulkan genangan air yang terbuka.
        e)    Prinsip pengelolaan limbah
Prinsip pengelolaan limbah adalah sebagai berikut:
1)  Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air di permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2)    Tidak mengotori permukaan tanah.
3)    Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4)    Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5)    Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6)    Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7)    Jarak minimal dari sumber air dengan bak resapan 10 meter
           f)                 Cara pemeliharaan SPAL
1)  Periksa apakah terdapat kebocoran-kebocoran pipa. Apabila ada segeralah ditambal agar tidak mencemari lingkungan. Ambilah selalu Lumpur dari lubang peresapan..
2)      Apabila SPAL tidak dapat meresapkan air lagi, angkatlah material yang ada pada lubang peresapan (batu kali/koral, selongsong bamboo/drum) ganti dengan yang baru.
3)      Cara membuang kotoran yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit
Kotoran manusia banyak sekali mengandung kuman yang dapat yang dapat menumbulkan berbagai penyakit.
















  

































BAB III
PEMBAHASAN

Adapun 8 langkah yang diterapkan dalam menangani masalah Sanitasi Pembuangan Saluran Pembuangan Air Limbah di Desa Nitanasa adalah:
1.    Analisis Masalah Dan Perilaku
Dalam kegiatan PBL III yang kami lakukan di Desa Nitanasa dimulai dari menganalisis situasi, mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah kesehatan, menganalisis masalah dan memprioritaskan masalah, sampai merencanakan program intervensi dan mengevaluasi program kerja yang dilakukan di Desa Nitanasa.  Dalam kegiatan tersebut, ditemukan bahwa yang menjadi prioritas utama masalah di Desa Nitanasa Kecamatan Laalonggasumeeto yaitu masih terdapat masyarakat yang membuang limbah khususnya Limbah Rumah Tangga dan hanya dengan tergenang dii sembarang tempat. Ini dikarenakan rendahnya cakupan kepemilikan dan pemanfaatan tempat saluran pembuangan air limbah di setiap rumah masyarakat Desa Nitanasa. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan, status ekonomi, dan tidak adanya partisapasi masyarakat untuk membuat Saluran Pmbuangan Air Limbah.
Rendahnya kepemilikan SPAL dipengaruhi oleh status ekonomi, dimana kemampuan ekonomi masyarakat terutama masyarakat miskin sangat rendah, sehingga masyarakat lebih merasa praktis dan murah dengan cara membuang limbah di lahan yang kosong atau belakang rumah, karena biayanya lebih diprioritaskan untuk kebutuhan yang lebih utama. Hal inilah yang menyebabkan jumlah penduduk dengan cakupan kepemilikan dan pemanfaatan SPAL yang rendah.
Dari aspek pengetahuan, masih banyak masyarakat yang belum mengerti betapa berbahayanya jika membuang Limbah disembarang tempat. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan penyakit – penyakit yang berbasis lingkungan sangat berpengaruh terhadap kebiasaan membuang limbah rumah tangga sembarangan. Kurangnya informasi tentang penggunaan SPAL di masyarakat membuat kebiasaan tersebut sulit dirubah. Hal ini sejalan juga dengan tingkat penididikan yang rendah. Semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat akan semakin susah merubah kebiasaan mereka atau perilakunya.
Tantangan lain dalam menghadapi masalah sanitasi adalah perilaku masyarakat yang masih terbiasa limbah di belakang rumah atau dilahan kosong. Hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya mobil pengangkut sampah yang masuk ke Desa Nitanasa karena jarak tempuhnya yang cukup jauh dan kondisi perjalanan. Namun, kebiasaan ini akan menjadi sumber penyakit – penyakit berbasis lingkungan.
2.    Penetapan Sasaran
Sasaran utama atau primer dari kegiatan ini adalah seluruh masyarakat Desa Nitanasa baik usia dewasa (orang tua) maupun siswa sekolah, sehingga kegiatan ini dapat diketahui sejak usia dini dan tetap dilaksanakan sampai dewasa. Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Diharapkan setelah siswa sekolah mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah secara partisipatif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain serta tetangga dari siswa sekolah tersebut. Siswa sekolah dasar terutama kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain.
Sedangkan, sasaran selanjutnya atau sekunder yang dapat mendukung kegiatan ini agar masyarakat dapat menerima dan mau melaksanakannya adalah tokoh-tokoh masyarakat berpengaruh dalam masyarakat. Selain itu, dukungan kepala desa dan kepala-kepala dusun memiliki peranan pula dalam pelaksanaan kegiatan yang harus dilaksanakan (keputusan, financial, dan bantuan) yang merupakan sasaran tertier dari kegiatan ini.
3.    Penetapan Tujuan
1.    Tujuan umum
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang dapat mengakses perbaikan pelayanan dan fasilitas sanitasi melalui kegiatan pembangunan SPAL, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka usaha pencapaian target MDGs di sektor sanitasi melalui kegiatan penyuluhan (non-fisik) yakni penyuluhan tentang PHBS
2.    Tujuan khusus
a.    Meningkatkan komunikasi atau interaksi antara individu dan kelompok dalam masyarakat secara partisipatif, yang di kelola oleh masyarakat untuk mengubah perilaku buruk yang berkaitan dengan perilaku kunci PHBS sehingga dapat mencegahan penyakit yang berbasis lingkungan melalui kegiatan penyuluhan.
b.    Menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program pengembangan cakupan sanitasi melalui pembangunan sarana sanitasi seperti SPAL di masyarakat.
4.    Strategi Promosi Kesehatan
1.    Advokasi
     Pendekatan dilakukan pada kepala desa, serta kepala dusun Desa Nitanasa dengan melakukan pertemuan baik resmi maupun tidak resmi. Pendekatan ini dilakukan agar para pengambil kebijakan mengetahui tentang masalah yang ada di desa mereka dan kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dengan harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal berikut :
a)    Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud bisa berupa dana, kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan dalam rangka pelaksanaan pembentukan SPAL ataupun penyuluhan kepada masyarakat.
b)  Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosii kesehatan khususnya tentang PHBS.
2.    Dukungan sosial / kemitraan
Pendekatan ini dengan mencari dukungan sosial atau melakukan kemitraan pada tokoh-tokoh masyarakat seperti kepala tarang taruna, ustad, dan tokoh-tokoh lain yang berpengaruh dalam masyarakat sehingga dapat :
a)    Mendukung program kesehatan,
b)    Membantu meyakinkan masyarakat terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
c)    Membantu pelaksanaan kegiatan ini sampai selesai.
3.    Pemberdayaan masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring dan evaluasi maka harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat. Untuk itu, harus dilaksanakan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan program promosi kesehatan dengan pembangunan sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).
            Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan cara bekerja sama dengan masyarakat dalam pembuatan SPAL sehingga terjalin komunikasi yang baik dan tujuan dari program yang telah ditetapkan dapat tercapai.
5.    Pesan Pokok
         Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung masyarakat, oleh karena itu perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan perilaku beresiko diprioritaskan dalam program higiene sanitasi di sekolah dan di masyarakat Desa Nitanasa yaitu berkaitan kesehatan lingkungan dan PHBS.
1.    Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah saluran suatu lingkungan rumah yang dapat menunjang kesehatan baik fisik, rohani maupun sosial.
a)    Pengelolaan SPAL yang memenuhi syarat
      SPAL merupakan merupakan produk Rumah Tangga. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan cairan yang tidak berguna dan harus dibuang. Dengan banyaknya air yang tersedia di masyarakat, akibat suksesnya program penyediaan air bersih dan air minum bagi masyarakat akan menyebabkan jumlah limbah cair yang harus dibuang juga meningkat. Limbah cair yang dibuang tidak dengan benar akan menyebabkan rendahnya kebersihan lingkungan, dan juga sebagai tempat perindukan vektor penyakit menular. Kebiasaan buang air besar di tempat terbuka, harus dirubah menjadi kebiasaan buang kotoran di tempat yang benar dan aman sesuai dengan kaidah kesehatan lingkungan. Seandainya belum mempunyai jamban, dengan buang kotoran di tempat jauh dari sumber air, dan ditutup dengan tanah sudah dapat mencegah terjadinya penularan penyakit.
b)   Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1)    Cuci tangan dengan sabun
       Tangan dapat terkontaminasi dengan tinja sewaktu cebok atau pada waktu membersihkan anak setelah buang air besar. Tangan harus dicuci dengan sabun setelah kontak dengan tinja (setelah buang air besar/setelah membersihkan kotoran bayi atau balita), yaitu dengan menggunakan sabun, karena untuk melarutkan partikel lemak yang mengandung kuman penyakit. Mencuci tangan sebelum makan, sebelum menyuapi anak, sebelum menyiapkan makanan juga dapat mencegah penularan penyakit. Tetapi harus diingat pesan terlalu banyak tidak praktis. Yang perlu diingat dan perlu dilakukan sehingga menjadi kebiasaan ialah “Mencuci tangan dengan sabun setelah terjadi kontak dengan tinja”.
2)    Kesehatan Gigi
      Sedini mungkin anak-anak harus diajarkan tentang kesehatan gigi karena perilaku yang kurang merawat gigi dapat menimbulkan banyak penyakit gigi (gigi berlubang/ caries). Anak-anak harus diajarkan cara menggosok gigi (setelah makan dan sebelum tidur), jangan sering mengkonsumsi makan-makanan manis, dan bila ada gigi yang sakit segera periksa ke dokter agar mendapatkan perawatan.
6.    Metode dan Saluran Komunikasi
Dalam kegiatan penyampaian pesan pokok pada sasaran program digunakan alternatif saluran komunikasi yakni:
a.    Komunikasi interpersonal
    Komunikasi intensif melalui momentum tatap muka langsung dengan kepala desa, kepala dusun, tokoh-tokoh masyarakat, maupun masyarakat Desa Nitanasa.
b.      Komunikasi melalui penyuluhan
Penyuluhan dilakukan baik pada kelompok anak sekolah maupun pada kelompok masyarakat.
c.    Komunikasi melalui media cetak ( penyebaran leaflet )
Ini dilakukan terutama ditujukan kepada khalayak ramai termasuk anak sekolah.
7.    Kegiatan Operasional
a.    Kegiatan non-fisik yaitu penyuluhan
1)    Kegiatan promosi kesehatan di masyarakat yaitu penyuluhan kepada seluruh warga dan pembagian leaflet
2)    Kegiatan promosi kesehatan di sekolah yaitu penyuluhan PHBS
b.    Kegiatan non-fisik yaitu pembangunan sarana sanitasi TPS percontohan.
8.    Pemantauan dan Penilaian
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dan kontinyu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan (target) program promosii kesehatan yakni melalui
a.    Penyuluhan.
Indikator monitoring dan evaluasinya melalui pembagian kusioner pre dan post test untuk membandingkan pengetahuan masyarakat yang didapatkan sebelum dan sesudah penyuluhan.
c.    Sarana sanitasi SPAL percontohan
Indikator monitoring dan evaluasinya melalui pengamatan secara langsung pada tempat-tempat pembangunan SPAL (apakah digunakan atau tidak), serta pengamatan pada SPAL yang digunakan masyarakat (apakah masih membuang SPAL ditempat sembarang seperti belakang rumah maupun lahan kosong).



BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
        Dari hasil analisis, ditemukan bahwa yang menjadi prioritas utama masalah di Desa Nitanasa Kecamatan Laalonggasumeeto yaitu masih terdapat masyarakat yang membuang limbah rumah tangga hanya dengan menumpuk dibelakang rumah atau di lahan kosong. Ini dikarenakan rendahnya cakupan kepemilikan dan pemanfaatan SPAL di setiap rumah masyarakat Desa Nitanasa. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan, status ekonomi.
        Setelah melakukan strategi promosi kesehatan (advokasi, dukungan sosial, pemberdayaan) diperoleh kesepakatan untuk melakukan kegiatan penyuluhan (kesehatan lingkungan dan PHBS), serta pembangunan sarana sanitasi SPAL percontohan. Untuk mengetahui keberhasilan kedua kegiatan tersebut pada masyarakat, dilakukan test pada penyuluhan dengan kusioner pre dan post test, serta pengamatan langsung terhadap kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan menggunakan SPAL yang telah dibuat.
        Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan/ minat untuk merubah perilaku membuang sampah di belakang rumah atau lahan kosong, masyarakat dapat mulai membangun sarana sanitasi (SPAL) yang harus dibangun oleh masing-masing anggota rumah tangga. Masyarakat harus menentukan kapan dapat mencapai agar semua rumah tangga mempunyai SPAL. Fasilitator harus mampu memberikan informasi pilihan agar masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai dengan kemampuan dan kondisi lingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).
B.   Saran
Hendaknya masyarakat menyadari akan pentingnya kesehatan lingkungan (Jamban, TPS, dan SPAL) yang memenuhi syarat kesehatan. Hall itu dapat dilakukan melalui upaya meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan. Di samping itu, dengan dilakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya PHBS dan kesehatan lingkungan karena kedua penyuluhan tersebut erat kaitannya dengan kejadian penyakit. Dengan demikian, masyarakat akan memiliki kesadaran tentang masalah sanitasi yang ada di desa mereka sehingga perilaku yang buruk mengalami perubahan. Selain itu, pembangunan sarana sanitasi SPAL percontohan diharapkan masyarakat dapat menggunakannya dan mengaplikasikan hal tersebut di setiap rumah masyarakat.





DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2009. Kualitas Pelayanan Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian PHBS. Pusat promosi Kesehatan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wawan. 2010. Perilaku dalam Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan. Bandung, Rineka Cipta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar