Translate

Senin, 13 Oktober 2014

ASI EKSLUSIF


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Riset World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan Air Susu Ibu (ASI) dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara dini. Hingga akhir Desember 2010, jumlah anak usia dibawah lima tahun (Balita) yang masih menderita gizi buruk di Indonesia tercatat 76.178 orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah tersebut turun meskipun angkanya relatif kecil yakni 1,1% dari total penderita gizi buruk (Damandiri, 2010).
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO (2008) merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang optimal yaitu,  pertama memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia > 6 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2011) .
Penelitian lain yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan Hellen Keller Internasional (HKI) menemukan bahwa masih banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan.  Selain itu, hasil penelitian  pada 4 Kabupaten di Propinsi Jawa Timur menunjukan hasil yang sangat mencengangkan, yaitu lebih dari 80%  ibu telah memberikan makanan/minuman prelaktal dalam 3 hari pertama kepada bayinya. Kondisi yang sama juga ditemukan di Sulawesi Tenggara dimana hasil Riskesdas 2010 menemukan bahwa 40,0% ibu telah memberikan Makanan Pendamping Asi pada bayi 0 – 6 bulan.
Makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan pada usia 6 bulan, karena pencernaan bayi sebelum usia 6 bulan belum sempurna. Bila dipaksa bisa menyebabkan pencernaan sakit karena pemberian terlalu cepat, lagi pula kekebalan terhadap bakteri masih kecil dan bisa tercemar melalui alat makan dan cara pengolahan yang kurang higienis. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI. Sebaliknya pemberian makanan pendamping yang terlambat dapat menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping (Suwandi, 2006).
Rendahnya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI, menyebabkan kesalahan dalam memberikan Makanan Pendamping ASI. Akibatnya para ibu cenderung memberikan MP-ASI tanpa mempertimbangkan usia bayi, disamping itu, jumlah anggota keluarga berpengaruh pada distribusi makanan dalam suatu keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan maka semakin berat pula beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan pangan. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga tersebut (Suwandi, 2006)
Kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Akibat MP-ASI dini yang memungkinkan terjadi dan meningkatnya risiko infeksi lain pada bayi, hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada  bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI Eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI. Kualitas makanan tambahan yang diberikan kepada bayi yang kebanyakan tidak adekuat umumnya makanan tambahan tersebut hanya mengandung sekitar 50% dari jumlah energi yang disarankan WHO dan sekitar 30% dari kandungan mikronutrien yang dibutuhkan anak (Kemenkes RI, 2010)
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang mengatur tentang pemberian air susu ibu (ASI)  ekslusif mengenai hak-hak bayi meliputi: Hak untuk memperoleh ASI ekslusif: Kewajiban tenaga kerja untuk memfasilitasi pemberian ASI ekslusif: Kewajiban dunia usaha dan tempat kerja untuRk mendukung pemberian ASI ekslusif, dan larangan iklan susu formula untuk anak berusia di bawah satu tahun di media massa dan salah satu poin dari RPP tersebut mengatur, bahwa bila ada pihak yang dengan sengaja menghalang-halangi upaya seorang ibu untuk memberi ASI ekslusif bagi anaknya, pihak tersebut bisa dikenakan hukuman maksimal tiga tahun penjara atau denda Rp 300 juta (Kemenkes, 2010:).
UU kesehatan tentang ASI, hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif dijelaskan dalam Pasal 128 Ayat 1 yang berbunyi, Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis (Kemenkes, 2010:12).
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2013 secara Nasional pemberian ASI ekslusif hanya mencakup 57% dari total bayi yang ada, persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni 51% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9 bulan (Prasetyawati, 2012).
Data yang diperoleh di Provinsi Sulawesi Tenggara, pada tahun 2011 prevalensi ibu menyusui yang memberikan ASI Esklusif  adalah 54,81%, kemudian pada tahun 2012 hanya sekitar 33,48% dan pada tahun 2013 semakin menurun hingga 30,14% ibu yang memberikan ASI Esklusif (Profil Kesehatan Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013).
Data yang diperoleh dari dinas Kesehatan Kota Kendari diperoleh bahwa cakupan pemberian ASI di Kota Kendari tahun 2012 mencapai 56,3% namun yang memberikan ASI Esklusif hanya mencapai 17,5%,dan semakin menurun pada tahun 2013 mencapai 13.8%  (Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2013).
Desa Watunggarandu Kabupaten Konawe merupakan daerah yang derajat kesehatan masyarakatnya masih sangat perlu diadakan pemberdayaan kehidupannya dalam hal ini kesehatannya, agar masyarakatnya dapat hidup secara lebih produktif dan lebih menanamkan nilai-nilai hidup sehat sehingga tercipta keseimbangan dan terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dan optimal, maka mahasiswa STIKES-MW Kendari program studi kesehatan masyarakat melakukan PBL di daerah ini.

Desa Watunggarandu merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Lalonggasumeeto dengan sasaran bayi berjumlah 29 Balita dimana  sebagian besar yakni 21 orang tidak mendapatkan ASI ekslusif  dan sebagian kecil yakni 8 orang mendapatkan ASI ekslusif. Rendahnya pemberian ASI ekslusif pada ibu disebabkan karena faktor pekerjaan ibu dan juga karena ASI tidak keluar dan beberapa ibu mengatakan bahwa keadaan bayi yang rewel sehingga bayi akan berhenti rewel apabila diberikan makanan tambahan lainnya seperti pisang dan susu formula. (Puskesmas Watunggarandu, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk melakukan perencanaan dan evaluasi terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe”.
B.   Rumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut: faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI ekslusif, menentukan program penanggulangan dan mengevaluasi program pemberian ASI ekslusif?
 C.   Tujuan Penelitian
a.    Tujuan Umum
      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI ekslusif, menentukan program penanggulangan dan mengevaluasi program pemberian ASI ekslusif.
b.    Tujuan Khusus
a)    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI ekslusif yang ada di masyarakat khususnya di desa Watunggarandu.
b)    Untuk menentukan intervensi dalam menanggulangi pemberian ASI ekslusif
c)    Untuk mengevaluasi program dalam menanggulangi pemberian ASI ekslusif
d)    Untuk memberi rekomendasi untuk kesinambungan program.
      D.   Manfaat  Penelitian 

  1.   Bagi pemerintah

Sebagai bahan informasi, khususnya puskesmas Lalonggasumeeto dalam upaya pemberian ASI Ekslusif dan sebagai acuan dalam menetapkan kebijakan dalam penanggulanan rendahnya ASI ekslusif.
      2.    Bagi ibu bayiMenambah informasi dan pengetahuan kepada para ibu hamil tentang pemberian ASI Ekslusif yang tepat saat bayi berusia 0-6 bulan.
3.    Bagi Mahasiswa
Merupakan suatu pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku perkuliahan














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Tentang ASI Ekslusif
1.  Pengertian ASI
ASI adalah makanan eksklusif bagi bayi. Nilai gizi yang terkandung dalam ASI sangat tinggi sehingga bayi tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar. ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Chomaria, 2011).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi yang diperlukan (Maryunani, 2011).
Menurut Idrus (2011), mengemukakan ASI mengandung makanan yang paling cocok bagi balita dengan propesi yang sangat bagus dan sesuai. ASI adalah satu-satunya cairan produk alamiah tubuh ibu dengan kandungan protein yang mudah dicerna dan banyak terdapat makanan zat kekebalan tubuh yang melindungi balita dari ancaman infeksi.
2.  Pengelompokkan ASI
  Purwanti (2008) mengelompokkan ASI eksklusif menjadi tiga stadium sebagai berikut:
a.    ASI stadium 1
  Disebut dengan kolostrum yaitu cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat setelah bayi lahir. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
b.  ASI stadium 2
       Adalah ASI peralihan yang diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan volume ASI semakin meningkat. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu, keluhan nyeri sudah berkurang. Oleh karena itu, kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu perlu ditingkatkan.
c.    ASI stadium 3
 Yaitu  ASI  matur  yang  disekresi  dari  hari ke-10 sampai seterusnya. ASI  matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur enam bulan (Purwanti, 2008).
2.  Komposisi / kandungan ASI
Menurut WHO (2007) komposisi atau kandungan ASI terdiri atas :
a.  Kolostrum
Segera setelah melahirkan Air Susu Ibu yang keluar berwarna kekuning-kuningan, kental dan agak lengket, Air Susu Ibu ini disebut kolostrum dan diproduksi kira-kira minggu pertama, kemudian itu Air Susu Ibu di produksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan Air Susu Ibu yang berwarna putih itu dalam hal kandungan :
1)    Lebih banyak protein (terdapat sekitar 1% dalam Air Susu Putih).
2)    Lebih banyak immunoglobulin ASI (IgA) yang berguna melapisi usus dan melindunginya dari infeksi bakteri dan virus.
3)    Laktoferin dan juga sel-sel darah putih yang tersedia untuk bayi dan dapat memenuhi sebuah kebutuhan nutrisi.
4)    Kolostrum yang berubah menjadi ASI matang antara 3 dan 14 hari setelah melahirkan dirancang sedemikian mungkin sehingga tidak membebani ginjal bayi yang belum matang.
5)    Kolostrum mengandung zat antivirus dan antibakteri sebagai berikut
a)    Enzim yang sangat berperan efektif disalurkan pencernaan yang bertugas menghancurkan dinding sel bakteri pathogen dan melindungi saluran pencernaan bayi.
b)    Bifidobakteri bertugas mengasamkan lambung sehingga bakteri pathogen dan parasit mampu bertahan hidup, mengikat zat besi sehingga bakteri patogen yang membutuhkan zat besi diboikot untuk tidak mendapat suplai zat besi sehingga pertumbuhannya terhambat dan bersama unsur lain berperang melawan bakteri streptococcus (yang dapat menyebabkan penyakit paru, pneumonia, dan Eschersia coli) (Idrus, 2011).
b.  Kandungan zat gizi Air Susu Ibu (ASI)
1)     Protein
Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah larut sesuai untuk ginjal yang belum matang. Protein dalam ASI adalah 80:20, yang menghasilkan “kepala susu” yang lenih lembut dalam lambung sehingga mengurangi waktu pengosongan lambung dan membantu pencernaan, sedangkan protein dalam susu sapi hanya 20:80 terdapat berbagai sustansi dalam ASI yang belum sepenuhnya di pahami, misalnya asam amino taurin, yang di anggap penting untuk pertumbuhan otak manusia dan absorbsi lemak (Idrus, 2011).
2)     Lemak
Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu absorbsi lemak. Lemak sendiri memiliki beberapa fungsi dalam tubuh dan berperan penting dalam kualitas peletana myelin (Idrus, 2011).
3)     Karbohidrat (Laktosa)
Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi laktosa dalam ASI. Laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi bayi. Laktosa membuat pertumbuhan laktobasilus bifidus, merupakan koloni yang membantu menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Hal ini terjadi karena media yang dihasilkan oleh bakteri bersifat memusuhi pertumbuhan bakeri pathogen lainnya. Zat ini membantu penyerapan kalsium dan mengirim magnesium di masa pertumbuhan bayi (Idrus, 2011).
4)  Mineral
Kalsium dalam Air Susu Ibu berjumlah sedikit tetapi mudah diserap maka kalsium ASI cukup dapat memenuhi kebutuhan balita. Sekitar 50-70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan makanan lainnya hanya 10-30%. Selain itu simpanan zat besi pada balita sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama bulan-bulan pertama dalam kehidupannya. Kadar natrium lebih banyak sehingga melindungi neonatus dari dehidrasi dan kelebihan natrium dalam darah, ASI juga mengandung molekul pengikat seng, asam pikolinat yang membuat penyerapan seng lebih efesien (Idrus, 2011).
5)     Vitamin
ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi walaupun kadarnya bervariasi sesuai dengan diet ibu. Penting bagi bayi untuk mendapatkan kolostrum dan kemudian susu awal untuk memastikan bahwa vitamin yang larut yang diperoleh oleh bayi (Idrus, 2011).
6)     Oligosakarida
Merupakan komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam system pencernaan bayi. Terdapat 10-12gr/liter (Idrus, 2011).
3.   Alasan Penggunaan ASI
  Menurut Depkes RI (2011) alasan penggunaaan ASI/ pemberian ASI pada Bayi adalah :
a.  Air Susu Ibu (ASI) bersih. Memang Asi tidak pernah steril karena putting buah dada dapat terkontaminasi setiap waktu namun bakteri yang mungkin mencemarinya tidak lagi sempat berkembang biak sebab Air Susu segera dimunum balita.
b.  ASI mengandung immunoglobulin terutama Ig A antibody ini terdapat banyak dalam kolostrum dan lebih rendah didalam air susu berikutnya.  Ig A tidak diserap tetapi bekerja diusus dalam menahan bakteri tertentu (misalnya E. Coli) dan virus.
c.   ASI mengandung lactoferin. Zat ini adalah protein yang dapat  mengikat besi, sehingga bakteri yang berbahaya yang terdapat dalam usus tidak memperoleh mineral ini untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu suplementasi besi melalui mulut tidak boleh diberikan kepada balita yang disusui karena akan berpengaruh terhadap peranan lactoferin dalam tubuh.
d.  ASI mengandung lisozim, yaitu suatu enzim yang terdapat cukup banyak (beberapa ribu kali) lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Zat ini menghancurkan sejumlah bakteri berbahaya dan berbagai virus.
e.  ASI mengandung sel-sel darah putih. Selama dua minggu, ASI mengandung sampai 4000 sel/ml. sel-sel ini mengeluarkan Ig A, laktoferin, lisosim, dan interferon adalah suatu subtansi yang dapat menghambat aktifitas virus-virus tertentu.
f.    ASI mengandung factor bifidus. Zat ini adalah karbonhidrat yang mengandung nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri laktobaksilus bifidus.
4.   Manfaat Penggunaan ASI
Keuntungan ASI sudah tidak diragukan lagi. ASI bukan saja menguntungkan bagi balita, tetapi sangat berguna bagi sang ibu. Chomaria (2011), mengemukakan keuntungan pemberian ASI, sebagai berikut :
a.    Bagi keduanya (ibu dan bayi)
1)    Lebih mudah dan praktis. ASI selalu tersedia kapan pun dan dimana pun sang ibu dan anak berada. Tak perlu repot-repot bawah susu, botol, apalagi termos air panas.
2)    Lebih cepat memenuhi kebutuhan anak. Karena ASI selalu tersedia, kapan pun sang anak menginginkannya, ibu dapat segera memenuhinya tak seperti susu formula yang membutuhkan waktu untuk menyiapkannya.
3)    Hubungan antara ibu dan bayi menjadi lebih dekat. Melalui kegiatan menyusui, ibu dan bayi berada pada posisi yang sangat dekat bahkan bayi dapat mendengar detak jantung ibu. (Idrus, 2011).
b.  Bagi bayi :
1)    ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi
                  Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupannya. ASI mengandung AA (Asam Arachidonat) termasuk kelompok Omega-6 DHA, dan nutrisi lain seperti protein, laktosa, dan lemak lainnya yang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi.
2)    ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi
                  ASI adalah makanan yang paling sempurna dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. Salah satu hal yang menyebabkan ASI sangat dibutuhkan bagi bayi baru lahir adalah kandungan minyak Omega-3. Selain itu zat ini penting bagi otak dan mata, juga sangat penting bagi perkembangan saraf yang optimal.
3)    ASI meringankan pencernaan bayi
                  Kondisi sistem pencernaan bayi pada bulan-bulan pertama belum berfungsi secara sempurna. Oleh karena itu asupan nutrisi untuk bayi tidak boleh yang memperberat kerja sistem pencernaan. Selain ASI mengandung nutrisi lengkap, ASI juga di lengkapi dengan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja sistem pencernaan bayi.
4)    ASI meningkatkan kekebalan tubuh bayi
                  Bayi yang baru lahir belum memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna karena ada beberapa unsur penting yang masih kurang untuk melawan infeksi. Bayi memerlukan tambahan faktor yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar. ASI mengandung faktor-faktor kekebalan seperti faktor bifidus, faktor laktoferin, faktor laktospirosidase, faktor sel-sel fagosit, faktor Sel Limfosit dan Makrofag,faktor lisozim dan faktor interferon
c.    Bagi Ibu
1)      Timbul rasa percaya diri pada diri ibu untuk menyusui
           Menyusui dapat memberikan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang cukup untuk bayinya. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi.
2)     Praktis dan tidak merepotkan
            Ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat dan membuat minuman bayi.
3)     Menyusui dan menunda kehamilan.
            Menyusui dapat menjadi cara Keluarga Berencana (KB) yang paling efektif untuk mencegah kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan beberapa syarat, yaitu belum mengalami menstruasi, pemberian ASI tidak boleh di hentikan sama sekali dan belum lewat 6 bulan atau masih ASI eksklusif.
4)     Mengurangi resiko berat badan berlebihan
            Dengan menyusui lemak yang ada di tubuh akan di ubah menjadi ASI sehingga tidak menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelumnya.Ditemukan pengurangan berat badan sebesar 0,44 kg untuk setiap bula ketika menyusui (Chomaria, 2011).
5)     Mempercepat pengecilan ukuran rahim ibu
     Hisapan bayi pada saat menyusui mampu membantu rahim mengecil, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prekehamilan, dan mengurangi risiko perdarahan. Saat menyusui, ada hormon oksitoksin yang berperan dalam produksi ASI. Ternyata hormon tersebut juga berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebih cepat di bandingkan ibu yang tidak menyusui.
6)     Mengurangi resiko kanker payudara
Zat innate immune sistem yang terdapat dalam ASI bisa memberikan perlindungan terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa terhindar dari ancaman kanker payudara.

7)      Mengurangi resiko kanker rahim
Hormon yang berperan dalam produksi ASI juga berperan menuntaskan proses nifas sehingga rahim kembali bersih dari sia-sia melahirkan. Hal ini dapat menurunkan resiko kanker rahim pada ibu yang menyusui bayinya.
8)     Mengurangi stres dan kegelisahan
Hormon oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini berguna untuk mrngurangi strees yang dialami sehingga ibu yang menyusui akan memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih banyak hal-hal positif (Chomaria, 2011).
5.    Cara Memberikan ASI
    ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan pertama. Sesudah umur enam bulan, bayi memerlukan makanan pelengkap karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan ASI yang diproduksi pada 1- 5 hari pertama dinamakan Kolostorum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan. Kolostorum sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein dan mineral serta vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua lama pemberian ASI adalah 5 sampai 10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI adalah 15- 20 menit. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Selain itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan payudara. Penyuluhan tentang cara- cara pemberian ASI yang menjamin kelancaran produksi ASI sejak lahir sangat diperlukan ibu, terutama bagi ibu- ibu yang melahirkan untuk pertama kali. ASI dapat terus diberikan hingga anak umur 2 tahun (Roesli, 2008).
6.    Cara Menyimpan ASI di Rumah
a.    ASI yang telah dikeluarkan dapat diletakkan di kamar/ luar akan tahan 6- 8 jam pada suhu 260C atau lebih rendah.
b.    ASI yang telah dikeluarkan dan disimpan di dalam termos berisi es batu tahan 24 jam
c.    ASI yang disimpan di lemari es tempat buah di bagian paling dalam dimana tempat yang terdingin tahan 3-3 x 24 jam (40 C atau lebih rendah)
d.    ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri, tahan 3 bulan.
e.    ASI yang disimpan di freezer dengan satu pintu, tahan 2 minggu.
f.     ASI yang disimpan di deep freezer (-180C atau lebih rendah) akan tahan selama 6- 12 bulan (Depkes RI, 2011).
      Sebelum diminumkan dengan sendok atau gelas plastik, ASI dapat dihangatkan di dalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan di atas api karena beberapa zat kekebalan dan enzim dapat berkurang                      (Depkes RI, 2011).
7.    Cara Menyusui
Langkah-langkah menyusui yang benar
a.    Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
b.    Bayi diletakkan menghadap perut ibu, dengan cara :
1)    Ibu duduk atau berbaring. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2)    Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh bertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
3)    Satu tangan bayi diletakan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.
a. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
b.  Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
c.   Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
d. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah. Jangan menekan puting susu atau ereolanya saja.
e.   Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh puting dengan puting susu dan menyentuh sisi mulut bayi.
4)   Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puntting serta areola dimasukan kemulut bayi :
                        a.      Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
                        b.      Setelah bayi mulai mengisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi (Chomaria, 2011).
Untuk mengenal tanda-tanda bayi berada dalam posisi yang benar:
1.  Tubuh bayi menempel dan menghadap tubuh ibunya
2.  Dagu bayi menempel pada payudara
3.    Perut bayi menempel pada perut ibu
4.    Mulut bayi terbuka lebar
5.    Mungkin biasa terlihat sebagian areoral diatas bibir atas bayi, lebih sedikit yang terlihat di bibir bawah bayi
6.    Dapat terlihat bayinya menghisap dalam dan perlahan-lahan
7.    Bayi santai dan senang
8.    Ibu tidak merasakan nyeri pada puting susunya.
Sedangkan tanda-tanda bayi berada dalam posisi yang salah :
1.    Mulut dan dagunya terpisah dari payudara
2.    Perut bayi tidak menempel pada perut ibu sehingga leher bayi akan terputar.
3.    Dapat terlihat banyaknya areola yang tidak masuk, terutama dibibir bayi.
4.    Bayi mengisap sebentar-sebentar
5.    Bayi tetap gelisah atau menolak menyusu kerena ia tidak mendapat ASI yang cukup.
6.    Ibu merasakan nyeri pada puting susunya (Chomaria, 2011).
B.   Keputusan dan Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian ASI
1.    Konvensi ILO No. 183 tahun 2000 pasal 10 mengenai Ibu Menyusui
 a.   Perempuan harus diberi hak istirahat harian atau pengurangan jam kerja harian buntuk menyusui anaknya.
b. Berapa lama istirahat menyusui atau pengurangan jam kerja harian ini akan diberikan, banyaknya dalam sehari, lamanya tiap-tiap istirahat dan cara-cara pengurangan jam kerja harian ini diatur berdasarkan hukum dan kebiasan nasional. Istirahat dan pengurangan jam kerja harian ini harus dihitung sebagai jam kerja dan dibayar.
c.  Negara anggota wajib menjamin hak ibu menyusui untuk tidak bekerja. Indonesia baru mengadopsi peraturan ini, belum meratifikasinya.
       2.    Pasal 83 Undang – Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
 Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.
     3.    Pasal 128 Undang - Undang No. 39/2009 tentang Kesehatan
1.    Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis
2.    Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
3.    Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan di tempat sarana umum
4.    Pasal 2 Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No. 48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/ PB/XII/2008 tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja
Tujuan peraturan bersama ini adalah untuk memberi hak ibu menyusui yang berupa kesempatan dan fasilitas kepada ibu bekerja untuk memberikan/memerah ASI selama waktu kerja dan menyimpan ASI perah tersebut. Karena sifatnya imbauan, perusahaan yang tidak menyediakan ruang menyusui atau pojok ASI tidak diberikan sanksi.
5.    Pasal 49 ayat 2 Undang-undang No. 49/1999 tentang Hak Asasi Manusia
Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita. “perlindungan khusus terhadap fungsi reproduksi” yang dimaksud disini adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan haid, hamil, melahirkan dan pemberian kesempatan untuk menyusui anak.
Dengan diaturnya hak ibu menyusui di peraturan – peraturan perundangan di atas, Ibu mempunyai pegangan untuk menuntut haknya. Namun sayangnya, masih ada peraturan –peraturan yang belum tersosialisasi dengan baik. Seorang ibu yang tidak mendapatkan haknya untuk memerah ASI atau menyusui bayinya dapat melakukan pendekatan, pemberian pemahaman mengenai pentingnya ASI kepada pihak manajemen atau pimpinannya. Para Ibu juga bisa memperjuangkan hak menyusui lewat serikat pekerja apabila perusahaan Anda memiliki serikat.
ASI Seorang ibu sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar terutama dari keluarga seperti suami, orangtua, atau orang di lingkungan kerjanya. Demi kelancaran pemberian ASI pada bayinya. Ayat 3 berbunyi, ” Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada kenyataannya, belum banyak dijumpai fasilitas umum yang menyediakan tempat khusus bagi ibu menyusui (breastfeeding room). Hal tersebut tampaknya juga belum tersosialisasikan pada perusahaan-perusahaan, tempat dimana banyak terdapat ibu bekerja yang sedang melaksanakan ASI eksklusif. Setidaknya menilik ayat 3 tadi, perusahaan dapat menyediakan tempat khusus yang bersih dan nyaman sebagai tempat dimana seorang ibu menyusui dapat memompa ASI-nya untuk kemudian menyimpannya ke dalam botol dan diberikan pada bayinya sepulang dari bekerja.
Peran pemerintah pun secara tegas dinyatakan dalam Pasal 129 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. Kebijakan yang berupa pembuatan norma, standar, prosedur dan kriteria tersebut tersebut selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah [Pasal 239 ayat (2)]. Peraturan Pemerintah tersebut harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal pengundangan UU Kesehatan (Pasal 202) ini yaitu tanggal 13 Oktober 2009, sehingga PP paling lambat sudah harus dikeluarkan pada 13 Oktober 2010. Kelebihan dalam UU Kesehatan ini adalah adanya sanksi pidana yang dinyatakan secara tegas dalam Pasal 200.




BAB III
PEMBAHASAN

A.   Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI ekslusif di Desa Watunggarandu.
          Berdasarkan hasil pengamatan penyebab rendahnya pemberian ASI ekslusif disebabkan karena:
1.    Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI ekslusif
                   Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari 5 ibu hamil, 4 orang diantaranya adalah pengetahuannya tentang ASI ekslusif dalam kategori kurang.
2.    Rendahnya pemeriksaan kehamilan
                   Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari 5 ibu hamil, 3 orang diantaranya melakukan pemeriksaan ANC nya dalam kategori tidak lengkap.
3.    Faktor pekerjaan ibu
                   Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari 29 bayi, 19 orang diantaranya adalah memiliki ibu yang bekerja, sedangkan pada ibu hamil dari 5 ibu hamil 3 diantaranya adalah ibu bekerja.
 4.    ASI tidak keluar
                   Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari 29 ibu bayi, 16  orang ibu bayi mengemukakan bahwa tidak memberikan ASI ekslusif karena faktor ASI yang tidak keluar.
5.    Keadaan bayi yang rewel sehingga bayi akan berhenti rewel apabila diberikan makanan tambahan lainnya seperti pisang dan susu formula
           Dari 29 ibu bayi, 21 orang ibu balita mengemukakan bahwa tidak memberikan ASI ekslusif karena bayi yang rewel sehingga bayi akan berhenti rewel apabila diberikan makanan tambahan lainnya seperti pisang dan susu formula.
B.   Intervensi yang diLakukan dalam menanggulangi pemberian ASI ekslusif
 1.    Sasaran                    : Ibu Hamil (5 Orang)
2.    Strategi Promkes   : Advokasi dan Bina Suasana

3.    Rencana Intervensi (Pendekatan Formal)
                Ibu hamil yang terdapat di Desa Watunggarandu sebanyak 5 orang, sehingga upaya yang dilakukan adalah:
Intervensi Fisik
1)    Penyuluhan (Bina Suasana)
a)    Bekerja sama dengan pihak Puskesmas dalam melakukan penyuluhan saat posyandu tentang pentingnya ASI ekslusif.
b)    Bekerja sama dengan Bides untuk melakukan penyuluhan tentang Pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan. Penyuluhan dilakukan dengan cara konsultasi, Penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif di fokuskan pada ibu hamil trimester III.
2.    Advokasi (Pelatihan)
             Advokasi dilakukan kepada pihak puskesmas untuk melakukan pelatihan kepada Bidan di Desa, Tenaga gizi dan kader dapat dilakukan melalui pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menyebarluaskan pemberian ASI ekslusif.
Pelatihan
Sasaran : Bidan Desa, Tenaga gizi dan Kader di Desa
Tujuan:
a.   Meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas (tenaga pelaksana gizi/TPG) dan bidan di desa dalam memantau pemberian ASI Eksklusif
b.     Melakukan penyuluhan yang tepat dan efektif sesuai hasil pemantauan
Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan melalui:
a)     Pengamatan situasi/latar belakang masalah sosial budaya setempat
b)  Cara/teknik pelatihan menggunakan cara belajar orang dewasa, antara lain menggali informasi dari para peserta pelatihan tentang masalah pemberian ASI yang mereka ketahui dilapangan
c.   Persamaan persepsi tentang cara menyusui yang baik dan benar, pentingnya kolostrum bagi kesehatan bayi dan bahayanya memberikan makanan pralakteal bagi bayi
d.    Persamaan persepsi tentang indikator dan pemantauan ASI Eksklusif
Kader
Tujuan:
a)  Meningkatkan pengetahuan kader dalam pemantauan kecenderungan pemberian ASI Eksklusi
b)  Melakukan penyuluhan sederhana
Kepada kader diberikan pengetahuan PP-ASI seperti di atas dengan kedalaman materi yang sederhana sesuai dengan kemampuan dan tugas kader di lapangan
Rencana Non Fisik
1)    Pemberian Leaflet tentang “Pentingnya ASI Ekslusif”
                    Leaflet di sediakan oleh pihak Puskesmas dan kemudian dibagikan kepada ibu hamil saat posyandu atau saat memeriksakan kehamilannya.
2)    Membuat spanduk tentang ASI ekslusif sehingga masyarakat khususnya ibu hamil, ibu bayi dapat melihat dan mengetahui tentang manfaat ASI melalui spanduk tersebut.
     Spanduk ASI di sediakan oleh pihak Puskesmas dan diletakan di puskesmas atau balai desa setempat.
C.   Evaluasi
Dalam evaluasi pembangunan dikenal instrument kebijakan yang dikenal dengan istilah program dan kegiatan. Program adalah bentuk instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran tujuan serta memperoleh alokasi anggaran. Sedangkan kegiatan adalah bagian dari  program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program.
Kegiatan terdiri atas sekumpulan tindakan pengetahan sumber daya baik berupa personil (sumber daya manusia), maupun yang berupa modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang dan jasa.
Menurut Notoatmodjo, Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap 3 hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan terhadap dampak program
1.  Evaluasi proses, ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.
2.    Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya: meningkatnya cakupan ASI ekslusif, meningkatnyamemeriksakan kehamilannya dan sebagainya
a.    Komponen Yang Dievaluasi
  Adapun komponen evaluasi yang digunakan dalam program penanggulangan ASI ekslusif adalah:
1)    Mengevaluasi Pengetahuan Ibu hamil tentang ASI ekslusif
2)    Mengevaluasi kunjungan ANC ibu hamil
3)    Mengevaluasi pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan
4)    Mengevaluasi program pelatihan yang dilakukan pihak puskesmas
5)    Mengevaluasi pemberian Leaflet pada ibu hamil
6)   Mengevaluasi pemasangan spanduk di puskesmas dan balai desa Lalongaggasumeeto
b.    Instrument Evaluasi
1)      Kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan pemberian ASI ekslusif
2)      Lembar Observasi untuk mengukur kunjungan ANC ibu hamil
3)     Leaflet
4)     Spanduk
c.    Indikator
              Untuk menentukan keberhasilan program kegiatan yang dilaksanakan dibutuhkan indicator atau kriteria objektif untuk melihat keberhasilan kegiatan yakni:
1)    Pengetahuan
 Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif, pengetahuan di ukur menggunakan kuesioner dengan menanyakan 10 pertanyaan dengan teknik wawancara. Untuk mengukur pengetahuan menggunakan skala Gutman dengan kriteria objekti:
Baik  : Apabila pengetahuan ibu ≥ 50% dari total skor
Kurang : Apabila pengetahuan ibu < 50% dari total skor
2)    Pemeriksaan ANC ibu hamil
 Adalah pemeriksaan ibu hamil terhadap kehamilannya dengan kriteria objektif:
Lengkap  :    apabila ibu melakukan ANC minimal 4 kali selama kehamilan, yakni 1 kali trimester 1, 1 kali trimester 2 dan 2 kali trimester 3.
Tidak lengkap : apabila ibu tidak teratur melakukan ANC atau pemeriksaan ANC < 4kali selama kehamilan.
3)    Pelatihan
                Adalah upaya yang dilakukan pihak Puskesmas dalam melakukan pelatihan pada bides, TPD maupun kader.
Kriteria objektif:
Terlaksana : apabila dilaksanakan pelatihan
  Tidak Terlaksana : apabila tidak terlaksana pelatihan
        4)    Leaflet
                    Leaflet adalah media yang digunakan untuk mempemudah penyampaian informasi, Indikatornya adalah ibu memiliki leaflet yang dapat dibawah pulang dan dibaca sewaktu-waktu.
         5)   Spanduk ASI esklusif
   Spanduk adalah media untuk menyampaikan infomasi kepada pembaca. Indikatornya adalah apabila spanduk terpasang di Puskesmas dan diBalai Desa
d.  Hasil Evaluasi
1) Terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil setelah penyuluhan
         Hasil intervensi menunjukan sebelum penyuluhan terdapat 4 orang (80,0%) ibu yang pengetahuannya kurang dan 1 orang (20,0%) pengetahuannya baik dan setelah dilakukan penyuluhan menjadi 5 orang (100,0%) orang ibu hamil yang pengetahuannya baik.
2) Terjadi peningkatan frekuensi pemeriksaan ANC pada ibu hamil
Hasil intervensi menunjukan sebelum penyuluhan terdapat 3 orang (60,0%)  ibu yang pemeriksaan ANC dalam tidak lengkap dan 2 orang (40,0%) pemeriksaan ANC lengkap dan  setelah dilakukan penyuluhan menjadi 5 orang (100,0%) ibu hamil pemeriksaan ANC nya lengkap.
3) Pelatihan mulai dilaksanakan di Puskesmas Lalonggasumeeto dengan mengikutkan petugas kesehatan (Bides dan tenaga gizi) dan kader posyandu.
4)   Ibu hamil mendapatkan leaflet yang bisa dimiliki oleh ibu hamil, sebelumnya leaflet tidak dimiliki oleh ibu hamil namu setelah penyuluhan maka setiap ibu hamil mendapatkan leaflet.
5)   Spanduk terpasang di Balai desa dan Puskesmas. Kondisi spanduk terawat.
D.  Rekomendasi untuk kesinambungan program.
   Untuk kesinambungan program perlu juga diupayakan:
1.    Peningkatan intensitas penyuluhan khususnya tentang cara pemberian ASI ekslusif pada Ibu bekerja
2.    Penyuluhan tentang pentingnya Antenatal care pada ibu hamil
3.    Pembentukan pojok ASI di Puskesmas







BAB IV
KESIMPULAN

A.   Kesimpulan
1.    Masalah yang ditemukan di Desa Watunggarandu Wilayah Kerja Puskesmas Lalonggasumeeto adalah Rendahnya Pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 Bulan
2.    Rencana Intervensi adalah
Intervensi Fisik
a.    Penyuluhan (Bina Suasana)
b.    Advokasi untuk pelaksanaan pelatihan pada Bides, TPG dan kader
Intervensi non fisik
a.    Pemberian Leaflet
b.    Pemasangan spanduk
3.  Evaluasi
a. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil setelah penyuluhan
b. Terjadi peningkatan frekuensi pemeriksaan ANC pada ibu hamil
c.  Pelatihan mulai dilaksanakan di Puskesmas Lalonggasumeeto dengan mengikutkan petugas kesehatan (Bides dan tenaga gizi) dan kader posyandu.
b.    Ibu hamil mendapatkan leaflet yang bisa dimiliki oleh ibu hamil, sebelumnya leaflet tidak dimiliki oleh ibu hamil namu setelah penyuluhan maka setiap ibu hamil mendapatkan leaflet.
c.    Spanduk terpasang di Balai desa dan Puskesmas. Kondisi spanduk terawat.
B.   Saran
1.    Bagi Puskesmas Lalonggasumeeto agar meningkatkan frekuensi penyuluhan dan pelatihan kepada ibu hamil tentang pentingnya ASI ekslusif bagi bayi 0-6 bulan dan pembentukan pojok ASI bagi ibu bayi sebagai bentuk dukungan positif dalam pemberian ASI.
2.    Bagi Ibu hamil agar dapat meningkatkan pemahaman tentang pentingnya ASI ekslusif dan mengaplikasikan pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan.








DAFTAR PUSTAKA

Chomaria, 2011.  Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Penetbit Ziyad Visi Media.

Damandiri, 2010, ASI dan Menyusui, Nuha Medika, Jakarta

Depkes RI, 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal, Jakarta.

Idrus, 2011. Menyusui. PT. Grafika Multi Warna. Jakarta

Kemenkes RI, 2010, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2010. Jakarta

Maryunani, 2011.  Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta

Mubarak, 2011.  Promosi Kesehatan untuk Kebidanan.  Salemba Medika. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Prasetyawati. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),Dalam Milenium Development Goals (MDGs). Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.

Suwandi, 2006. Petunjuk Pemberian ASI pada Bayi. PT. Citra Aditya Bakti.Bandung

Utami R, 2005, ASI Ekslusif, Trubus Agriwidya, Jakarta.






Lampiran  1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)

         Saya bertanda tangan dibawah ini tidak keberatan untuk menjadi sampel dalam wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa Kesmas Mandala Waluya tentang Pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 Bulan di Desa Watunggarandu Puskesmas Lalonggasumeeto”
          Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini dengan suka rela tanpa paksaan dari manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.   

                                                                                          Kendari,  Juni 2014

                       Responden

  (                                 )





 
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN (PRE-POST TEST)
           PENGARUH PENYULUHAN  TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF  
                      

      I.        Identitas Ibu
Inisial                         :
Umur              :
Pendidikan   :
Pekerjaan      :
Alamat            :
    II.        Petunjuk pengisian kuesioner :
                  I.    Bacalah baik-baik setiap item pertanyaan dan alternative jawaban yang tersedia.
                II.    Berilah tanda silang (x) pada setiap pilihan yang tersedia yang dianggap benar!



 
A.  Pengetahuan Ibu (Total Skor=10)
1.    Menurut ibu, makanan apa yang tepat bagi bayi usia 0-6 bulan?
a.    ASI saja 
b.    ASI dengan Makanan lain
c.    Susu formula 
d.    Makanan Pendamping ASI
2.    Menurut ibu, apakah ASI yang keluar pertama pada saat melahirkan perlu diberikan?
a.    Tidak boleh diberikan ASI
b.    Boleh diberikan asal lebih dari 1 minggu setelah melahirkan
c.    Boleh diberikan karena baik untuk kekebalan tubuh bayi
d.    Tidak boleh karena masih berwarna kuning 
3.    Menurut ibu, waktu yang tepat anak diberi makanan lain selain ASI?
a.    Sejak lahir sampai umur 2 tahun
b.    Setelah bayi berumur 6 bulan
c.    Setelah berumur 2 bulan
d.    Jika ibu sibuk
4.    Menurut ibu, perlukah  ASI diberikan pada saat bayi  berumur 0-6 bulan?
a.    Perlu diberikan seadanya
b.    Perlu diberikan ASI dan diselang dengan makanan lain
c.    Perlu diberikan untuk memberikan nutrisi bayi
d.    Tidak perlu diberikan
5.    Menurut ibu, salah satu kerugian tidak diberikannya ASI sebelum bayi berumur 6 bulan adalah ?
a.    Mudah terkena diare dan penyakit infeksi
b.    Mudah meningkatkan daya tahan tubuh bayi 
c.    Melindungi anak dari serangan alergi
d.    Dapat menambah berat badan bayi
6.    Menurut ibu pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan sudah tepat karena?
a.    ASI  mudah dicerna oleh lambung bayi yang masih lentur dan belum sempurna
b.    ASI ekslusif dapat menurunkan berat badan bagi bayi
c.    ASI ekslusif tidak dapat mencakup kebutuhan gizi bayi
d.    ASI ekslusif dapat menyebabkan bayi rewel dan menagis terus menerus
7.    Menurut ibu, salah satu keuntungan ASI adalah?
a.    ASI lebih murah dibanding susu formula
b.    ASI dapat meningkatkan berat badan ibu
c.    ASI dapat menyebabkan diare pada bayi
d.    ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh ibu



 
8.    Menurut ibu apakah yang dimaksud dengan ASI Ekslusif ?
a.    ASI saja tanpa ada makanan lain hingga bayi berusia 6 bulan
b.    ASI saja dengan ada makanan lain hingga bayi berusia 6 bulan
c.    ASI dan MP-ASI hingga bayi berusia 6 bulan
d.    ASI dan Susu Formula hingga bayi berusia 6 bulan
9.    Berikut ini, yang bukan merupakan keuntungan ASI Ekslusif adalah ?
a.    ASI dapat meningkatkan kekebalan
b.    ASI dapat menyebabkan diare pada anak
c.    ASI dapat mempererat hubungan batin antara anak dan ibu 
d.    ASI dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi
10. Menurut ibu, makanan apakah  yang cocok untuk anak usia 0-6 bulan?
a.    Bubur
b.    Air Susu Ibu
c.    Susu Formula
d.    Pisang
B.   Frekuensi ANC
1.    Apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan pada bidan?
a.    Ya
b.    Tidak
2.    Berapa kali anda telah melakukan pemeriksaan kehamilan?
b.    ≥ 4 kali
c.    < 4 kali
     Kunci Jawaban Pengetahuan

1.      A
2.      C
3.      B
4.      C
5.      A
6.      A
7.      A
8.      A
9.      B
10.  B



 


 
    Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (S.A.P)
ASI EKSLUSIF

  1.    Tema             : ASI Ekslusif
  1. Tujuan :
    1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan pemberian air susu ibu ekslusif  diharapkan ibu menyusui dapat mengerti dan mamahami serta memiliki kesadaran untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
    2. Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif, ibu menyusui dapat mengerti tentang:
1.    Pengertian ASI Ekslusif
2.    Komposisi ASI
3.    Keunggulan ASI
4.    Manfaat ASI Ekslusif
5.    Dampak tidak diberikannya ASI ekslusif
  1. Sasaran  : Ibu hamil
  2. Tempat   : Puskesmas
  3. Waktu     : 15 menit
6.    Metode    : Ceramah 
  1. Penyuluh: -
  2. Materi:
1.    Pengertian ASI dan ASI Ekslusif
2.    Komposisi ASI
3.    Keungulan ASI
4.    Manfaat ASI Ekslusif
5.    Dampak tidak diberikan ASI Ekslusif
  1. Kegiatan Penyuluhan
No.
Tahap
Kegiatan
Waktu
1.     


2.     





3.     

Pendahuluan


Penyajian





Penutup

Ø  Memberi salam terapeutik
Ø  Menyebutkan tujuan penyuluhan
Ø  Kontrak waktu


Ø  Menjelaskan pengertian ASI dan ASI Ekslusif
Ø  Menjelaskan komposisi ASI
Ø  Menjelaskan  Komposisi ASI
Ø  Menjelaskan Manfaat  ASI Ekslusif
Ø  Menjelaskan dampak tidak diberikan ASI ASI Ekslusif
Ø  Menyimpulkan hasil diskusi
Ø  Mengucapkan salam
Ø  Tanya Jawab (Kuesioner)


1 menit




13  menit


1 menit




 
Lampiran 4
MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF

A.   Pengertian ASI
1.      Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi yang diperlukan (Maryunani, 2011).
2.      ASI adalah makanan eksklusif bagi bayi. Nilai gizi yang terkandung dalam ASI sangat tinggi sehingga bayi tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar (Chomaria, 2011).
3.      ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Chomaria, 2011).
B.   Komposisi ASI
a.    Kolostrum
b.    Kandungan zat gizi Air Susu Ibu (ASI):
1.      Protein
2.      Lemak
3.      Karbonhidrat
4.      Mineral
5.      Vitamin
6.      Oligosakarida
7.      Mengandung  antibody
8.      Mengandung nutrisi  (Idrus, 2011).     
C.        Manfaat ASI
1.      ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi
2.    ASI meningkatkan kekebalan tubuh bayi
3.    ASI menghindari bayi dari Alergi
4.    ASI mengurangi Resiko Obesitas di Kemudian Hari
5.    Menyusui dapat menjalin Interaksi antara Ibu dan Bayi (Idrus, 2011).
D.        Keunggulan ASI dari berbagai Aspek
1.      Aspek Gizi
a.    Kolostrum mengandung kekebalan terutama immunoglobulin A (IgA) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare
b.    Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran
c.    Membantu mengeluarkan meconium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan
2.    Aspek Imunologik
a.    ASI mengandung zat anti infeksi
b.    Immunuglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi
c.    Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan
d.    Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E.Coli dan Salmonella) dan virus.
3.    Aspek psikologik
a.    Rasa percaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi
b.    Interaksi ibu dan bayi, pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut
c.    Pengaruh kontak langsung ibu-bayi, ikatan kasih saying ibu bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit.
4.    Aspek kecerdasan
      Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan


5.    Aspek Neurologis
      Dengan menyusui, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna
6.    Aspek ekonomin
      Dengan menyusui secara ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan.
7.    Aspek penunda kehamilan
            Dengan menyusui secara ekslusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah  yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
E.   Keuntungan
1.      Untuk Bayi
a.    Makanan alamiah yang memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan
b.    Mudah dicerna oleh bayi dan jarang menyebabkan konstipasi serta melindungi bayi dari serangan alergi
c.    Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung zat kekebalan yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya seperti Diare.
 
2.    Untuk Ibu
a.    Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
b.    Mengembalikan ukuran rahim
c.    Lebih cepat langsing kembali
d.    Tidak merepotkan dan hemat waktu
e.    Lebih ekonomis/murah
f.     Mengurangi kemungkinan menderita kanker
g.    Menjarangkan kehamilan
h.    Memberikan kepuasan bagi ibu
C.      Dampak tidak diberikan ASI Ekslusif  terhadap tumbuh kembang Bayi
               Gangguan pertumbuhan pada balita Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat pula terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam singkat sering terjadi  pada perubahan berat badan sebagai akibatnya menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan, atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan yang berlangsung waktu yang lama dapat terlihat pada hambatan pertumbuhan tinggi badan (Chomaria, 2011).




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar