BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Riset World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 menyebutkan
bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak
58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya
asupan Air Susu Ibu (ASI) dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara dini. Hingga
akhir Desember 2010, jumlah
anak usia dibawah lima tahun (Balita) yang masih menderita gizi buruk di
Indonesia tercatat 76.178 orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah
tersebut turun meskipun angkanya relatif kecil yakni 1,1% dari total penderita
gizi buruk (Damandiri, 2010).
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO (2008) merekomendasikan empat
hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang optimal
yaitu, pertama memberikan ASI kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan
hanya ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai
bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) sejak bayi berusia > 6 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2011) .
Penelitian
lain yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) dan Hellen Keller Internasional (HKI) menemukan bahwa masih
banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan. Selain
itu, hasil penelitian pada 4 Kabupaten
di Propinsi Jawa Timur menunjukan hasil yang sangat mencengangkan, yaitu lebih
dari 80% ibu telah memberikan
makanan/minuman prelaktal dalam 3 hari pertama kepada bayinya. Kondisi yang
sama juga ditemukan di Sulawesi Tenggara dimana hasil Riskesdas 2010 menemukan
bahwa 40,0% ibu telah memberikan Makanan Pendamping Asi pada bayi 0 – 6 bulan.
Makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan pada usia 6
bulan, karena pencernaan bayi sebelum usia 6 bulan belum sempurna. Bila dipaksa
bisa menyebabkan pencernaan sakit karena pemberian terlalu cepat, lagi pula
kekebalan terhadap bakteri masih kecil dan bisa tercemar
melalui alat makan dan cara pengolahan yang kurang higienis. Pemberian makanan
pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk
minum ASI. Sebaliknya pemberian makanan pendamping yang terlambat dapat
menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping (Suwandi, 2006).
Rendahnya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI, menyebabkan
kesalahan dalam memberikan
Makanan Pendamping ASI. Akibatnya para ibu cenderung memberikan MP-ASI tanpa
mempertimbangkan usia bayi, disamping itu, jumlah
anggota keluarga berpengaruh pada distribusi makanan dalam suatu keluarga.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan maka semakin
berat pula beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan pangan. Hal ini secara
tidak langsung akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga tersebut
(Suwandi, 2006)
Kekurangan
gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak
tepat. Akibat MP-ASI dini yang memungkinkan terjadi dan meningkatnya risiko
infeksi lain pada bayi, hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 bahwa masyarakat
pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang
(57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI Eksklusif lebih besar
dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI. Kualitas makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi yang kebanyakan tidak adekuat umumnya makanan tambahan
tersebut hanya mengandung sekitar 50% dari jumlah energi yang disarankan WHO
dan sekitar 30% dari kandungan mikronutrien yang dibutuhkan anak (Kemenkes RI,
2010)
Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) yang mengatur tentang pemberian air susu ibu (ASI)
ekslusif mengenai hak-hak bayi meliputi: Hak untuk memperoleh ASI
ekslusif: Kewajiban tenaga kerja untuk memfasilitasi pemberian ASI ekslusif:
Kewajiban dunia usaha dan tempat kerja untuRk mendukung pemberian ASI ekslusif,
dan larangan iklan susu formula untuk anak berusia di bawah satu tahun di media
massa dan salah satu poin dari RPP tersebut mengatur, bahwa bila ada pihak yang
dengan sengaja menghalang-halangi upaya seorang ibu untuk memberi ASI ekslusif
bagi anaknya, pihak tersebut bisa dikenakan hukuman maksimal tiga tahun penjara
atau denda Rp 300 juta (Kemenkes, 2010:).
UU kesehatan
tentang ASI, hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif dijelaskan dalam Pasal 128
Ayat 1 yang berbunyi, Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis (Kemenkes,
2010:12).
Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2013 secara Nasional pemberian
ASI ekslusif hanya mencakup 57% dari total bayi yang ada, persentase tersebut
menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni 51% pada bayi usia 2-3
bulan dan 19% pada bayi usia 7-9 bulan (Prasetyawati, 2012).
Data yang diperoleh di Provinsi
Sulawesi Tenggara, pada tahun 2011
prevalensi ibu menyusui yang memberikan ASI Esklusif adalah 54,81%, kemudian pada tahun 2012 hanya
sekitar 33,48%
dan pada tahun 2013 semakin menurun hingga 30,14% ibu yang memberikan ASI Esklusif (Profil Kesehatan Dinkes
Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013).
Data yang diperoleh dari dinas
Kesehatan Kota Kendari diperoleh bahwa cakupan pemberian ASI di Kota Kendari
tahun 2012 mencapai 56,3% namun yang memberikan ASI Esklusif hanya mencapai
17,5%,dan semakin menurun pada tahun 2013 mencapai 13.8% (Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2013).
Desa Watunggarandu Kabupaten Konawe
merupakan daerah yang derajat kesehatan masyarakatnya masih sangat perlu
diadakan pemberdayaan kehidupannya dalam hal ini kesehatannya, agar
masyarakatnya dapat hidup secara lebih produktif dan lebih menanamkan
nilai-nilai hidup sehat sehingga tercipta keseimbangan dan terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik dan optimal, maka mahasiswa STIKES-MW
Kendari program studi kesehatan masyarakat melakukan PBL di daerah ini.
Desa
Watunggarandu merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Lalonggasumeeto dengan
sasaran bayi berjumlah 29 Balita dimana sebagian besar yakni 21 orang tidak
mendapatkan ASI ekslusif dan sebagian
kecil yakni 8 orang mendapatkan ASI ekslusif. Rendahnya pemberian ASI ekslusif
pada ibu disebabkan karena faktor pekerjaan ibu dan juga karena ASI tidak
keluar dan beberapa ibu mengatakan bahwa keadaan bayi yang rewel sehingga bayi
akan berhenti rewel apabila diberikan makanan tambahan lainnya seperti pisang
dan susu formula. (Puskesmas Watunggarandu,
2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk melakukan
perencanaan dan evaluasi terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di
wilayah kerja puskesmas Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut: faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI ekslusif,
menentukan program penanggulangan dan mengevaluasi program pemberian ASI
ekslusif?
C. Tujuan Penelitian
a.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI ekslusif,
menentukan program penanggulangan dan mengevaluasi program pemberian ASI
ekslusif.
b.
Tujuan Khusus
a)
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI ekslusif
yang ada di masyarakat khususnya di desa Watunggarandu.
b)
Untuk
menentukan intervensi dalam menanggulangi pemberian ASI ekslusif
c)
Untuk mengevaluasi program dalam menanggulangi pemberian ASI ekslusif
d)
Untuk memberi rekomendasi untuk kesinambungan program.
D. Manfaat Penelitian
- Bagi pemerintah
Sebagai
bahan informasi, khususnya puskesmas Lalonggasumeeto dalam upaya pemberian ASI
Ekslusif dan sebagai acuan dalam menetapkan kebijakan dalam penanggulanan
rendahnya ASI ekslusif.
2. Bagi ibu bayiMenambah
informasi dan pengetahuan kepada para ibu hamil tentang pemberian ASI Ekslusif
yang tepat saat bayi berusia 0-6 bulan.
3.
Bagi Mahasiswa
Merupakan
suatu pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh
dibangku perkuliahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Tentang ASI Ekslusif
1. Pengertian
ASI
ASI
adalah makanan eksklusif bagi bayi. Nilai gizi yang terkandung dalam ASI sangat
tinggi sehingga bayi tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar. ASI
Ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI secara eksklusif ini
dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Chomaria, 2011).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
yang terbaik bagi bayi, terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI
mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi yang diperlukan
(Maryunani, 2011).
Menurut Idrus (2011), mengemukakan ASI mengandung makanan
yang paling cocok bagi balita dengan propesi yang sangat bagus dan sesuai. ASI
adalah satu-satunya cairan produk alamiah tubuh ibu dengan kandungan protein
yang mudah dicerna dan banyak
terdapat makanan zat
kekebalan tubuh
yang melindungi balita dari ancaman infeksi.
2.
Pengelompokkan ASI
Purwanti (2008)
mengelompokkan ASI eksklusif menjadi tiga stadium sebagai berikut:
a. ASI stadium 1
Disebut dengan kolostrum
yaitu cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama
sampai hari keempat setelah bayi lahir. Kolostrum berwarna kuning keemasan
disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan
pembersih usus bayi yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi baru
lahir segera bersih dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi
makanan yang akan datang.
b. ASI stadium 2
Adalah
ASI peralihan yang diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi
protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan volume
ASI semakin meningkat. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga
kondisi fisik ibu, keluhan nyeri sudah berkurang. Oleh karena itu, kandungan
protein dan kalsium dalam makanan ibu perlu ditingkatkan.
c. ASI stadium 3
Yaitu ASI
matur yang disekresi
dari hari ke-10 sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi
bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur
enam bulan (Purwanti, 2008).
2. Komposisi
/ kandungan ASI
Menurut
WHO (2007) komposisi atau kandungan ASI terdiri atas :
a. Kolostrum
Segera setelah melahirkan Air Susu Ibu
yang keluar berwarna kekuning-kuningan, kental dan agak lengket, Air Susu Ibu
ini disebut kolostrum dan diproduksi kira-kira minggu pertama, kemudian itu Air
Susu Ibu di produksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan Air Susu Ibu yang
berwarna putih itu dalam hal kandungan :
1)
Lebih
banyak protein (terdapat sekitar 1% dalam Air Susu Putih).
2)
Lebih
banyak immunoglobulin ASI (IgA) yang berguna melapisi usus dan melindunginya
dari infeksi bakteri dan virus.
3)
Laktoferin
dan juga sel-sel darah putih yang tersedia untuk bayi dan dapat memenuhi sebuah kebutuhan
nutrisi.
4)
Kolostrum yang berubah menjadi ASI matang antara 3 dan 14
hari setelah melahirkan dirancang sedemikian mungkin sehingga tidak membebani
ginjal bayi yang belum matang.
5)
Kolostrum mengandung zat antivirus dan antibakteri sebagai
berikut
a)
Enzim yang sangat berperan efektif disalurkan pencernaan
yang bertugas menghancurkan dinding sel bakteri pathogen dan melindungi saluran
pencernaan bayi.
b)
Bifidobakteri bertugas mengasamkan lambung sehingga
bakteri pathogen dan parasit mampu bertahan hidup, mengikat zat besi sehingga
bakteri patogen yang membutuhkan zat besi diboikot untuk tidak mendapat suplai
zat besi sehingga pertumbuhannya terhambat dan bersama unsur lain berperang
melawan bakteri streptococcus (yang dapat menyebabkan penyakit paru, pneumonia,
dan Eschersia coli)
(Idrus, 2011).
b. Kandungan
zat gizi Air Susu Ibu
(ASI)
1)
Protein
Protein dalam ASI
mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI
juga mengandung muatan yang mudah larut sesuai untuk ginjal yang belum matang.
Protein dalam ASI adalah 80:20, yang menghasilkan “kepala susu” yang lenih
lembut dalam lambung sehingga mengurangi waktu pengosongan lambung dan membantu
pencernaan, sedangkan protein dalam susu sapi hanya 20:80 terdapat berbagai sustansi
dalam ASI yang belum sepenuhnya di pahami, misalnya asam amino taurin, yang di
anggap penting untuk pertumbuhan otak manusia dan absorbsi lemak (Idrus, 2011).
2) LemakSeperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu absorbsi lemak. Lemak sendiri memiliki beberapa fungsi dalam tubuh dan berperan penting dalam kualitas peletana myelin (Idrus, 2011).3) Karbohidrat (Laktosa)Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi laktosa dalam ASI. Laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi bayi. Laktosa membuat pertumbuhan laktobasilus bifidus, merupakan koloni yang membantu menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Hal ini terjadi karena media yang dihasilkan oleh bakteri bersifat memusuhi pertumbuhan bakeri pathogen lainnya. Zat ini membantu penyerapan kalsium dan mengirim magnesium di masa pertumbuhan bayi (Idrus, 2011).4) MineralKalsium dalam Air Susu Ibu berjumlah sedikit tetapi mudah diserap maka kalsium ASI cukup dapat memenuhi kebutuhan balita. Sekitar 50-70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan makanan lainnya hanya 10-30%. Selain itu simpanan zat besi pada balita sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama bulan-bulan pertama dalam kehidupannya. Kadar natrium lebih banyak sehingga melindungi neonatus dari dehidrasi dan kelebihan natrium dalam darah, ASI juga mengandung molekul pengikat seng, asam pikolinat yang membuat penyerapan seng lebih efesien (Idrus, 2011).5) VitaminASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi walaupun kadarnya bervariasi sesuai dengan diet ibu. Penting bagi bayi untuk mendapatkan kolostrum dan kemudian susu awal untuk memastikan bahwa vitamin yang larut yang diperoleh oleh bayi (Idrus, 2011).
6)
Oligosakarida
Merupakan
komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti
meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam system
pencernaan bayi. Terdapat 10-12gr/liter
(Idrus, 2011).
3. Alasan
Penggunaan ASI
Menurut Depkes RI (2011) alasan penggunaaan ASI/ pemberian ASI pada Bayi
adalah :
a.
Air
Susu Ibu (ASI) bersih. Memang Asi tidak pernah steril karena putting buah dada
dapat terkontaminasi setiap waktu namun bakteri yang mungkin mencemarinya tidak
lagi sempat berkembang biak sebab Air Susu segera dimunum balita.
b.
ASI
mengandung immunoglobulin terutama Ig A antibody ini terdapat banyak dalam
kolostrum dan lebih rendah didalam air susu berikutnya. Ig
A tidak diserap tetapi bekerja diusus dalam menahan bakteri tertentu (misalnya
E. Coli) dan virus.
c.
ASI
mengandung lactoferin. Zat ini adalah protein yang dapat mengikat
besi, sehingga bakteri yang berbahaya yang terdapat dalam usus tidak memperoleh
mineral ini untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu suplementasi besi melalui
mulut tidak boleh
diberikan kepada balita yang disusui karena akan berpengaruh terhadap peranan
lactoferin dalam tubuh.
d.
ASI
mengandung lisozim, yaitu suatu enzim yang terdapat cukup banyak (beberapa ribu
kali) lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Zat ini menghancurkan sejumlah
bakteri berbahaya dan berbagai virus.
e.
ASI
mengandung sel-sel darah putih. Selama dua minggu, ASI mengandung sampai 4000
sel/ml. sel-sel ini mengeluarkan Ig A, laktoferin, lisosim, dan interferon
adalah suatu subtansi yang dapat menghambat aktifitas virus-virus tertentu.
f.
ASI
mengandung factor bifidus. Zat ini adalah karbonhidrat yang mengandung nitrogen
yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri laktobaksilus bifidus.
4. Manfaat Penggunaan ASI
Keuntungan ASI sudah tidak diragukan
lagi. ASI bukan saja menguntungkan bagi balita, tetapi sangat berguna bagi sang
ibu. Chomaria (2011), mengemukakan keuntungan pemberian ASI, sebagai berikut :
a. Bagi keduanya (ibu dan bayi)
1) Lebih mudah dan praktis. ASI selalu tersedia kapan pun dan dimana pun
sang ibu dan anak berada. Tak perlu repot-repot bawah susu, botol, apalagi termos air panas.
2) Lebih cepat memenuhi
kebutuhan anak. Karena ASI selalu tersedia, kapan pun sang anak
menginginkannya, ibu dapat segera memenuhinya tak seperti susu formula yang
membutuhkan waktu untuk menyiapkannya.
3) Hubungan antara ibu dan bayi menjadi lebih dekat. Melalui kegiatan menyusui, ibu dan bayi berada pada posisi yang sangat
dekat bahkan bayi dapat mendengar detak jantung ibu. (Idrus, 2011).
b. Bagi bayi :
1) ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupannya. ASI
mengandung AA (Asam Arachidonat) termasuk kelompok Omega-6 DHA, dan nutrisi
lain seperti protein, laktosa, dan lemak lainnya yang merupakan zat yang dapat
merangsang pertumbuhan otak bayi.
2) ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi
ASI adalah makanan yang paling sempurna dengan komposisi yang seimbang
karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. Salah satu
hal yang menyebabkan ASI sangat dibutuhkan bagi bayi baru lahir adalah
kandungan minyak Omega-3. Selain itu zat ini penting bagi otak dan mata, juga
sangat penting bagi perkembangan saraf yang optimal.
3) ASI meringankan pencernaan bayi
Kondisi sistem pencernaan bayi pada bulan-bulan pertama belum berfungsi
secara sempurna. Oleh karena itu asupan nutrisi untuk bayi tidak boleh yang
memperberat kerja sistem pencernaan. Selain ASI mengandung nutrisi lengkap, ASI
juga di lengkapi dengan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan sehingga
meringankan kerja sistem pencernaan bayi.
4) ASI meningkatkan kekebalan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir belum memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna
karena ada beberapa unsur penting yang masih kurang untuk melawan infeksi. Bayi
memerlukan tambahan faktor yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar. ASI
mengandung faktor-faktor kekebalan seperti faktor bifidus, faktor laktoferin, faktor
laktospirosidase, faktor sel-sel fagosit, faktor
Sel Limfosit dan Makrofag,faktor lisozim dan faktor interferon
c. Bagi
Ibu
1) Timbul rasa percaya diri pada diri ibu untuk menyusui
Menyusui
dapat memberikan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang cukup untuk bayinya. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang
terhadap bayi.
2) Praktis dan tidak merepotkan
Ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat dan membuat minuman bayi.
3) Menyusui dan menunda kehamilan.
Menyusui dapat menjadi cara Keluarga Berencana (KB) yang paling efektif
untuk mencegah kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan beberapa syarat,
yaitu belum mengalami menstruasi, pemberian ASI tidak boleh di hentikan sama
sekali dan belum lewat 6 bulan atau masih ASI eksklusif.
4) Mengurangi resiko berat badan berlebihan
Dengan menyusui lemak yang ada di tubuh akan di ubah menjadi ASI sehingga
tidak menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk tubuh seperti
sebelumnya.Ditemukan pengurangan berat badan sebesar 0,44 kg untuk setiap bula
ketika menyusui
(Chomaria, 2011).
5) Mempercepat pengecilan ukuran rahim ibuHisapan bayi pada saat menyusui mampu membantu rahim mengecil, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prekehamilan, dan mengurangi risiko perdarahan. Saat menyusui, ada hormon oksitoksin yang berperan dalam produksi ASI. Ternyata hormon tersebut juga berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebih cepat di bandingkan ibu yang tidak menyusui.
6) Mengurangi resiko kanker payudara
Zat
innate immune sistem yang terdapat dalam ASI bisa memberikan perlindungan
terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa terhindar dari ancaman kanker
payudara.
7) Mengurangi resiko kanker rahim
Hormon
yang berperan dalam produksi ASI juga berperan menuntaskan proses
nifas sehingga rahim kembali bersih dari sia-sia melahirkan. Hal ini dapat
menurunkan resiko kanker rahim pada ibu yang menyusui bayinya.
8) Mengurangi stres dan kegelisahan
Hormon
oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini berguna untuk
mrngurangi strees yang dialami sehingga ibu yang menyusui akan memiliki
perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih banyak hal-hal positif (Chomaria, 2011).
5. Cara Memberikan ASI
ASI dalam jumlah cukup
merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam
bulan pertama. Sesudah umur enam bulan, bayi memerlukan makanan pelengkap
karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh
ASI. Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan ASI yang
diproduksi pada 1- 5 hari pertama dinamakan Kolostorum, yaitu cairan kental
yang berwarna kekuning-kuningan. Kolostorum sangat menguntungkan bayi
karena mengandung lebih banyak antibodi, protein dan mineral serta vitamin A.
Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua lama pemberian ASI adalah 5
sampai 10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya lama
pemberian ASI adalah 15- 20 menit. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan
keadaan ibu yang tenang. Selain itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada
umumnya, status gizi dan perawatan payudara. Penyuluhan tentang cara- cara
pemberian ASI yang menjamin kelancaran produksi ASI sejak lahir sangat
diperlukan ibu, terutama bagi ibu- ibu yang melahirkan untuk pertama kali. ASI
dapat terus diberikan hingga anak umur 2 tahun (Roesli, 2008).
6. Cara Menyimpan ASI di Rumah
a. ASI yang telah dikeluarkan dapat diletakkan di kamar/ luar akan tahan 6- 8 jam pada suhu 260C atau lebih rendah.b. ASI yang telah dikeluarkan dan disimpan di dalam termos berisi es batu tahan 24 jamc. ASI yang disimpan di lemari es tempat buah di bagian paling dalam dimana tempat yang terdingin tahan 3-3 x 24 jam (40 C atau lebih rendah)d. ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri, tahan 3 bulan.e. ASI yang disimpan di freezer dengan satu pintu, tahan 2 minggu.f. ASI yang disimpan di deep freezer (-180C atau lebih rendah) akan tahan selama 6- 12 bulan (Depkes RI, 2011).Sebelum diminumkan dengan sendok atau gelas plastik, ASI dapat dihangatkan di dalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan di atas api karena beberapa zat kekebalan dan enzim dapat berkurang (Depkes RI, 2011).
7.
Cara Menyusui
Langkah-langkah
menyusui yang benar
a.
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
b.
Bayi diletakkan menghadap perut ibu, dengan cara :
1)
Ibu duduk atau berbaring. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.
2)
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak
boleh bertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
3)
Satu tangan bayi diletakan di belakang badan ibu, dan
yang satu di depan.
a. Perut
bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
b. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus.
c. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
d.
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah. Jangan
menekan puting susu atau ereolanya saja.
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
dengan cara menyentuh puting dengan puting susu dan menyentuh sisi mulut bayi.
4) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puntting serta areola dimasukan
kemulut bayi :
a.
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut
bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
b.
Setelah bayi mulai mengisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi (Chomaria, 2011).
Untuk mengenal
tanda-tanda bayi berada dalam posisi yang benar:
1. Tubuh
bayi menempel dan menghadap tubuh ibunya
2. Dagu bayi
menempel pada payudara
3. Perut bayi menempel pada perut ibu4. Mulut bayi terbuka lebar5. Mungkin biasa terlihat sebagian areoral diatas bibir atas bayi, lebih sedikit yang terlihat di bibir bawah bayi6. Dapat terlihat bayinya menghisap dalam dan perlahan-lahan7. Bayi santai dan senang8. Ibu tidak merasakan nyeri pada puting susunya.Sedangkan tanda-tanda bayi berada dalam posisi yang salah :1. Mulut dan dagunya terpisah dari payudara2. Perut bayi tidak menempel pada perut ibu sehingga leher bayi akan terputar.3. Dapat terlihat banyaknya areola yang tidak masuk, terutama dibibir bayi.4. Bayi mengisap sebentar-sebentar5. Bayi tetap gelisah atau menolak menyusu kerena ia tidak mendapat ASI yang cukup.6. Ibu merasakan nyeri pada puting susunya (Chomaria, 2011).
B. Keputusan
dan Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian ASI
1. Konvensi ILO No. 183 tahun 2000 pasal 10 mengenai Ibu Menyusui
a.
Perempuan
harus diberi hak istirahat harian atau pengurangan jam kerja harian buntuk
menyusui anaknya.
b. Berapa lama istirahat menyusui atau
pengurangan jam kerja harian ini akan diberikan, banyaknya dalam sehari,
lamanya tiap-tiap istirahat dan cara-cara pengurangan jam kerja harian ini
diatur berdasarkan hukum dan kebiasan nasional. Istirahat dan pengurangan jam
kerja harian ini harus dihitung sebagai jam kerja dan dibayar.
c. Negara anggota wajib menjamin hak ibu
menyusui untuk tidak bekerja. Indonesia baru mengadopsi peraturan ini, belum
meratifikasinya.
2.
Pasal
83 Undang – Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih
menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu
harus dilakukan selama waktu kerja.
3.
Pasal
128 Undang - Undang No. 39/2009 tentang Kesehatan
1.
Setiap
bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
kecuali atas indikasi medis
2.
Selama
pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus
3.
Penyediaan
fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja
dan di tempat sarana umum
4. Pasal
2 Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No. 48/MEN.PP/XII/2008,
PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/ PB/XII/2008 tahun 2008 tentang Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja
Tujuan
peraturan bersama ini adalah untuk memberi hak ibu menyusui yang berupa
kesempatan dan fasilitas kepada ibu bekerja untuk memberikan/memerah ASI selama
waktu kerja dan menyimpan ASI perah tersebut. Karena sifatnya imbauan,
perusahaan yang tidak menyediakan ruang menyusui atau pojok ASI tidak diberikan
sanksi.
5. Pasal 49 ayat 2 Undang-undang No.
49/1999 tentang Hak Asasi Manusia
Wanita
berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau
profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau
kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita. “perlindungan khusus
terhadap fungsi reproduksi” yang dimaksud disini adalah pelayanan kesehatan
yang berkaitan dengan haid, hamil, melahirkan dan pemberian kesempatan untuk
menyusui anak.
Dengan
diaturnya hak ibu menyusui di peraturan – peraturan perundangan di atas, Ibu
mempunyai pegangan untuk menuntut haknya. Namun sayangnya, masih ada peraturan
–peraturan yang belum tersosialisasi dengan baik. Seorang ibu yang tidak
mendapatkan haknya untuk memerah ASI atau menyusui bayinya dapat melakukan
pendekatan, pemberian pemahaman mengenai pentingnya ASI kepada pihak manajemen
atau pimpinannya. Para Ibu juga bisa memperjuangkan hak menyusui lewat serikat
pekerja apabila perusahaan Anda memiliki serikat.
ASI Seorang ibu sangat membutuhkan
dukungan dari orang-orang sekitar terutama dari keluarga seperti suami,
orangtua, atau orang di lingkungan kerjanya. Demi kelancaran pemberian ASI pada
bayinya. Ayat 3 berbunyi, ” Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada
kenyataannya, belum banyak dijumpai fasilitas umum yang menyediakan tempat
khusus bagi ibu menyusui (breastfeeding room). Hal tersebut tampaknya juga
belum tersosialisasikan pada perusahaan-perusahaan, tempat dimana banyak
terdapat ibu bekerja yang sedang melaksanakan ASI eksklusif. Setidaknya menilik
ayat 3 tadi, perusahaan dapat menyediakan tempat khusus yang bersih dan nyaman
sebagai tempat dimana seorang ibu menyusui dapat memompa ASI-nya untuk kemudian
menyimpannya ke dalam botol dan diberikan pada bayinya sepulang dari bekerja.
Peran
pemerintah pun secara tegas dinyatakan dalam Pasal 129 ayat (1) yang menyatakan
bahwa Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin
hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. Kebijakan yang berupa
pembuatan norma, standar, prosedur dan kriteria tersebut tersebut selanjutnya
akan diatur dalam Peraturan Pemerintah [Pasal 239 ayat (2)]. Peraturan Pemerintah
tersebut harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal
pengundangan UU Kesehatan (Pasal 202) ini yaitu tanggal 13 Oktober 2009,
sehingga PP paling lambat sudah harus dikeluarkan pada 13 Oktober 2010.
Kelebihan dalam UU Kesehatan ini adalah adanya sanksi pidana yang dinyatakan
secara tegas dalam Pasal 200.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya pemberian ASI ekslusif di Desa Watunggarandu.
Berdasarkan hasil pengamatan penyebab
rendahnya pemberian ASI ekslusif disebabkan karena:
1. Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI ekslusifHasil pengamatan menunjukan bahwa dari 5 ibu hamil, 4 orang diantaranya adalah pengetahuannya tentang ASI ekslusif dalam kategori kurang.2. Rendahnya pemeriksaan kehamilanHasil pengamatan menunjukan bahwa dari 5 ibu hamil, 3 orang diantaranya melakukan pemeriksaan ANC nya dalam kategori tidak lengkap.3. Faktor pekerjaan ibuHasil pengamatan menunjukan bahwa dari 29 bayi, 19 orang diantaranya adalah memiliki ibu yang bekerja, sedangkan pada ibu hamil dari 5 ibu hamil 3 diantaranya adalah ibu bekerja.
4. ASI tidak keluarHasil pengamatan menunjukan bahwa dari 29 ibu bayi, 16 orang ibu bayi mengemukakan bahwa tidak memberikan ASI ekslusif karena faktor ASI yang tidak keluar.5. Keadaan bayi yang rewel sehingga bayi akan berhenti rewel apabila diberikan makanan tambahan lainnya seperti pisang dan susu formulaDari 29 ibu bayi, 21 orang ibu balita mengemukakan bahwa tidak memberikan ASI ekslusif karena bayi yang rewel sehingga bayi akan berhenti rewel apabila diberikan makanan tambahan lainnya seperti pisang dan susu formula.
B.
Intervensi yang diLakukan dalam
menanggulangi pemberian ASI ekslusif
1. Sasaran : Ibu Hamil (5 Orang)
2. Strategi Promkes : Advokasi dan Bina Suasana3. Rencana Intervensi (Pendekatan Formal)
Ibu hamil yang terdapat di Desa Watunggarandu sebanyak 5 orang, sehingga upaya yang dilakukan adalah:
Intervensi Fisik
1)
Penyuluhan (Bina Suasana)
a) Bekerja sama dengan pihak Puskesmas
dalam melakukan penyuluhan saat posyandu tentang pentingnya ASI ekslusif.
b) Bekerja sama dengan Bides untuk
melakukan penyuluhan tentang Pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan.
Penyuluhan dilakukan dengan cara konsultasi, Penyuluhan tentang pemberian ASI
ekslusif di fokuskan pada ibu hamil trimester III.
2.
Advokasi (Pelatihan)
Advokasi
dilakukan kepada pihak puskesmas untuk melakukan pelatihan kepada Bidan di Desa,
Tenaga gizi dan kader dapat dilakukan melalui pelatihan guna meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam menyebarluaskan pemberian ASI ekslusif.
Pelatihan
Sasaran : Bidan Desa, Tenaga gizi dan
Kader di Desa
Tujuan:
a. Meningkatkan pengetahuan petugas
puskesmas (tenaga pelaksana gizi/TPG) dan bidan di desa dalam memantau
pemberian ASI Eksklusif
b. Melakukan penyuluhan yang tepat dan
efektif sesuai hasil pemantauan
Upaya
tersebut antara lain dapat dilakukan melalui:
a) Pengamatan situasi/latar belakang masalah
sosial budaya setempat
b) Cara/teknik pelatihan menggunakan cara
belajar orang dewasa, antara lain menggali informasi dari para peserta
pelatihan tentang masalah pemberian ASI yang mereka ketahui dilapangan
c. Persamaan persepsi tentang cara
menyusui yang baik dan benar, pentingnya kolostrum bagi kesehatan bayi dan
bahayanya memberikan makanan pralakteal bagi bayi
d. Persamaan persepsi tentang indikator
dan pemantauan ASI Eksklusif
Kader
Tujuan:
a) Meningkatkan pengetahuan kader dalam
pemantauan kecenderungan pemberian ASI Eksklusi
b)
Melakukan penyuluhan sederhana
Kepada kader diberikan pengetahuan
PP-ASI seperti di atas dengan kedalaman materi yang sederhana sesuai dengan
kemampuan dan tugas kader di lapangan
Rencana Non Fisik
1) Pemberian Leaflet tentang “Pentingnya ASI Ekslusif”Leaflet di sediakan oleh pihak Puskesmas dan kemudian dibagikan kepada ibu hamil saat posyandu atau saat memeriksakan kehamilannya.2) Membuat spanduk tentang ASI ekslusif sehingga masyarakat khususnya ibu hamil, ibu bayi dapat melihat dan mengetahui tentang manfaat ASI melalui spanduk tersebut.Spanduk ASI di sediakan oleh pihak Puskesmas dan diletakan di puskesmas atau balai desa setempat.
C. Evaluasi
Dalam
evaluasi pembangunan dikenal instrument kebijakan yang dikenal dengan istilah
program dan kegiatan. Program adalah bentuk instrument kebijakan yang berisi
satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga
atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai
sasaran tujuan serta memperoleh alokasi anggaran. Sedangkan kegiatan adalah
bagian dari program yang dilaksanakan
oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu program.
Kegiatan
terdiri atas sekumpulan tindakan pengetahan sumber daya baik berupa personil
(sumber daya manusia), maupun yang berupa modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang dan jasa.
Menurut
Notoatmodjo, Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap 3
hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap
hasil program dan terhadap dampak program
1. Evaluasi proses, ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya: meningkatnya cakupan ASI ekslusif, meningkatnyamemeriksakan kehamilannya dan sebagainya
a.
Komponen Yang Dievaluasi
Adapun komponen evaluasi yang digunakan dalam program penanggulangan ASI
ekslusif adalah:
1) Mengevaluasi Pengetahuan Ibu hamil
tentang ASI ekslusif
2) Mengevaluasi kunjungan ANC ibu hamil
3) Mengevaluasi pemberian ASI ekslusif
pada bayi 0-6 bulan
4) Mengevaluasi program pelatihan yang
dilakukan pihak puskesmas
5) Mengevaluasi pemberian Leaflet pada
ibu hamil
6) Mengevaluasi pemasangan spanduk di
puskesmas dan balai desa Lalongaggasumeeto
b. Instrument Evaluasi
1) Kuesioner
untuk mengukur pengetahuan dan pemberian ASI ekslusif
2) Lembar
Observasi untuk mengukur kunjungan ANC ibu hamil
3)
Leaflet
4)
Spanduk
c. Indikator
Untuk menentukan keberhasilan program
kegiatan yang dilaksanakan dibutuhkan indicator atau kriteria objektif untuk
melihat keberhasilan kegiatan yakni:
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala informasi yang
diketahui ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif, pengetahuan di ukur
menggunakan kuesioner dengan menanyakan 10 pertanyaan dengan teknik wawancara.
Untuk mengukur pengetahuan menggunakan skala Gutman dengan kriteria objekti:
Baik
: Apabila pengetahuan ibu ≥ 50% dari total skor
Kurang : Apabila pengetahuan ibu <
50% dari total skor
2)
Pemeriksaan ANC ibu hamil
Adalah pemeriksaan ibu hamil terhadap
kehamilannya dengan kriteria objektif:
Lengkap : apabila
ibu melakukan ANC minimal 4 kali selama kehamilan, yakni 1 kali trimester 1, 1
kali trimester 2 dan 2 kali trimester 3.
Tidak lengkap : apabila ibu tidak
teratur melakukan ANC atau pemeriksaan ANC < 4kali selama kehamilan.
3)
Pelatihan
Adalah
upaya yang dilakukan pihak Puskesmas dalam melakukan pelatihan pada bides, TPD
maupun kader.
Kriteria objektif:
Terlaksana : apabila dilaksanakan
pelatihan
Tidak Terlaksana : apabila tidak terlaksana pelatihan
4)
Leaflet
Leaflet
adalah media yang digunakan untuk mempemudah penyampaian informasi,
Indikatornya adalah ibu memiliki leaflet yang dapat dibawah pulang dan dibaca
sewaktu-waktu.
5) Spanduk ASI esklusif
Spanduk adalah media untuk menyampaikan infomasi kepada pembaca.
Indikatornya adalah apabila spanduk terpasang di Puskesmas dan diBalai Desa
d. Hasil Evaluasi
1) Terjadi peningkatan pengetahuan ibu
hamil setelah penyuluhan
Hasil intervensi menunjukan sebelum
penyuluhan terdapat 4 orang (80,0%) ibu yang pengetahuannya kurang dan 1 orang
(20,0%) pengetahuannya baik dan setelah dilakukan penyuluhan menjadi 5 orang
(100,0%) orang ibu hamil yang pengetahuannya baik.
2) Terjadi peningkatan frekuensi
pemeriksaan ANC pada ibu hamil
Hasil intervensi menunjukan sebelum
penyuluhan terdapat 3 orang (60,0%) ibu
yang pemeriksaan ANC dalam tidak lengkap dan 2 orang (40,0%) pemeriksaan ANC
lengkap dan setelah dilakukan penyuluhan
menjadi 5 orang (100,0%) ibu hamil pemeriksaan ANC nya lengkap.
3) Pelatihan mulai dilaksanakan di
Puskesmas Lalonggasumeeto dengan mengikutkan petugas kesehatan (Bides dan
tenaga gizi) dan kader posyandu.
4) Ibu
hamil mendapatkan leaflet yang bisa dimiliki oleh ibu hamil, sebelumnya leaflet
tidak dimiliki oleh ibu hamil namu setelah penyuluhan maka setiap ibu hamil
mendapatkan leaflet.
5) Spanduk
terpasang di Balai desa dan Puskesmas. Kondisi spanduk terawat.
D. Rekomendasi
untuk kesinambungan program.
Untuk kesinambungan program perlu juga diupayakan:
1. Peningkatan intensitas penyuluhan khususnya
tentang cara pemberian ASI ekslusif pada Ibu bekerja
2. Penyuluhan tentang pentingnya
Antenatal care pada ibu hamil
3. Pembentukan pojok ASI di Puskesmas
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.
Masalah
yang ditemukan di Desa Watunggarandu Wilayah Kerja Puskesmas Lalonggasumeeto
adalah Rendahnya Pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 Bulan
2. Rencana Intervensi adalah
Intervensi
Fisik
a.
Penyuluhan
(Bina Suasana)
b.
Advokasi
untuk pelaksanaan pelatihan pada Bides, TPG dan kader
Intervensi
non fisik
a.
Pemberian
Leaflet
b.
Pemasangan
spanduk
3. Evaluasi
a.
Terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil setelah penyuluhan
b. Terjadi peningkatan frekuensi
pemeriksaan ANC pada ibu hamil
c. Pelatihan
mulai dilaksanakan di Puskesmas Lalonggasumeeto dengan mengikutkan petugas
kesehatan (Bides dan tenaga gizi) dan kader posyandu.
b. Ibu hamil mendapatkan leaflet yang
bisa dimiliki oleh ibu hamil, sebelumnya leaflet tidak dimiliki oleh ibu hamil
namu setelah penyuluhan maka setiap ibu hamil mendapatkan leaflet.
c. Spanduk terpasang di Balai desa dan
Puskesmas. Kondisi spanduk terawat.
B. Saran
1.
Bagi
Puskesmas Lalonggasumeeto agar meningkatkan frekuensi penyuluhan dan pelatihan
kepada ibu hamil tentang pentingnya ASI ekslusif bagi bayi 0-6 bulan dan
pembentukan pojok ASI bagi ibu bayi sebagai bentuk dukungan positif dalam
pemberian ASI.
2.
Bagi
Ibu hamil agar dapat meningkatkan pemahaman tentang pentingnya ASI ekslusif dan
mengaplikasikan pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Chomaria, 2011.
Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Penetbit Ziyad Visi
Media.
Damandiri, 2010, ASI dan Menyusui, Nuha Medika, Jakarta
Depkes RI, 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal, Jakarta.
Idrus,
2011. Menyusui. PT. Grafika Multi
Warna. Jakarta
Kemenkes RI, 2010, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pekan ASI
Sedunia (PAS) Tahun 2010. Jakarta
Maryunani, 2011. Ilmu
Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta
Mubarak,
2011.
Promosi Kesehatan untuk Kebidanan.
Salemba Medika. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Prasetyawati. 2012. Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA),Dalam Milenium Development Goals (MDGs). Penerbit Nuha
Medika, Yogyakarta.
Suwandi, 2006. Petunjuk Pemberian ASI pada Bayi. PT.
Citra Aditya Bakti.Bandung
Utami R, 2005, ASI Ekslusif, Trubus Agriwidya,
Jakarta.
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED
CONCENT)
Saya bertanda tangan dibawah ini tidak
keberatan untuk menjadi sampel dalam wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa Kesmas
Mandala Waluya tentang Pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 Bulan di Desa
Watunggarandu Puskesmas Lalonggasumeeto”
Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini dengan suka rela tanpa paksaan dari manapun, semoga
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kendari,
Juni 2014
Responden
( )
Lampiran 2
KUESIONER
PENELITIAN (PRE-POST TEST)
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
I. Identitas IbuInisial :Umur :Pendidikan :Pekerjaan :Alamat :II. Petunjuk pengisian kuesioner :
I. Bacalah baik-baik setiap item
pertanyaan dan alternative jawaban yang tersedia.
II. Berilah tanda silang (x) pada setiap
pilihan yang tersedia yang dianggap benar!
A. Pengetahuan Ibu (Total Skor=10)
1.
Menurut
ibu, makanan apa yang tepat bagi bayi usia 0-6 bulan?
a.
ASI
saja
b.
ASI
dengan Makanan lain
c.
Susu
formula
d.
Makanan
Pendamping ASI
2.
Menurut
ibu, apakah ASI yang keluar pertama pada saat melahirkan perlu diberikan?
a.
Tidak
boleh diberikan ASI
b.
Boleh
diberikan asal lebih dari 1 minggu setelah melahirkan
c.
Boleh
diberikan karena baik untuk kekebalan tubuh bayi
d.
Tidak
boleh karena masih berwarna kuning
3.
Menurut
ibu, waktu yang tepat anak diberi makanan lain selain ASI?
a.
Sejak
lahir sampai umur 2 tahun
b.
Setelah
bayi berumur 6 bulan
c.
Setelah
berumur 2 bulan
d.
Jika
ibu sibuk
4.
Menurut
ibu, perlukah ASI diberikan pada saat
bayi berumur 0-6 bulan?
a.
Perlu
diberikan seadanya
b.
Perlu
diberikan ASI dan diselang dengan makanan lain
c.
Perlu
diberikan untuk memberikan nutrisi bayi
d.
Tidak
perlu diberikan
5.
Menurut
ibu, salah satu kerugian tidak diberikannya ASI sebelum bayi berumur 6 bulan
adalah ?
a.
Mudah
terkena diare dan penyakit infeksi
b.
Mudah
meningkatkan daya tahan tubuh bayi
c.
Melindungi
anak dari serangan alergi
d.
Dapat
menambah berat badan bayi
6.
Menurut
ibu pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan sudah tepat karena?
a.
ASI mudah dicerna oleh lambung bayi yang masih
lentur dan belum sempurna
b.
ASI
ekslusif dapat menurunkan berat badan bagi bayi
c.
ASI
ekslusif tidak dapat mencakup kebutuhan gizi bayi
d.
ASI
ekslusif dapat menyebabkan bayi rewel dan menagis terus menerus
7.
Menurut
ibu, salah satu keuntungan ASI adalah?
a.
ASI
lebih murah dibanding susu formula
b.
ASI
dapat meningkatkan berat badan ibu
c.
ASI
dapat menyebabkan diare pada bayi
d.
ASI
dapat meningkatkan kekebalan tubuh ibu
8.
Menurut
ibu apakah yang dimaksud dengan ASI Ekslusif ?
a.
ASI
saja tanpa ada makanan lain hingga bayi berusia 6 bulan
b.
ASI
saja dengan ada makanan lain hingga bayi berusia 6 bulan
c.
ASI
dan MP-ASI hingga bayi berusia 6 bulan
d.
ASI
dan Susu Formula hingga bayi berusia 6 bulan
9.
Berikut
ini, yang bukan merupakan keuntungan ASI Ekslusif adalah ?
a.
ASI
dapat meningkatkan kekebalan
b.
ASI
dapat menyebabkan diare pada anak
c.
ASI
dapat mempererat hubungan batin antara anak dan ibu
d.
ASI
dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi
10. Menurut ibu, makanan apakah yang cocok untuk anak usia 0-6 bulan?
a.
Bubur
b.
Air
Susu Ibu
c.
Susu
Formula
d.
Pisang
B. Frekuensi ANC
1. Apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan pada bidan?a. Yab. Tidak
2.
Berapa
kali anda telah melakukan pemeriksaan kehamilan?
b.
≥
4 kali
c.
<
4 kali
Kunci Jawaban Pengetahuan1. A2. C3. B4. C5. A6. A7. A8. A9. B10. B
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (S.A.P)
ASI EKSLUSIF
1. Tema : ASI Ekslusif
- Tujuan :
- Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan pemberian air susu ibu ekslusif diharapkan ibu menyusui dapat mengerti dan mamahami serta memiliki kesadaran untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
- Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif, ibu menyusui dapat mengerti tentang:
1. Pengertian
ASI Ekslusif
2. Komposisi ASI
3. Keunggulan ASI
4. Manfaat ASI Ekslusif
5. Dampak tidak diberikannya ASI ekslusif
- Sasaran : Ibu hamil
- Tempat : Puskesmas
- Waktu : 15 menit
6. Metode : Ceramah
- Penyuluh: -
- Materi:
1. Pengertian ASI dan ASI Ekslusif
2. Komposisi ASI
3. Keungulan ASI
4. Manfaat ASI Ekslusif
5. Dampak tidak diberikan ASI Ekslusif
- Kegiatan Penyuluhan
No.
|
Tahap
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1.
2.
3.
|
Pendahuluan
Penyajian
Penutup
|
Ø
Memberi
salam terapeutik
Ø
Menyebutkan
tujuan penyuluhan
Ø
Kontrak
waktu
Ø
Menjelaskan
pengertian ASI
dan ASI Ekslusif
Ø
Menjelaskan
komposisi ASI
Ø
Menjelaskan Komposisi ASI
Ø
Menjelaskan Manfaat ASI Ekslusif
Ø
Menjelaskan dampak tidak diberikan ASI ASI Ekslusif
Ø
Menyimpulkan
hasil diskusi
Ø Mengucapkan
salam
Ø Tanya Jawab (Kuesioner)
|
1 menit
13 menit
1
menit
|
Lampiran 4
MATERI PENYULUHAN
ASI
EKSLUSIF
A. Pengertian ASI
1. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi yang diperlukan (Maryunani, 2011).2. ASI adalah makanan eksklusif bagi bayi. Nilai gizi yang terkandung dalam ASI sangat tinggi sehingga bayi tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar (Chomaria, 2011).3. ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Chomaria, 2011).
B. Komposisi ASI
a. Kolostrumb. Kandungan zat gizi Air Susu Ibu (ASI):
1.
Protein
2.
Lemak
3.
Karbonhidrat
4.
Mineral
5.
Vitamin
6.
Oligosakarida
7.
Mengandung antibody
8.
Mengandung nutrisi (Idrus, 2011).
C.
Manfaat
ASI
1. ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi
2. ASI meningkatkan kekebalan tubuh bayi
3. ASI menghindari bayi dari Alergi
4. ASI mengurangi Resiko Obesitas di Kemudian Hari
5. Menyusui dapat menjalin Interaksi antara Ibu dan Bayi (Idrus, 2011).
D.
Keunggulan ASI dari berbagai Aspek
1. Aspek Gizi
a.
Kolostrum
mengandung kekebalan terutama immunoglobulin
A (IgA) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare
b.
Kolostrum
mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak
rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran
c.
Membantu
mengeluarkan meconium yaitu kotoran
bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan
2.
Aspek
Imunologik
a.
ASI
mengandung zat anti infeksi
b.
Immunuglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi
c.
Laktoferin
yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat
besi di saluran pencernaan
d.
Lysosim,
enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E.Coli dan Salmonella) dan virus.
3.
Aspek
psikologik
a.
Rasa
percaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayi
b.
Interaksi
ibu dan bayi, pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut
c.
Pengaruh
kontak langsung ibu-bayi, ikatan kasih saying ibu bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit.
4.
Aspek
kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai
gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat
meningkatkan kecerdasan
5.
Aspek
Neurologis
Dengan menyusui, koordinasi syaraf
menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih
sempurna
6.
Aspek
ekonomin
Dengan menyusui secara ekslusif, ibu tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan.
7. Aspek penunda kehamilanDengan menyusui secara ekslusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
E. Keuntungan
1. Untuk Bayi
a.
Makanan
alamiah yang memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan
b.
Mudah
dicerna oleh bayi dan jarang menyebabkan konstipasi serta melindungi bayi dari
serangan alergi
c.
Meningkatkan
daya tahan tubuh karena mengandung zat kekebalan yang membantu tubuh bayi untuk
melawan infeksi dan penyakit lainnya seperti Diare.
2. Untuk Ibu
a. Mengurangi perdarahan setelah
melahirkan
b. Mengembalikan ukuran rahim
c. Lebih cepat langsing kembali
d. Tidak merepotkan dan hemat waktu
e. Lebih ekonomis/murah
f. Mengurangi kemungkinan menderita
kanker
g. Menjarangkan kehamilan
h. Memberikan kepuasan bagi ibu
C. Dampak tidak diberikan ASI Ekslusif terhadap tumbuh
kembang Bayi
Gangguan pertumbuhan pada balita Gangguan pertumbuhan dapat terjadi
dalam waktu singkat dan dapat
pula terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam singkat
sering terjadi pada perubahan berat
badan sebagai akibatnya menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan infeksi
saluran pernafasan, atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi.
Sedangkan gangguan pertumbuhan yang berlangsung waktu yang lama dapat terlihat
pada hambatan pertumbuhan tinggi
badan (Chomaria, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar