BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manajemen merupakan suatu proses/kegiatan kerja sama
yang dilakukan oleh anggota-anggota organisasi untuk menggerakkan unsur-unsur
manajemen dalam mencapai tujuan tadi. Macam-macam kegiatan/aktivitas kerja sama
tersebut dapat disebut sebagai fungsi manajemen. Manajemen dipimpin oleh
seorang manajer yang dalam kepemimpinannya ia mengenakan atribut kepemimpinan
tertentu (leadership).
Pengertian administrasi dapat didekati dari dua
pengertian, yaitu sebagai unsur statis administrasi (organisasi) dan sebagai
unsur dinamis administrasi (manajemen). Organisasi merupakan suatu
wadah/institusi/kelompok/ikatan formal di mana terdapat orang-orang yang saling
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah
manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan di. Piramida tersebut dibangun oleh lebih
dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida giza tak akan berhasil dibangun
jika tidak ada seseorang tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika
itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta
bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan
pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai
rencana
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan
selama tahun 1400-an di kota venesia, italia, yang ketika itu menjadi pusat
perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk venesia mengembangkan bentuk
awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di
organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata venesia, kapal
perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku
dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini
perakitan (assembly line) yang dikembangkan untuk merakit mobil-mobilnya.
Selain lini perakitan tersebut, orang venesia memiliki sistem penyimpanan dan
pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan
biaya.
Peristiwa penting yang mempengaruhi perkembangan
ilmu manajemen adalah revolusi industri di inggris. Revolusi industri menandai
dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada
pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut
pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan
teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya
persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan
sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh
para ahli.
Banyak orang memiliki jabatan "manajer",
akan tetapi dalam kenyataannya mereka hanya menjalankan kedudukan dan bukan
mengarahkan sesuatu ke arah pencapaian tujuan yang tertentu. Pokok yang kedua
adalah berkaitan dengan aspek "melalui orang lain". Sebagai sebuah aktivitas,
manajemen selalu menyangkut orang-orang lain, yakni bawahan-bawahan; dan pada
usaha untuk mengarahkan atau mengkoordinasi kerja dari orang-orang tersebut.
Meskipun setiap manajer memang memiliki tugas-tugas khusus yang hanya bisa
dilakukan olehnya, peran seorang manajer lebih didasarkan pada kenyataan
bagaimana dia mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas bawahannya.
Dalam arti ini, seorang manajer seharusnya lebih mementingkan pencapaian hasil
dari para bawahannya daripada prestasinya sendiri. Sebab pencapaian hasil
bersama itulah yang menentukan keberhasilan dari organisasi secara keseluruhan.
Manajemen sendiri memiliki empat fungsi yakni
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (Pemimpin) dan
controlling (pengawasan). Masing-masing fungsi tersebut mempunyai peran serta
manfaat sendiri dalam suatu manajemen yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam
makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di muka
maka dapat dikemukakan dua rumusan masalah penelitian:
1.
Apa saja fungsi-fungsi dasar manajemen?
2.
Bagaimanakah Fungsi Perencanaan (Planning) dalam Manajemen?
2.
Bagaimanakah Fungsi Pengorganisasian
(Organizing) dalam Manajemen?
3.
Bagaimanakah Fungsi Memimpin (Leading) dalam Manajemen?
4.
Bagaimanakah Fungsi Pengendalian (Controlling) dalam Manajemen?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen?
2.
Untuk mengetahui fungsi Perencanaan (Planning) dalam Manajemen?
3.
Untuk mengetahui fungsi Pengorganisasian
(Organizing) dalam Manajemen?
4.
Untuk mengetahui fungsi Memimpin (Leading) dalam Manajemen?
5.
Untuk mengetahui fungsi Pengendalian (Controlling) dalam Manajemen?
D. Manfaat
1. Bagi
Institusi sebagai sumber informasi untuk
menentukan kebijakan dalam menangani permasalahan dalam organisasi dan
manajemen.
2. Bagi
Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat, agar dapat menambah wawasan dan
memperluas cakrawala berpikir khususnya tentang fungsi manajemen.
3. Bagi masyarakat agar dan dapat
menerapkan fungsi organisasi dan manajemen dalam menyelesaikan suatu
permasalahan organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Manejemen
Kata
Manajemen berasal dari bahasa
Prancis kuno ménagement, yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker
Follet, manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Ricky W. Griffin : sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis
bernama Henry Fayol pada awal
abad ke-20. Kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
1.
Perencanaan (Planning),
Proses
yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa
yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi.
2.
Pengorganisasian (Organizing),
Proses
yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam
perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh,
sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif.
3.
Memimpin (Leading)
Memimpin adalah kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang agar berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama.
4.
Pengendalian (Controlling)
Controlling
atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara
terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi.Secara garis besar kegiatan dalam
fungsi-fungsi manajemen dapat digambarkan seperti dibawah ini :
B. Perencanaan
(Planning)
1.
Pengertian
Perencanaan
adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai
tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan. Rencana dapat berupa
rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang
tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu
organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut. Perencanaan juga merupakan suatu keputusanuntuk
mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang, yaitu suatu tindakan yang
diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah satu tugas manajer yang
terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang dan
pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan di dalam
(internal) organisasi.
2. Manfaat Perencanaan
Ada beberapa manfat yang dapat diperoleh oleh staf
dan pimpinan jika organisasi memiliki sebuah perencnaan. Mereka akan
mengetahui:
a.
Tujuan yang ingin dicapai organisasi dan
cara mencapainya.
b.
Jenis dan struktur organisasi yang
dibutuhkan.
c.
Jenis dan jumlah staf yang diinginkn dan
uraian tugasnya.
d.
Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan
pengarahan yang diperlukan. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
Selain itu, dengan
perencanaan akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:
a.
Perencanaan akan menyebabkan berbagai
macam aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat dilakukan
secara teratur.
- Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
- Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai karena dalam perencanaan ditetapkan bernagai standar.
- Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya, terutama untuk fungsi pengawasan.
Sebaliknya, pimpinan dan staf organisasi juga perlu
memahami bahwa perencanaan juga memiliki kelemahan, yaitu:
a.
Perencanaan mempunyai keterbatasan
mengukur informasi dan fakta-fakta di masa yang akan datang dengan tepat.
- Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.
- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staf karena harus menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk mengadakan perubahan harus di tunda sampai tahap perencanaan berikutnya.
- Perencanaan juga akan menghambat tindakan baru yang harus diambil oleh staf.
3. Langkah-Langkah Dalam Membuat
Perencanaan
Langkah awal
untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah gagasan atau cita-cita
yang terfokus pada situasi tertentu. Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan
mempunyai beberapa langkah :
a. Analisis Situasi
Analisis situasi adalah langkah pertama proses
penyusunan perencanaan. Langkah ini dilakukan dengan analisis data laporan yang
dimiliki oleh organisasi (data primer) atau mengkaji laporan lembaga lain (data
sekunder) yang datanya dibutuhkan observasi dan wawancara. Agar mampu
melaksanakan analisis situasi dengan baik, manajer dan staf sebuah organisasi
atau mereka yang diberikan tugas sebagai tim perencana harus dibekali ilmu
epidemiologi, ilmu antropologi, ilmu demografi, ilmu ekonomi, dan ilmu
statistic.
Analisis situasi merupakan langkah awal perencanaan
yang bertujuan untuk identifikasi masalah. Yang dihasilkan dari proses analisis
situasi adalah rumusan masalah kesehatan dan berbagai factor yang berkaitan
dengan masalah kesehatan masyarakat yang sedang diamati serta potensi
organisasi yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi. Dari
penjelasan di atas, langkah analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan
berbagai jenis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah yg dijadikan dasar
penyusunan perencanaan.
b. Mengidentifikasi Masalah dan Prioritasnya
Melalui analisis situasi akan dihasilkan berbagai
macam data. Data dianalisis lebih lanjut menggunakan
pendekatanepidemiologi untuk dapat dijadikan informasi tentang
distribusinya di suatu wilayah, berdasarkan kurun waktu tertentu.. Informasi
lain yang perlu dicari adalah bagaimana tanggapan masyarakat tentang kesehatan
masyarakat tersebut dan bagaimana potensi organisasi untuk memeahkannya.
Informasi tersebut dibutuhkan oleh pimpinan untuk mengambil keputusan tentang
bagaimana puskesmas akan mengembangkan program intervensi.
Apa
batasan tentang suatu masalah?
Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara
situasi/kondisi yang terjadi dengan situasi/kondisi yang diharapkan, atau
kesenjangan yang dapat diukur antara hasil yang mampu dicapai dengan tujuan
yang ingin dicapai.Maslah juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja,
dan kendala yang dihadapi staf dalam pelaksanaan kegiatan program. Masalah
kesehatan masyarakat adalah suatu penyakit yang berkembang pada kurun waktu
tertentu dan menyerang kelompok-kelompok masyarakat di suatu masyarakat
tertentu. Dengan menggunakan batasan masalah tersebut dpat dikelompokan ke
dalam tiga kategori masalah yaitu masalah kesehatan masyarakat, masalah
manajemen pelayanan kesehatan(masalah program), dan masalah perilaku (termasuk
sikap dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan kegiatan program
kesehatan). Model identifikasi masalah akan membantu para manajer program
kesehatan di puskesmas untuk mengkaji suatu masalah kesehatan masyarakat dan
factor-faktor risikonya. Yang perlu dibedakan adalah mana masalah program
(input, proses, output, dan efek) dan yang mana masalah kesehatan masyarakat
(outcome/dampak dari sebuah sistem).
c. Penetapan Sasaran
Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu
sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan). Sasaran adalah hal yang
ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.Sasaran sering pula
disebut tujuan.Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria
untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil.Stated goals
adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas.Sasaran
seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman
humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated
goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi
tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran
yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan.Sasaran riil hanya dapat diketahui
dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan
organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan
tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran
umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals)
yang lebih terperinci.Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak
buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat paling bawah.Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena
mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada
proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali, atasan memberikan
sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti “tingkatkan kinerja,” “naikkan
profit,” atau “kembangkan perusahaan,” sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan
sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat
gambar).
Pendekatan kedua disebut dengan management by
objective atau MBO.Pada
pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer
puncak saja, tetapi juga oleh karyawan.Manajer dan karyawan bersama-sama
membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan
merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada
beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO.
Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam
pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan
pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan
karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa memedulikan rekan sekerjanya,
sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalan sekedar
formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen
puncak sendiri.
d. Merumuskan Tujuan
Rencana atau plan adalah dokumen yang
digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup
alokasi sumber daya, jadwa, dan tindakan-tindakan penting lainnya.Rencana
dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya.Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
strategis dan rencana operasional.Rencana strategis adalah rencana umum yang
berlaku di seluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah
rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi
menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek.Rencana jangka panjang
umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana
jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun.Sementara
rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time
frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi
rencana direksional dan rencana spesifik.Rencana direksional adalah rencana
yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Terakhir,
rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu single use atau
standing. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk
dilaksanakan satu kali.
1.
Untuk memberikan pengarahan baik untuk
manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat
mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama,
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana,
departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara
serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.
2.
Untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika
seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan,
meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun
rencana untuk menghadapinya.
3.
Untuk meminimalisir pemborosan.Dengan
kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan
mengurangi pemborosan.Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat
mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam
perusahaan.
4.
Untuk menetapkan tujuan dan standar yang
digunakan dalam fungsi
selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian
atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan
yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja
perusahaan.
Setelah prioritas masalah kesehatan ditetapkan,
manajer program menetapkan tujuan program. Semakin jelas rumusan masalah
kesehatan masyarakat dengan menggunakan kriteria di atas akan semakin mudah
menyusun tujuan program. Sebelum rencana kerja operasional disusun, beberapa
pertanyaan berikut ini wajib dipahami oleh tim perencana:
a. Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (potensi organisasi-How many)?
- Seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat akan dipecahkan (target program-How far)?
- Kapan target tersebut akan dicapai (target waktu-When)?
Merumuskan program tujuan operasional berdasarkan
jawaban ketiga pertanyaan tersebut di atas maka bermanfaat untuk :
1) Menetapkan langkah-langkah operasional program
2)
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
program
3)
Mengkaji hambatan dan Kelemahan Program
4)
Langkah keeempat proses penyusunan
adalah mengkaji kembali hambatan dan kelemahan program yang pernah
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mencegah atau mewaspadai timbulnya
hambatan serupa.
Selain mengkaji hambatan yang pernah dialami, juga dibahas prediksi kendala dan hambatan yang mungkin terjadi dilapangan pada saat program dilaksanakan. Jenis hambatan atau kelemahan program dapat dikategorikan ke dalam:
a.
Hambatan yang bersumber pada kemampuan
organisasi
Hambatan ini merupakan aspek kelemahan
organisasi.Motivasi staf rendah, pengetahuan dan keterampilan mereka kurang,
staf belum mampu mengembangkan partisipasi masyarakat setempat.
b.
Hambatan yang terjadi pada lingkungan
Hambatan geografis (jalan rusak), iklim atau musim
hujan, masalah tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, sikap dan
budaya masyarakat yang tidak kondusif (masih banyak tabu, salah persepsi, mitos
dan sebagainya).Semua kendala dan hambatan yang bersumber pada lingkungan
seperti ini sebaiknya dianalisin pada saat melakukan kajian terhadap perilaku
sehat-sakit masyarakat.Perilaku masyarakat yang kurang partisipasif merupakan
kendala utama pelaksanaan program.
Setelah semua hambatan dianalisis, kemudian
ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Susun semua daftar hambatan. Hambatan
mungkin terjadi pada staf atau para pelaksana, peralatan, informasi, biaya dan
waktu, geografis, iklim, dan peran serta masyarakat.
2)
Pilih hambatan kendala yang dapat
dihilangkan, mana yang di anggap sebagai tantangan untuk dimodifikasi atau
dikurangi dan mana yang sama sekali tidak dapat dihilangkan.
3)
Kaji kembali tujuan operasional kegiatan
yang sudah disusun, tetapi tetap waspada dengan berbagai hambatan dan kendala
di lapangan.
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional
Hambatan
(kelemahan) yang bersumber dari dalam organisasi harus dikaji dulu sebelum KRO
disusun. Jika tidak, program yang akan dilaksanakan terhambat oleh factor
internal organisasi. Factor lingkungan di luar organisasi seperti peran serta
masyarakat dan kerjasama lintas sector juga penting di kaji sebagai bagian dari
strategi pengembangan program di lapangan.
Pada
saat memasuki fase ini, tim perencana sudah menetapkan tujuan dan target yang
ingin dicapai. Proses perencanaan yang terakhir adalah menetapkan alternative
kegiatan dan sumber daya pendukung. Langkah ini dilakukan sebelum proses
penyusunan RKO. Format senuah RKO yang lengkap terdiri dari:
a. Alasan utama disusunnya RKO (Mengapa program ini dilaksanakan-WHY)
- Tujuan (apa yang ingin dicapai-WHAT)
- Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya-HOW)
- Pelaksana dan sasarannya (Siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatan program-WHO)
- Sumber daya pendukung (what kind of support)
- Tempat (dimana kegiatan akan dilaksanakan-Where)
- Waktu pelaksanaan (kapan kegiatan akan dilaksanakan-When)
Tipe
Perencanaan yang Digunakan Manajer
a. Perencanaan Jangka pendek (Short
Range Plans)
Perencanaan untuk jangka waktu 1 tahun atau kurang
b. Perencanaan Jangka panjang (Long
Range Plans)
Perencanaan untuk Jangka waktu 5 tahun atau lebih
c. Perencanaan Strategi
Perencanaan Strategi adalah Kebutuhan jangka panjang
dan menentukan komprehensif yang telah diarahkan.Menentukan tujuan untuk
organisasi kegiatan apa yang hendak diambil sumber-sumber apa yang diperlukan
untuk mencapainya. Tujuan perencanaan strategi: mendapatkan keuntungan
kompetitiff (competitive advantage).
Manajemen
Strategi
Manajemen strategi adalah proses pengarahan usaha
perencanaan strategi dan menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan baik
sehingga menjamin kesuksesan organisasi dalam jangka panjang. Tahap manajemen
strategi:
1. Perumusan strategi (strategy formulation)2. Pengimplementasian strategi (strategy implementation)Strategi yang digunakan organisasi. Tiga tingkatan strategi yang digunakan organisasi:1) Strategi korporasi (corporate strategy)Tujuan: pengalokasian sumber daya iuntuk perusahaan secara total. Strategi ini digunakan pada tingkat korporasi.2) Strategi bisnis (business strategy)Strategi untuk bisnis satu produk lini. Strategi ini digunakan pada tingkat divisi.
3)
Strategi fungsional (functional
strategy)
Mengarah ke bidang fungsional khusus untuk
beroperasi. Strategi ini digunakan pada tingkat fungsional seperti penelitian
dan pengembangan, sumber daya, manufaktur, pemasaran.
Menetapkan rangkaian kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan khusus dan yang menghubung-hubungkan dengan kerangka waktu yang
khusus, target kinerja dan Sumber Daya.
Pendekatan-pendekatan Perencanaan
1.
Perencanaan inside-out dan perencanaan
outside-in
Perencanaan inside-out: terfokus pada yang sudah
dilakukan dan mengusahakan untuk melakukan yang tebaik yang dapat dilakukan.
Ini meningkatkan efektivitas organisasi. Perencanaan outside-in: dari analisa
lingkungan eksternal muncul perencanaan untuk mengeksploitasi
kesempatan-kesempatan dan meminimisasi permasalahan yang terjadi. Kedua
perencanaan ini dapat dikombinasikan agar optimal.
2. Perencanaan top-down dan perencanaan
bottom-up
Perencanaan dari atas ke bawah (top-down): manajer
dibawah manajer puncak membuat perencanaan berdasarkan tujuan yang telah
ditentukan manajer puncak. Perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up)
dikembangkan pada tingkatan yang lebih bawah tanpa adanya batasan yang secara
teratur melewati hirarki tersebut ke tingkat manajer puncak. Kelebihan: kuatnya
komitmen dan kepemilikan dalam perencanaan yang lebih rendah..
C. Organizing
(Pengorganisasian)
1. Pengertian Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas
pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan definisi tersebut, fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur
semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personil, financial, material dan tata
cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama.
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai wadah
kerjasama sekelompok orang –organisasi bersifat statis. Organisasi juga dapat
dikaji dari sisi proses kerjasama. Dalam hal ini organisasi dilihat dari proses
kerjasama staf yang berisi uraian tugas untuk mencapai tujuan –organisasi
bersifat dinamis. Organisasi juga dapat dikaji dari bagaimana pimpinan
menggunakan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi – organisasi sebagai
alat pimpinan.
3. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian,
seorang manajer akan dapat mengetahui :
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan
kelompok. Tugas pokok staf dan prosedur kerja merupakan dokumen dari fungsi
pengorganisasian, digunakan sebagai panduan kinerja staf.
b. Hubungan organisatoris antar manusia
yang menjadi anggota atau staf sebuah organisasi. Hubungan ini akan terlihat
pada struktur organisasi.
c. Pendelegasian wewenang. Manajer atau
pimpinan organisasi akan melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan
tugas-tugas pokok yang diberikan kepada mereka.
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik
yang dimiliki organisasi. Tugas staf dan pemanfaatan fasilitas fisik harus
diatur dan diarahkan semaksimal mungkin untuk membantu staf, baik secara
individu maupun kelompok mencapai tujuan organisasi.
4. Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada
6 langkah penting dalam menyusun fungsi pengorganisasian, yaitu :
a.
Tujuan organisasi harus dipahami oleh
staf. Tujuan organisasi sudah disusun pada saat fungsi perencanaan.
b.
Membagi habis pekerjaan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang
mengemban tugas pokok organisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi. Untuk
itu, ia membagi tugas pokoknya pada staf yang ada. Dari sini akan muncul
gagasan departementalisasi, pengembangan bidang-bidang, seksi-seksi dan
sebagainya sesuai dengan kegiatan pokok.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam
satuan kegiatan yang praktis (elemen kegiatan). Pembagian tugas pokok ke dalam
elemen kegiatan harus mencarminkan apa yang harus dikerjakan oleh staf.
- Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Pengaturan ruangan dan dukungan alat-alat kerja adalah salah satu contohnya.
- Penugasan personil yang cakap yaitu memilih dan menempatkan staf yang dipandang mampu melaksanakan tugas. Bagian ini perlu dipahami oleh manajer personalia pada saat mengangkat atau memilih staf pejabat atau yang akan melaksanakan tugas-tugas tertentu organisasi.
- Mendelegasikan wewenang.
5.
Prinsip Manajemen Organisasi
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur
dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan
situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori
manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini
terdiri dari.
- Pembagian kerja (Job Deskription)
- Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
- Disiplin (Discipline)
- Kesatuan perintah (Unity of command)
- Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
- Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
- Penggajian pegawai
- Pemusatan (Centralization)
- Hirarki (tingkatan)
- Ketertiban (Order)
- Keadilan dan kejujuran
- Stabilitas kondisi karyawan
- Prakarsa (Inisiative)
- Semangat kesatuan, semangat korps
Fungsi
Manajemen yang Lazim Ditempuh
a. Membentuk susunan jabatan dan peranan dengan pemberian nama.
- Membagi pekerjaan yang akan dilakukan , menetapkan tugas-tugas dan tanggung jawab.
- Membentuk sistem-sistem kekuasaan dan status formal.
- Membentuk suatu struktur organisasi untuk melakukan komunikasi-komunikasi internal.
Job
description
Job description merupakan panduan dari perusahaan
kepada karyawannya dalam menjalankan tugas. Semakin jelas job description yang
diberikan, maka semakin mudah bagi karyawan untuk melaksanakan tugas sesuai
dengan tujuan perusahaan. Job description juga dapat menjadi alat pengukur
prestasi karyawan. Tugas, wewenang dan pola hubungan dapat menjadi parameter
prestasi dari seorang karyawan. Dengan menetapkan parameter tersebut di awal
masa kerja, maka semua pihak dapat menilai obyektivitas dari suatu keputusan
manajemen tanpa takut ada faktor like and dislike.
Karyawan
pun akan merasa nyaman memilki job description yang jelas. Ia akan mengetahui
secara jelas area pekerjaan, tanggung jawab dan wewenangnya. Ia juga akan
mengetahui dengan jelas garis koordinasinya, baik vertikal (atas dan bawah)
mapun horizontal. Ia juga dapat mengetahui tugas-tugas tambahan yang diberikan
kepadanya, sehingga dapat memperoleh bonus sesuai haknya.
Sebagai
penentu besarnya kompensasi yang diterima oleh karyawan sesuai dengan isi dari
job description tersebut, yang sudah dikerjakan. Selain itu, job description
juga berperan dalam hal remunerasi, yaitu peningkatan jabatan.
Dari
definisi ini dapat diketahui bahwa job description merupakan suatu uraian
mengenai jabatan atau posisi dalam suatu perusahaan. Dan dari uraian ini akan
dapat diketahui kewenangan dari tiap-tiap departemen atau dari tiap-tiap
bagian, serta penanggungjawab dari tiap-tiap departemen tersebut. Setiap
pekerjaan yang dilakukan atau dijalankan tentu merupakan tanggung jawab bagi
pelaksana pekerjaan tersebut. Sehingga dapat diketahui penanggungjawab dari
tiap-tiap departemen. Karenanya, dengan adanya job description, pimpinan
perusahaan hanya meminta laporan dari penanggungjawab dari tiap-tiap
departemen. Dengan dijalankannya hal ini, suatu perusahaan dapat berjalan
dengan tertib dan efisien.
D. Memimpin (Leading)
1. Pengertian
Memimpin adalah kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang agar berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang
manajer yang tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi
bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam
usahanya.
Manajer adalah pejabat yang bertanggungjawab atas
terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar tujuan unit yang
dipimpinnya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain. Fungsi
aktuasi/actuating merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerja sama diantara
staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Fungsi aktuasi tidak terlepas dari fungsi manajemn lainnya. Fungsi
penggerak dan pelaksanaan dalam istilah lainnya yaitu actuating (member
bimbingan), motivating (membangkitkan motivasi), directing (memberikan
arah), influencing (mempengaruhi) dan commanding (memberikan
komando atau perintah). (Muninjaya, G, A, A. 2004).
Pelaksanaan/pergerakkan (actuating) merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
a.
Merasa yakin akan mampu mengerjakan.
b.
Yakin bahwa pekerjaan tersebut
memberikan manfaat bagi dirinya.
c.
Tidak sedang dibebani oleh problem
pribadi atau tugas lain yang lebih penting.
d.
Tugas tersebut merupakan kepercayaan
bagi yang bersangkutan.
e.
Hubungan antar teman dalam organisasi
tersebut harmonis.
2.
Tujuan Fungsi Aktuasi dalam Memimpin
Tujuan
fungsi aktuasi :
a. Menciptakan
kerja sama yang lebih efisien.
b. Mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan staf.
c. Menumbuhkan
rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
d. Mengusahakan
suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi kerja
3. Fungsi Penggerakan
Fungsi aktuasi haruslah dimulai dari diri manager
dengan menunjukkan kepada staf bahwa dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan
dan peka terhadap lingkungannya. Ia harus memiliki kemampuan kerjasama, harus
bersikap obyektif.
Ada
4 jenis utama fungsi penggerakan :
a.
Koordinasi kegiatan
Untuk setiap kegiatan
yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen harus memastikan bahwa semua
kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Untuk
mengkoordinasi pekerjaan tim kesehatan, pekerja kesehatan yang bertugas harus
mengkoordinasikan fungsi para aggota tim kesehatan, mengkoordinasikan kegiatan
dan menyampaikan keputusan
b. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan
tempat yang tepat meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi
c.
Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukn meliputi Pemantauan dan pengawasan, logistik
(perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman, penyebaran dan pengembalian
barang), akuntasi dan organisasi.
d. Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan berkaitan dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan.
4.
Tahapan Penggerakan dan Pelaksanaan
Tindakan penggerakan dan pelaksanaan dibagi dalam
tiga tahap, yaitu:
a. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.b. Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau teladan. Tindakan ini juga disebut koding yang meliputi beberapa tindakan, seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara pimpinan dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan memperbaiki sikap, pengetahuan maupun ketrampilan staf.c. Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.
4. Hal-Hal
yang Harus diLakukan Pemimpin dalam Memotivasi Karyawan
Sumber dari motivasi kerja diantaranya adalah adanya kesempatan untuk berkembang, jenis pekerjaan yang dilakukan, serta adanya perasaan bangga menjadi bagian dari organisasi dimana seseorang tersebut bekerja. Di samping itu, motivasi kerja juga dipengaruhi oleh perasaan aman dalam bekerja, gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja, serta perlakuan yang adil dari pimpinan.Dalam suatu organisasi formal, motivasi merupakan tugas seorang pimpinan untuk membuat karyawan melakukan apa yang harus dilakukan. Pimpinan dapat memotivasi karyawan dengan berbagai cara, diantaranya:
a.
Menginspirasi, yaitu dengan memasukkan
semangat ke dalam diri orang agar bersedia melakukan sesuatu dengan efektif.
Orang diinspirasi melalui kepribadian pimpinan, keteladanannya, dan pekerjaan
yang dilakukannya secara sadar atau tidak sadar.
b.
Memotivasi dan mendorong untuk melakukan
apa saja yang harus dilakukan melalui pujian, persetujuan dan bantuan.
c. Membuat orang merasa harus melakukan apa
yang harus dilakukan dengan sesuatu cara, termasuk paksaan, kekerasan dan
ancaman jika perlu. Namun, motivasi jenis ini sudah tidak sesuai lagi dengan
tuntutan zaman dan bersifat negatif karena karyawan bekerja disebabkan adanya
paksaan tanpa ada motif dari dirinya sendiri.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh
pimpinan dalam menumbuhkan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan,
diantaranya:
1) Memberikan kepada karyawan keterangan
yang mereka perlukan untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik
2)
Memberikan kesempatan umpan balik secara
teratur;
3) Meminta masukan dari karyawan dan
melibatkan mereka di dalam keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka
4)
Membuat saluran komunikasi yang mudah
dipergunakan, sehingga karyawan dapat menggunakannya untuk mengutarakan
pertanyaan/kehawatiran mereka dan memperoleh jawaban;
5)
Belajar dari para karyawan itu sendiri
apa yang memotivasi mereka;
6)
Menghargai karyawan karena pekerjaan
mereka yang baik secara umum.
7)
Terus menerus memelihara hubungan dengan
karyawan yang dbawahi;
8)
Memberi selamat secara pribadi kepada
karyawan yang melakukan pekerjaan dengan baik
9)
Kenalilah kebutuhan-kebutuhan pribadi
karyawan karena karyawan akan lebih terdorong untuk bekerja bagi perusahaan
yang memperhatikan keperluan pribadinya
10) Menulis
memo secara pribadi kepada karyawan tentang hasil kinerja mereka;
11) Memastikan
apakah karyawan mempunyai sarana kerja yang terbaik;
12) Memberi
karyawan satu pekerjaan yang baik untuk dikerjakan dan pimpinan harus
memperlihatkan kepada karyawan bagaimana mereka dapat berkembang dan memberi
kesempatan untuk mempelajari kemampuan-kemampuan baru
13) Membantu
berkembangnya rasa “bermasyarakat” sehingga karyawan akan merasa betah di
dalamnya
14) Gajilah
karyawan secara bersaing berdasarkan apa yang mereka kerjakan;
15) Menawarkan
“pembagian keuntungan” (profit sharing) kepada karyawan.
E. Pengendalian (Controlling)
1. Pengertian
Controlling atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah
proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi.
Controlling atau pengawasan adalah fungsi manajemen dimana peran
dari personal yang sudah memiliki tugas, wewenang dan menjalankan
pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan agar supaya berjalan sesuai dengan tujuan,
visi dan misi perusahaan. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi manajemen yang lain,
tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai:
“the process by which manager determine wether actual operation are
consistent with plans”.
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan
memiliki lima tahapan, yaitu:
1)
Penetapan standar pelaksanaan
2)
Penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan
3)
Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
4)
Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan
standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan
5)
Pengambilan tindakan koreksi, bila
diperlukan.
5. Manfaat Pengendalian
Bila fungsi wasdal dilaksanakan dengan tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat berupa:
a.
Dapat mengetahui sejauh mana program
sudah dilaukan oleh staf, pakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah
sumberdaya telah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi wasdal
akan meningkatkan efisiensi kegiatan program.
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan
pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber
daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
d.
Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya
penyimpangan
e.
Dapat mengetahui staf yang perlu
diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan.
6. Proses Pengendalian
Terdapat tiga langkah penting dalam proses pengendalian
manajerial yaitu:
a.
Mengukur hasil/prestasi yang telah
dicapaioleh staf atau organisasi
b.
Membandingkan hasil yang telah dicapai
dengan tolok ukur.
c.
Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya, dan menggunakan, dan
menggunakan faktor tersebut untuk menetapkan langkah-langkah intervensi.
Proses
pengendalian mulai dengan perencanaan dan pembangunan tujuan penampilan kerja.
Tujuan penampilan didefinisikan dan standar-standar untuk mengukurnya disusun.
Ada 2 tipe standar:
1.
Standar out-put (keluaran): mengukur
hasil-hasil tampilan dalam istilah kuantitas, kualitas, biaya atau waktu.
2.
Standar in-put (masukan): mengukur
usaha-usaha kerja yang masuk ke dalam tugas penampilan.
Evaluasi sama pentingnya dengan
fungsi-fungsi manajemen lainnya yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pemantauan, dan pengendalian. Terkadang fungsi pemantauan dan fungsi evaluasi
sulit untuk dipisahkan. Fungsi manajemen puncak misalnya meliputi semua fungsi
dari perencanaan sampai pengendalian. Oleh karena itu, evaluasi sering
dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam suatu rapat kerja, rapat pimpinan,
atau temu muka baik secara reguler maupun dalam menghadapi kejadian-kejadian
khusus lainnya.
Beberapa cara pengendalian yang harus
dilakukan oleh seorang manajer yang meliputi pengawasan langsung, adalah
pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manejer. Manajer
memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan
dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. Pengawasan tidak langsung, adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan
melalui laporan secara tertulis maupun lisan dari karyawan tentang pelaksanaan
pekerjaan dan hasil yang dicapai.
Pengawasan
juga bisa dibedakan menurut sifat dan waktunya:
1.
Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan
sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam
pelaksanaannya. Pengawasan ini merupakan pengawasan terbaik karena dilakukan
sebelum terjadi kesalahan namun sifatnya prediktif.
2.
Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan
setelah terjadinya kesalahan dalam pelaksanaanya. Dengan maksud agar tidak
terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
3.
Pengawasan saat proses dilakukan, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan.
4.
Pengawasan berkala, adalah
pengawasan yang dilakukan secara berkala, misalnya perbulan, persmester.
5.
Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan
secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaannya dilakukan dengan baik atau
tidak.
6. Pengawasan Melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan dilakukan.
3. Metode Pengukuran Kinerja
Penilaian
prestasi kerja ini pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu perusahaan secara efektif
dan efisien. Penilaian prestasi kerja juga memungkinkan para karyawan untuk
mengetahui bagaimana prestasi kerja mereka, dan sejauh mana hasil kerja mereka
dinilai oleh atasan. Kegiatan penilaian ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia
dan memberi umpan balik kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja mereka. Ada
banyak metode untuk melakukan penilaian prestasi kerja karyawan, namun tidak ada satupun metode yang dapat
diberlakukan secara umum. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan
sendiri-sendiri. jadi kuncinya adalah mengenali keterbatasan metode yang
dipergunakan perusahaan dan mengolahnya sebisa mungkin. Metode penilaian
prestasi kerja karyawan pada dasarnya dikelompokkan atas 2 (dua) bagian (Hasibuan, 2008) :
a. Metode Tradisional
Metode ini merupakan metode yang berorientasi pada
masa lalu dan paling sederhana untuk menilai prestasi kerja karyawan yakni:
Metode ini merupakan metode penilaian yang paling
tua dan banyak digunakan. Metode ini memerlukan penilai untuk memberikan suatu
evaluasi yang subjektif mengenai penampilan individu pada skala dari rendah
sampai ke skala yang tinggi.
2)
Check List
Dengan metode ini, penilai sebenarnya tidak menilai
tetapi hanya memberikan masukan/informasi bagi penilaian yang dilakukan oleh
bagian personalia. Penilai hanya memilih
kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik setiap individu karyawan, baru
melaporkannya kepada bagian personalia untuk menetapkan bobot nilai, indeks
nilai, dan kebijaksanaan selanjutnya bagi karyawan yang bersangkutan.
3)
Critical Incident
Dengan metode ini, penilai harus mencatat semua kejadian
mengenai tingkah laku
karyawan
sehari-hari, yang kemudian dimasukkan ke dalam buku catatan khusus yang terdiri dari berbagai macam kategori tingkah
laku karyawan. Misalnya mengenai insiatif, kerjasama, dan keselamatan.
4)
Freefrom Essay
Dengan metode ini, seorang penilai diharuskan
membuat karangan yang berkenaan dengan orang/karyawan yang sedang dinilainya.
5) Paired
Comparation
Metode ini adalah metode penilaian dengan cara
seorang karyawan dibandingkan dengan seluruh karyawan lain, sehingga terdapat
berbagai alternatif keputusan yang akan diambil. Metode ini
hanya diperlukan untuk jumlah karyawan yang sedikit.
b. Metode Modern
Metode modern ini merupakan
perkembangan dari metode tradisional dalam menilai prestasi karyawan. Yang
termasuk ke dalam metode modern ini adalah :
1)
Assesment Centre
Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim
penilai khusus. Tim penilai khusus ini
bisa dari luar lingkungan perusahaan, dari dalam lingkungan perusahaan, maupun
kombinasi dari luar dan dalam lingkungan perusahaan. Cara penilaian tim
dilakukan dengan wawancara, permainan bisnis, dan lain-lain. Nilai indeks
prestasi kerja setiap karyawan adalah rata-rata bobot dari penilai. Indeks
prestasi dengan cara ini diharapkan akan lebih baik dan objektif oleh beberapa
orang anggota tim penilai.
2)
Management By Objective (MBO)
Dengan metode ini, karyawan diikusertakan dalam perumusan
dan pemutusan persoalan. Adapun ciri-ciri dari Management By Objective (MBO)
adalah : adanya interaksi antara atasan dengan bawahan secara langsung dalam
menentukan sasaran dan kriteria pekerjaannya. Menekankan pada masa sekarang dan
masa lampau dan menekankan pada hasil yang hendak dicapai.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas penulis dapat
mengambil sebuah kesimpulan bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu dan seni yang
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun fungsi-fungsi manajemen meliputi beberapa hal yaitu:
1. Planning merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn pendefinisian sasaran utk kinerja organisasi di masa depan dan utk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber daya yg digunakan yg dibutuhkan utk mencapai sasaran tersebut.2. Organizing merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn penugasan mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen.3. Leading fungsi manajemen yg berkenaan dgn bagaimana menggunakan pengaruh utk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.4. Controlling fungsi manajemen yg berkenaan dgn pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yg sesuai dgn sasaran dan melakukan koreksi apabila diperlukan
B. Saran
1. Untuk seseorang yang bergerak dibidang manajemen, kita harus memahami betul-betul fungsi dari semua bagian dari sistem manajemen. Agar tidak terjadi kesalah-fahaman antara bagian satu dengan yang lainnya. Karena banyaknya pandangan mengenai fungsi-fungsi dasar manajemen2. Untuk seseorang manager suatu bisnis sebaiknya hanya mengikuti satu fungsi dasar saja sebagai alur yang akan kita pakai dalam bisnis tersebut agar tidak terjadi kesalah-fahaman antara bagian perencanaan, pengorganisasian , Memimpin/Menggerakan dan pengawasan atau pengendalian.
DAFTAR
PUSTAKA
Amsyari F. 2009. Prinsip-prinsip dan
Dasar Statistik dalam Perencanaan Kesehatan; Lembaga
Basu Swastha,2008. Azas AzasManajemen
Modern; Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Gde, Muninjaya A.A.2004. Manajemen
Kesehatan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Manulang.2012. Dasar-dasar Manajemen;
Ghalia Indonesia, cetakan ke 15, Jakarta.
Muninjaya,
A.A. Gde. 2009. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kesehatan :
Jakarta.Penerbitan Universitas Airlangga, Surabaya.
Prayitno
S. 2005. Dasar-dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat; Airlangga
University Press, Surabaya.
www.google.com//mengenal
sistem manajemen perusahaan Chapter. 14 . Evaluasi Manajemen (1) « Smk Negeri 3
Kimia Madiun.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar