Tersenyum
mungkin memang jadi aktifitas biasa dalam kehidupan sehari hari, karena
berbagai beban hidup yang menerpa terkadang senyum menjadi hal yang
sulit di lakukan. tapi,percayalah bahwa senyum itu menyehatkan.
menyehatkan mental,fikiran dan otak kita yang semakin hari terbebani
dengan berbagai masalah. tapi sekarang kita tidak sedang membicarakan
tentang senyum kita,kita membicarakan hewan yang paling murah senyum.
ya....hewan saja bisa murah senyum,kenapa kita tidak??? Berikut beberapa
wajah senyum manis hewan yang bisa memberi sedikit senyum untuk
melupakan sejenak beban masalah di pundak. gulung scroll mu ke bawah dan
tersenyumlah.......
Translate
Selasa, 28 Oktober 2014
Tips Menghilangkan Jerawat
Tips menghilangkan Jerawat di wajah,
baik dagu, pipi, dahi, bisa dengan cara alami. mengatasi jerawat secara
alami juga sering efektif. Berikut adalah cara alami paling ampuh untuk
membasmi jerawat di daerah wajah yaitu dahi, pipi, dan dagu, seperti
dilansir Boldsky.
.
1. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Membersihkan wajah
Pastikan bahwa Anda lebih sering
mencuci muka. Kotoran dan sel-sel kulit mati ketika bercampur dengan
minyak yang disekresikan dari kelenjar sebaceous dapat menyebabkan
jerawat. Jadi, cuci muka sesering mungkin untuk tetap bersih dan
menghilangkan jerawat.
.
2. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Madu
Pijat dagu pipi dan dahi dengan madu.
Biarkan selama 10-15 menit dan kemudian bilas dengan susu dan air
dingin. Madu melembapkan kulit dan merupakan salah satu solusi alami
untuk mengatasi jerawat di daerah tersebut.
.
3. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Lemon
Lemon dapat Anda gunakan untuk
menghilangkan jerawat di wajah. Gosokkan potongan lemon pada jerawat di
dahi, pipi dan dagu. Biarkan kering dan bilas dengan air dingin.
.
4. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Tomat
Tomat membantu membuat kulit tampak
bersih dan bercahaya. Pijat dahi, pipi dan dagu dengan tomat untuk
menghilangkan jerawat dan bekas jerawat.
.
5. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Kulit pisang
Campur kulit pisang dengan yogurt.
Oleskan pada wajah untuk menghilangkan jerawat dan masalah kulit lainnya
seperti bekas kecokelatan pada kulit dan bintik-bintik gelap.
.
6. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Cengkeh
Anda dapat menggunakan cengkeh atau
minyak cengkeh untuk menghilangkan jerawat di dagu. Caranya, didihkan
cengkeh dalam air. Biarkan dingin. Hancurkan cengkeh dan buat jadi
pasta. Kemudian oleskan pada jerawat. Biarkan selama 15-20 menit dan
kemudian bilas dengan air dingin.
.
7. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Steaming
Steaming adalah salah satu solusi
terbaik untuk mengatasi jerawat di dagu. Steaming dapat menghilangkan
kotoran, sel-sel kulit mati dan sel darah putih yang berubah menjadi
jerawat jika tidak ditangani dengan baik.
.
8. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Baking soda
Campur baking soda dengan air lemon dan madu. Oleskan pada dagu untuk menghilangkan sel-sel kulit mati dan jerawat.
.
9. tips cara alami Menghilangkan Jerawat di Wajah (Pipi, Dahi, Dagu) - Krim anti jerawat
kalau cara alami diatas belum
berhasil, makin banyak krim anti jerawat dengan komposisi beragam, pilih
yang sesuai jenis kulit ya..
.
demikian tips Menghilangkan Jerawat di Wajah(Pipi, Dahi, Dagu) cara Alami
semoga bermanfaat…
Ritual Beauty Before Sleep
Ritual Beuty Sebelum Tidur! - Dapat tampil cantik dan terlihat awet muda merupakan hal yang idam-idamkan oleh setiap orang, terutama untuk kaum wanita. Banyak cara yang mereka tempuh untuk mendapatkan hal tersebut mulai dari mengkonsumsi obat herbal hingga obat-obatan yang mengandung bahan kimia, bahkan ada juga yang rela mengeluarkan banyak uang untuk operasi plastik. Padahal ada cara yang lebih mudah dan lebih hemat yaitu dengan cara melakukan 4 ritual kecantikan sebelum tidur. Pasti anda penasaran bukan? untuk mengetahui seperti apa itu 4 ritual kecantikan sebelum tidur, yuk kita lanjut baca!
4 Ritual Cantik Sebelum Tidur! Apa itu Ritual Kecantikan Sebelum Tidur?
Saat melihat judul artikel ini mungkin terlintas dalam fikiran anda, bahwa artikel yang telah saya tulis ini adalah artikel yang berkaitan dengan hal-hal mistis dan menyesatkan. Padahal tahukah anda, yang saya maksud dengan ritual disini hanyalah beberapa kumpulan tips yang harus dilakukan, agar kita terlihat cantik dan awet muda. Sebenarnya ritual ini boleh banget dilakukan oleh laki-laki agar wajah terlihat lebih cerah, bukan cantik hehe. Berikut 4 Ritual Kecantikan yang wajib sobat inner lakukan jika ingin terlihat cantik dan awet muda :1. Membersihkan Wajah
Membersihkan wajah sebelum tidur itu sangat besar manfaatnya, salah satunya yaitu untuk membersihkan sisa pemakaian make-up, debu dan juga kringat yang menmpel di kulit wajah. Karena jika sisa pemakaian make-up, debu dan kringat masih menempel di kulit wajah anda dan kemudian terbawa tidur, maka proses regenerasi kulit akan terhambat. Bahkan akan terjadi masalah pada kulit, seperti munculnya jerawat, kulit wajah memerah dan terasa gatal. Nah, daam agama islam ada yang dinamakan sholat sunah tahajud, dan jika anda rajin tahajud apalagi rajin melaksanakan sholat 5 waktu, saya yakin anda akan terlihat lebih cantik dan awet muda.2. Menggosok Gigi
Waduh kok harus menggosok gigi, apa hubungannya? Yap mungkin jika kita memikirkannya secara sepintas, kecantikan wanita memang kurang ada hubungannya dengan menggosok gigi. Tapi coba anda banyangkan, apa jadinya jika ada wanita cantik, tapi giginya tidak sehat misalnya giginya kuning, bolong-bolong atau ompong hehe. Rusak sudah kecantikannya, nah sebelum itu terjadi mulailah menggosok gigi secara rutin dari sekarang. Bagi sobat inner yang ingin tahu bagaimana cara memutihkan gigi secara cepat dan alami, sobat bisa baca artikel sebelumnya tentang "11 Cara Ampuh Memutihkan Gigi"
3. Gunakan Krim Pelembab Malam
Pada saat malam hari, biasanya kita akan tidur, nah jika kita tidur kan tidak mungkin sambil makan atau minum. Akibatnya kulit akan mengering karena kekurangan cairan. Maka dari kita dapat menggunakan krim pelembab untuk melembabkan permukaan kulit saat kita tidur.
4. Gunakan Masker
Nah, untuk tips yang terakhir yaitu kita wajib memakai masker. Tapi disini saya menyarankan anda untuk menggunakan masker alami. Alasannya agar lebih aman, mungkin sobat inner pun sudah pada tahu, kalau yang alami itu biasanya lebih aman, dan selain aman juga lebih hemat tentunya hehe. Nah, jika sobat inner belum tahu bagaimana cara membuat masker alami, silahkan baca artikel sebelumnya tentang "Cara Mudah Membuat Masker Alami !"
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tentunya dibutuhkan proses dan anda harus melakukann secara rutin. Karena ritual ini bukan sulap dan juga bukan magic, yang dapat menghilangkan sesuatu dengan cepat.
Penyakit Gastritis
Penyakit Maag yang dalam istilah medis dikenal
sebagai gastritis, mungkin pernah dialami oleh banyak orang. Penyakit
gastritis merupakan salah satu penyakit pada lambung dengan gejala
utamanya adalah nyeri pada ulu hati.
Gejala umum dari gastritis adalah berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang terkadang disertai dengan mual dan muntah.
Maag, dari sudut pandang kedokteran, merupakan sindrom dispepsia. DR. dr. Marcellus Simadibrata K., Sp.PD-KGEH, menyebutkan, “Sakit maag merupakan istilah awam untuk sindrom dispepsia”. Sindrom dispepsia merupakan kumpulan gejala dari penyakit saluran cerna atas yang terdiri dari rasa sakit di ulu hati dan rasa tidak nyaman di ulu hati.
Apakah seorang yang memiliki penyakit maag bisa berpuasa? Sering kita mendengar pertanyaan itu. Kadang orang umum berpendapat bahwa puasa akan mengakibatkan seseorang akan makin parah penyakit maag-nya. Menurut pendapat ahli kesehatan, ternyata puasa dapat memperbaiki sistem pencernaan dan mengurangi penyakit maag.
Seperti kita ketahui, jenis maag ada dua macam; maag ringan dan maag berat. Untuk seseorang yang menderita maag berat memang tidak dianjurkan untuk berpuasa. Namun bagi penderita maag ringan, puasa justru akan membantu proses kesembuhan penyakit maag.
Tips Agar Terhindar Dari Penyakit Maag
Sering kali kita tak menyadari hal ini, mungkin karena terlalu sibuk atau karena alasan lain sehingga waktu untuk makan terabaikan. Mungkin tips berikut ini bermanfaat bagi Anda agar dapat terhindar dari penyakit maag.
1. Waktu Makan
Jauhkan kebiasaan Anda menunda waktu makan jika waktu makan Anda telah tiba sebab jika melenceng dari jadwal makan, akan mengakibatkan produksi asam lambung meningkat sehingga akan menimbulkan gangguan pada lambung Anda.
2. Jenis Makanan
Mengurangi mengkonsumsi jenis makanan yang kecut, makanan-makanan yang pedas, karena dapat memicu asam lambung apalagi disaat anda terlambat makan dan juga sebaiknya yang sudah terkena penyakit ini alangkah baiknya menghindari jenis makanan ini.
3. Jumlah Makanan
Jika Anda yang sudah terkena penyakit maag, sebaiknya jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan ketika Anda terlambat makan.
4. Minum Habbatussauda dan Madu
Rokok berbahaya bagi kondisi tubuh, termasuk memicu penyakit gastritis atau maag.
(Dirangkum dari beberapa sumber)
Gejala umum dari gastritis adalah berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang terkadang disertai dengan mual dan muntah.
Maag, dari sudut pandang kedokteran, merupakan sindrom dispepsia. DR. dr. Marcellus Simadibrata K., Sp.PD-KGEH, menyebutkan, “Sakit maag merupakan istilah awam untuk sindrom dispepsia”. Sindrom dispepsia merupakan kumpulan gejala dari penyakit saluran cerna atas yang terdiri dari rasa sakit di ulu hati dan rasa tidak nyaman di ulu hati.
Rasa sakit dan tidak nyaman ini biasanya berupa nyeri di ulu hati,
kembung, mual, muntah, nafsu makan menurun, rasa cepat kenyang sehabis
makan dan muncul sendawa, kadang disertai gejala pusing atau mabuk,
jantung berdebar-debar, wajah pucat.
Bahkan, orang yang menderita luka atau tukak lambung-duodenum dan tumor atau kanker lambung-duodenum akan terlihat pucat, muntah-muntah hebat, muntah atau buang air besar campur darah hitam, berat badan menurun, serta syok karena pendarahan.
Staf Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM ini mengatakan bahwa maag disebabkan oleh penyakit lambung atau penyakit saluran cerna bagian atas atau penyakit organ-organ di sekitar saluran cerna atas.
Bahkan, orang yang menderita luka atau tukak lambung-duodenum dan tumor atau kanker lambung-duodenum akan terlihat pucat, muntah-muntah hebat, muntah atau buang air besar campur darah hitam, berat badan menurun, serta syok karena pendarahan.
Staf Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM ini mengatakan bahwa maag disebabkan oleh penyakit lambung atau penyakit saluran cerna bagian atas atau penyakit organ-organ di sekitar saluran cerna atas.
Pada umumnya penyakit maag dapat disembuhkan. Tentu penderita harus tekun berobat, mengatur pola hidup, pola makan dan minum.
Setiap orang yang menderita maag tetap wajib mengonsumsi makanan
bergizi. Makanan yang tidak menyebabkan iritasi serta merangsang lambung
dan duodenum (usus 12 jari) menjadi konsumsi wajib. Mereka yang
menderita maag fungsional pada umumnya dapat disembuhkan hanya dengan
mengonsumsi makanan lunak atau bubur, lalu secara bertahap mengonsumsi
makanan padat atau nasi biasa.
U.S. National Library of Medicine memberikan beberapa kemungkinan penyebab penyakit maag, antara lain :
• Merokok atau minum alkohol.
• Memburuknya kondisi lapisan dalam perut.
• Terkena infeksi bakteri atau virus.
• Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat nonsteroid anti radang seperti aspirin.
• Kandungan asam dalam perut yang berlebihan.
• Mengonsumsi zat atau bahan mengandung racun.
Penyebab lain sakit maag adalah pola makan yang tidak teratur, gaya hidup yang tidak sehat, stres, jam tidur yang tidak baik, serta meminum kopi dalam takaran yang besar dan berulang-ulang.
Puasa bagi Penderita Maag• Merokok atau minum alkohol.
• Memburuknya kondisi lapisan dalam perut.
• Terkena infeksi bakteri atau virus.
• Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat nonsteroid anti radang seperti aspirin.
• Kandungan asam dalam perut yang berlebihan.
• Mengonsumsi zat atau bahan mengandung racun.
Penyebab lain sakit maag adalah pola makan yang tidak teratur, gaya hidup yang tidak sehat, stres, jam tidur yang tidak baik, serta meminum kopi dalam takaran yang besar dan berulang-ulang.
Apakah seorang yang memiliki penyakit maag bisa berpuasa? Sering kita mendengar pertanyaan itu. Kadang orang umum berpendapat bahwa puasa akan mengakibatkan seseorang akan makin parah penyakit maag-nya. Menurut pendapat ahli kesehatan, ternyata puasa dapat memperbaiki sistem pencernaan dan mengurangi penyakit maag.
Seperti kita ketahui, jenis maag ada dua macam; maag ringan dan maag berat. Untuk seseorang yang menderita maag berat memang tidak dianjurkan untuk berpuasa. Namun bagi penderita maag ringan, puasa justru akan membantu proses kesembuhan penyakit maag.
Tips Agar Terhindar Dari Penyakit Maag
Sering kali kita tak menyadari hal ini, mungkin karena terlalu sibuk atau karena alasan lain sehingga waktu untuk makan terabaikan. Mungkin tips berikut ini bermanfaat bagi Anda agar dapat terhindar dari penyakit maag.
1. Waktu Makan
Jauhkan kebiasaan Anda menunda waktu makan jika waktu makan Anda telah tiba sebab jika melenceng dari jadwal makan, akan mengakibatkan produksi asam lambung meningkat sehingga akan menimbulkan gangguan pada lambung Anda.
2. Jenis Makanan
Mengurangi mengkonsumsi jenis makanan yang kecut, makanan-makanan yang pedas, karena dapat memicu asam lambung apalagi disaat anda terlambat makan dan juga sebaiknya yang sudah terkena penyakit ini alangkah baiknya menghindari jenis makanan ini.
3. Jumlah Makanan
Jika Anda yang sudah terkena penyakit maag, sebaiknya jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan ketika Anda terlambat makan.
4. Minum Habbatussauda dan Madu
Rokok berbahaya bagi kondisi tubuh, termasuk memicu penyakit gastritis atau maag.
(Dirangkum dari beberapa sumber)
HIV AIDS Disease
PENGERTIAN VIRUS HIV/AIDSAcquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
SEJARAH VIRUS HIV/AIDSØ KASUS HIV/AIDS ’PERTAMA’
Kejadian ini berawal pada musim panas di Amerika Serikat tahun 1981, ketika itu untuk pertama kalinya oleh Centers for Disease Control and Prevention dilaporkan bahwa ditemukannya suatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya dimana ditemukan penyakit Pneumocystis Carinii Pneumonia (infeksi paru-paru yang mematikan) yang mengenai 5 orang homosexual di Los Angeles, kemudian berlanjut ditemukannnya ’penyakit’ Sarkoma Kaposi yang menyerang sejumlah 26 orang homosexsual di New York dan Los Angeles. Beberapa bulan kemudian penyakit tersebut ditemukan pada pengguna narkoba suntik, segera hal itu juga menimpa para penerima transfusi darah.Sesuai perkembangan pola epidemiologi penyakit ini, semakin jelaslah bahwa penyebab proses penularan yang paling sering adalah melalui kontak sexual, darah dan produk darah serta cairan tubuh lainnya.
Pada tahun 1983, ditemukan virus HIV pada penderita dan selanjutnya pada tahun 1984 HIV dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya Aquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS).Ø ASAL USUL HIV/AIDSPara ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.Telah lama diketahui secara pasti bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia dan proses ini dikenal dengan zoonosis. Bagaimana proses SIV menjadi HIV pada manusia?
(1) Teori Pemburu, merupakan teori yang paling banyak dianut. Di dalam teori ini dijelaskan bahwa, SIVcpz dapat berpindah ke manusia, ketika seseorang berburu simpanse kemudian membunuh serta memakan dagingnya. Terkadang virus yang masuk bisa tetap sebagai SIV, atau dalam suatu kesempatan akan berubah menjadi HIV.
(2) Teori Vaksin Polio, merupakan teori lain yang mengatakan bahwa HIV dapat berpindah secara tidak sengaja karena kealpaan pihak medis, misalnya melalui percobaan medis. Teori ini disebarluaskan secara baik dimana vaksin polio yang memainkan peranan dalam perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet.
(3) Teori Kontaminasi Jarum Suntik, merupakan lanjutan dari “Teori Pemburu”, dimana pada tahun 1950 sudah digalakkan untuk memakai jarum suntik yang hanya sekali pakai serta menerapkan penataan untuk mensterilkan peralatan medis, tetapi ini memakan banyak anggaran sehingga terkadang, satu jarum digunakan untuk beberapa orang tanpa disterilkan terlebih dahulu. Hal tersebut akan mempercepat terkontaminasinya dengan berbagai macam infeksi.
(4) Teori Penjajahan, dasar pemikiran teori ini mengacu pada teori pemburu. Pada akhir abad XIX hingga awal abad XX, sebagian besar negara Afrika mengalami penjajahan. Seperti layaknya warga yang terjajah, rakyat Afrika diwajibkan mengikuti kerja paksa, mereka ditempatkan dalam satu camp dimana sanitasinya sangat buruk, kerja fisik diluar batas serta kebutuhan makanan tidak terjamin bahkan tidak menutup kemungkinan mereka mendapatkan lauk berupa simpanse yang sedang mengidap SIV.
(5) Teori Konspirasi. Beberapa orang mengatakan bahwa virus HIV adalah rekayasa manusia. Dari survey yang dilakukan di Amerika Serikat, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berkulit hitam mempercayai bahwa virus HIV memang diciptakan untuk memusnahkan sebagian besar orang berkulit hitam serta para homoseksual. Beberapa bahkan meyakini bahwa virus HIV disebarkan di seluruh dunia melalui program imunisasi campak maupun melalui uji coba program vaksinasi Hepatitis B kepada kaum homosexsual.
Sejauh ini, masih belum ada satu teoripun yang mampu menjelaskan dengan memuaskan bagaimana SIV pada binatang bisa menyeberang menjadi HIV pada manusia.
PROSES PENULARAN HIV/AIDS- Penularan virus HIV-AIDS secara seksualPenularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya (ML). Hubungan seksual reseptif tanpa kondom/pelindung lebih beresiko daripada hubungan seksual insertif dengan memakai kondom/pelindung, dan resiko hubungan seks anal lebih besar daripada resiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak beresiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.
Kekerasan seksual secara umum meningkatkan resiko penularan HIV karena pelindung/kondom umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan resiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal.
Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar resiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag.
Penularan HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.
Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.
Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.- Penularan virus HIV-AIDS secara Kontaminasi patogen melalui darahJalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna jarum suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan resiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C.
Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur.
Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi resiko itu. Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh.
Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi.
WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman.Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".- Penularan virus HIV-AIDS pada masa perinatal (kehamilan)Penularan virus HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal (kehamilan), yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan.
Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.
Sejumlah faktor dapat memengaruhi resiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi resikonya). Menyusui meningkatkan resiko penularan sebesar 4%.MASA INKUBASI VIRUS HIV/AIDSPenyakit AIDS mempunyai masa inkubasi, yaitu masa tunas virus AIDS (HIV) menjadi AIDS. Ketika mulai masa inkubasi atau mulai terjangkitnya HIV, jumlah sel CD-4 (sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia) dalam tubuh perlahan-lahan akan berkurang sampai setengahnya. Ini berarti tubuh telah kehilangan setengah dari kekebalannya. Dalam kondisi seperti ini penderita masih memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi selama 9-10 tahun.Tetapi setelah melewati 9-10 tahun, jumlah sel CD-4 dalam tubuh akan semakin berkurang dan akhirnya sudah tidak berfungsi lagi. Pada saat inilah penderita tersebut menjadi penderita AIDS. Kesimpulannya apabila seseorang manusia telah mengidap penyakit AIDS, berarti ia telah terinfeksi HIV sekitar 9-10 tahun. Pada masa ini berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah dan menyebabkan penderitanya tersiksa sampai kematian datang menjemputnya.GEJALA-GEJALA VIRUS HIV/AIDSSetelah dinyatakan positif terkena HIV biasanya ada masa 5-10 tahun virus ini benar-benar bisa 'melumpuhkan' penderitanya. AIDS timbul sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV di dalam tubuh manusia. Meski kini dengan terapi ARV (Antiretroviral) penderita HIV AIDS bisa berumur panjang bersama penyakitnya.
Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-sel darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Orang dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih yang kecil.
Pada tahap awal terkena infeksi, virus ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala apapun. Gejalanya baru akan muncul setelah dua sampai empat minggu.
Gejala awal HIV adalah mengalami sakit kepala yang berat, demam, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha.
Seperti dikutip dari situs WHO, Senin (6/12/2010) ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang.
Pada stadium lanjut gejala HIV memperlihatkan kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan, batuk kering, demam berulang atau berkeringat saat malam hari, kelelahan, diare yang lebih dari seminggu, kehilangan memori, depresi dan juga gangguan saraf lainnya.KOMPLIKASI VIRUS HIV/AIDS- Penyakit saluran pencernaan utamaEsofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab, antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.- Penyakit syaraf dan kejiwaan utamaInfeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
~ Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.
~ Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
~ Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.- Kanker dan tumor ganas (malignan)Sarkoma Kaposi. Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik,yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV.
Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda-tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus.
Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.
DIAGNOSIS PENDERITA PENYAKIT HIV/AIDSSejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik.
Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium, sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
Sistem tahapan infeksi WHO:
Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.
Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang
Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis(TBC).
Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.OBAT-OBATAN VIRUS HIV/AIDSKabar baik bagi umat manusia. Ilmuwan mengajukan cara radikal untuk memerangi penyakit itu, dengan pemberian obat anti-retroviral yang dapat membasmi AIDS dalam 40 tahun.
Sebuah program agresif yang meresepkan pengobatan anti-retroviral (ART) pada setiap orang yang terinfeksi HIV, bisa menghentikan semua infeksi baru dalam lima tahun dan akhirnya menghapus epidemi. Demikian diungkapkan Dr Brian Williams dari Pusat Pemodelan dan Analisis Epidemiologi di Afrika Selatan, kemarin.
Dr Williams adalah bagian dari pakar perkembangan tubuh yang percaya bahwa obat anti-HIV mungkin adalah harapan terbaik untuk mencegah bahkan menghilangkan penyebaran AIDS. Sebaliknya ia menolak pilihan menunggu pengembangan vaksin yang dinilai efektif, atau hanya mengandalkan agar orang-orang mengubah gaya hidup seksualnya.
Gagasan itu akan diuji tahun depan, diawali percobaan klinis terkontrol melibatkan ribuan orang yang tinggal di sebuah bagian Afrika Selatan dengan insiden HIV dan AIDS yang tinggi. Dr Williams mengatakan upaya itu akan diikuti dengan percobaan serupa di Amerika Serikat, di mana HIV merajalela di beberapa kota.
"Harapan tercepat kami dengan menggunakan ART tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa, tetapi juga untuk mengurangi penularan HIV. Saya percaya kalau kita menggunakan obat ART secara efektif, bisa menghentikan penularan HIV dalam lima tahun," kata Dr Williams.
"ART memungkinkan menghentikan penularan HIV dan AIDS, mengurangi penderita berkaitan AIDS hingga setengah dalam kurun waktu 10 tahun dan menghilangkan infeksi dalam waktu 40 tahun," katanya kepada Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan di San Diego, California.
Anti-retroviral secara dramatis menurunkan konsentrasi HIV dalam aliran darah seseorang, selain melindungi pasien terhadap AIDS. Obat itu secara signifikan mengurangi penularan antar individu.
Dr Williams dan para pendukungnya percaya, jika orang yang terinfeksi sudah cukup banyak yang dirawat, akan menurunkan tingkat infeksi sehingga epidemi akan mati. Ia yakin AIDS secara efektif dapat dihapuskan pada pertengahan abad ini.
"Masalahnya adalah bahwa kita menggunakan obat untuk menyelamatkan nyawa, tetapi tidak menggunakan untuk menghentikan penularan," kata Dr Williams.
Memblokir penularan hanya dapat dilakukan dengan pengujian yang ekstensif diikuti pengobatan cepat menggunakan obat anti-retroviral bagi setiap orang yang ditemukan mengidap HIV positif.
"Konsentrasi virus turun 10.000 kali [dengan ART] ... yang berarti 25 kali lipat mengurangi penularan. Tetapi jika Anda melakukan hal itu, akan cukup dasar untuk menghentikan penularan secara total," katanya.
Sebuah studi yang diterbitkan di 2008 menunjukkan bahwa secara teori ART dapat mengurangi kasus HIV baru hingga 95%, dari prevalensi 20 per 1.000 menjadi 1 per 1.000, dalam 10 tahun pelaksanaan program pengujian universal dan resep obat ART.
Obat ART harus diminum setiap hari seumur hidup dan biaya untuk Afrika Selatan sendiri akan menjadi sekitar US$4 miliar per tahun. Namun Dr Williams mengatakan biaya untuk mengobati jumlah pasien AIDS yang meningkat, serta biaya ekonomi remaja yang mati muda akan lebih tinggi daripada memberikan obat ART gratis kepada semua orang yang membutuhkan.
"Kunci masalah biaya adalah bahwa jika Anda tidak melakukan apa pun, biayanya lebih besar. Lebih penting lagi, kita membunuh orang muda di kehidupan utama mereka, ketika mereka harusnya memberikan kontribusi pada masyarakat,” kata Dr Williams.GOLONGAN ORANG YANG RENTAN TERKENA HIV/AIDSØ MENURUT UMURVIVAnews - Kasus penderita HIV AIDS di kalangan wanita meningkat drastis. Perilaku berisiko suami atau pasangan merupakan penyebab utama penularan HIV di kalangan wanita.
Dari penelitian regional mengenai HIV AIDS di Asia, diketahui wanita merupakan orang dewasa yang paling rentan terkena HIV. Pada 2008, 35 persen orang dewasa yang terinfeksi HIV di Asia terdiri dari wanita. Angkanya naik signifikan dari 17 persen pada 1990.
Sementara, 90 persen dari 1,7 juta perempuan hidup dengan HIV di Asia tertular dari suami atau pasangan dalam hubungan jangka panjang.
Di Indonesia, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Departemen Kesehatan mengestimasi sekitar 300 ribu orang dewasa usia 15-49 tahun hidup dengan HIV pada 2009. Peningkatan infeksi tertinggi pada perempuan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Agum Gumelar mengatakan penyebab makin banyaknya wanita terinfeksi HIV karena pasangan yang berperilaku berisiko tinggi. Kita harus mempekuat kekuatan wanita untuk menolak hubungan seksual berisiko tinggi, ungkapnya pada peluncuran laporan Penularan HIV pada Pasangan Intim di Asia di Hotel Crowne Plaza Jakarta, Rabu, 31 Maret 2010.
Pria pembeli seks dikenali sebagai kelompok populasi terinfeksi tertinggi. Padahal, kebanyakan mereka merencanakan menikah. Akibatnya wanita yang dianggap berisiko rendah justru berisiko tinggi setelah melakukan hubungan seksual dengan suami atau pasangan. Memperkuat hak azasi reproduksi wanita juga sebagai cara mencegah penularan virus mematikan tersebut, kata Linda.
Ø MENURUT JENIS PEKERJAANNYATenaga nonprofesional atau karyawan merupakan golongan yang paling banyak terinfeksi HIV sepanjang tahun 2011 disusul oleh ibu rumah tangga dan wiraswasta, demikian menurut Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta.
Data surveilans hingga Juni 2011, jumlah karyawan yang terinfeksi HIV sebanyak 283 orang (199 HIV dan 84 AIDS), ibu rumah tangga 147 orang (102 HIV dan 45 AIDS), wiraswasta 139 orang (82 HIV dan 57 AIDS), narapidana 48 orang (4 HIV dan 44 AIDS), buruh kasar 32 orang (14 HIV dan 18 AIDS) serta tenaga profesional non medis 29 orang (5 HIV dan 24 AIDS).
"Dari jumlah penderita HIV/AIDS, DKI Jakarta menempati urutan pertama tapi jika dihitung dari prevalensinya, maka DKI merupakan urutan keempat di Indonesia setelah Papua, Jawa Barat dan Bali," ujar Sekretaris KPAP DKI Rohana Manggala di Jakarta, Kamis.
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS.
Tingginya angka terinfeksi pada golongan profesi karyawan itu telah membuat peringatan Hari AIDS sedunia 2011 yang diperingati tiap tanggal 1 Desember mengambil tema "Lindungi Pekerja dan dunia Usaha dari HIV dan AIDS".
Ketua Pelaksana Peringatan Hari AIDS Sedunia di Jakarta Deded Sukandar yang juga merupakan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta menyebut pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya dampak yang sangat merugikan baik bagi perusahaan maupun tenaga kerja.
"Tempat kerja sebagai tempat berkumpulnya orang-orang muda yang produktif merupakan tempat yang sangat strategis untuk melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS," kata Deded.
Hal itu karena dampak yang ditimbulkan karena HIV/AIDS sangat luas, tidak hanya pada orang yang terkena tetapi juga berdampak pada kondisi sosial, ekonomi dan psikologis bagi keluarga penderita dan juga pada masyarakat sekitar.
"Mengingat dari data yang ada bahwa 88% orang dengan HIV/AIDS berada pada kelompok usia produktif atau berumur 20-49 tahun maka HIV dan AIDS bisa menjadi ancaman bagi dunia usaha, apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan secara tepat," ujarnya.
Untuk pencegahan, Deded menyebut dibutuhkan kerjasama tripartit dari pemerintah, dunia usaha serta serikat pekerja untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan.
Penyebab penularan, seperti dipaparkan Rohana Manggala adalah sebagian besar berasal dari pria yang membeli seks yang disebut sebagai kelompok resiko tinggi yang jumlahnya diperkirakan mencapai satu juta pria di Jakarta.
Sebesar 20% dari mereka adalah pria dewasa yang kemudian memiliki pasangan, selain itu ada sekitar 11 ribu pengguna jarum suntik (penasun) dan 61 ribu dari kelompok Gay, Waria, dan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki.
"Karena itu, kami minta masyarakat tetap menerapkan rumus ABCD, yakni 'Abstinence' yang berarti menghindari perilaku berisiko, 'Be Faithful' atau setia, menggunakan 'Condom' untuk perilaku berisiko dan sebagai langkah terakhir adalah Drugs atau pengobatan jika telah positif HIV," ujarnya. (ant/gor)KENYATAAN DI NEKARA KITARupaya era globalisasi saat ini menyebabkan dunia tampak semakin kecil, negara tidak mempunyai batas-batas lagi. Perpindahan penduduk menjadi begitu mudah, demikian juga dengan HIV, bisa berpindah dari satu negara ke negara lainnya dengan leluasa hingga akhirnya sampai ke Indonesia. Kasus HIV/AIDS pertama di Indonesia diidentifikasi di Bali pada seorang laki-laki asing yang kemudian meninggal pada April 1987. Akan tetapi, penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995. Hal ini dapat dilihat pada tes penapisan (screening) darah donor yang positif HIV meningkat dari 3 per 100.000 kantong pada 1994 menjadi 16 per 100.000 kantong pada tahun 2000. Peningkatan 5 kali lebih tinggi dalam waktu 6 tahun.
Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemi HIV secara nyata melalui pekerja seks. Data dari Tanjung Balai Karimui Merauke, Propinsi Irian Jaya prevalensi HIV pada pekerja seks amat tinggi yaitu 26,5% sedangkan di Propinsi Jawa Barat 5,5% dan di DKI Jakarta 3,36%.
Sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada para pengguna Narkoba suntik. Penularan pada kelompok ini terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama. Sebagai contoh, pada tahun 1999 hanya 18% pengguna narkoba suntik yang dirawat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta yang terinfeksi HIV. Akan tetapi pada tahun 2000 angka tersebut meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada tahun 2001 menjadi 48%.
Fakta baru pada 2002 menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV juga telah meluas ke rumah tangga. Di beberapa wilayah di Jakarta dilaporkan bahwa sekitar 3% dari 500 ibu hamil yang dites secara sukarela dalam kegiatan VCT (Voluntary Counseling and Testing) sudah terinfeksi HIV.
Jadi, semua jenis penularan HIV ada di negara kita dan sudah mengenai siapa saja bahkan hingga ke ibu rumah tangga dan bayi yang dikandungnya
Perdarahan Antepartum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000
kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya (Mauldin, 1994).
Langkah
utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah
mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini ada
tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre
eklampsia-eklampsia, dan infeksi.
Perdarahan
sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya
dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap
sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut
keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah
kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat
kemungkinan hidup janin diluar uterus (Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan
sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998).
Frekuensi
perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah
Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh
persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan,
dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan
(Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan
ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta,
ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut
data RSCM jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta
previa. Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu
dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan
penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
Plasenta
Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters
kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan
janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling
banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya
digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna
uteri (didekat cervix uteri).
Di
AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan
mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997
plasenta previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran
hidup. Di Indonesia, RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada
kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Antara tahun 1971-1975 terjadi 37
kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar, atau
kira-kira 1 dari 125 persalinan.
Angka
kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%. Bayi yang
lahir dengan plasenta previa cenderung memiliki berat badan yang rendah
dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko kematian
neonatal juga tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibandingkan
dengan bayi tanpa plasenta previa.
Maternal
tingkat kematian yang sekunder ke plasenta previa kira-kira 0.03%. Bayi
wanita-wanita sudah takdir dengan plasenta previa [tuju/ cenderung]
untuk menimbang kurang dari bayi wanita-wanita sudah takdir tanpa
plasenta previa. Resiko neonatal [dapat mati/angka kematian] adalah yang
lebih tinggi untuk plasenta previa bayi (me)lawan kehamilan tanpa
plasenta previa.
Solusio
plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari
dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki
gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.
Di
AS frekwensi solusio plasenta kira-kira 1%, dan solusio plasenta yang
mengakibatkan kematian didapatkan sebanyak 0.12% dari jumlah kehamilan
(1:830).
Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalai ini adalah :
F Apa yang dimaksud dengan perdarahan antepartum?
F Apa saja Klasifikasi Perdarahan Antepartum?
F Apa yang dimaksud dengan plasenta previa, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya?
F Apa yang dimaksud dengan solusio plasenta, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya?
F Apa saja Perdarahan Antepartum Yang Tidak Jelas Sumbernya (Idiopatik)?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalai ini adalah :
Agar mahasiswa mengetahui apa itu perdarahan antepartum.
Agar mahasiswa mengetahui Klasifikasi Perdarahan Antepartum.
Agar mahasiswa mengetahui plasenta previa, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya.
Agar mahasiswa mengetahui solusio plasenta, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya.
Agar mahasiswa mengetahui Perdarahan Antepartum Yang Tidak Jelas Sumbernya (Idiopatik).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perdarahan Antepartum
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
(Rustam M, 1998: 269). Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih dan sering
disebut atau digolongkan perdarahan trimester ketiga. (Ida Bagus Gde
Manuaba, 1998: 253). Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari
trektus genitalis setelah kehamilan 28 minggu, yang mungkin disebabkan
karena vaginitis, polip serviks, servisitis, varises vagina dan serviks
dan lesi ganas pada vagina atau serviks. (Wagstaff, T. Ian, 1997: 137).
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir
kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa baik
ibu maupun anak. (M Hakimi, 1995: 425)
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan, yaitu
usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada triwulan terakhir kehamilan
sebab-sebab utama perdarahan adalah plasenta previa, solusio plasenta
dan ruptura uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga dapat
ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus atau
varises yang pecah dan oleh kelainan serviks seperti karsinoma, erosi
atau polip.
2.2 Klasifikasi Perdarahan Antepartum
Perdarahan Antepartum dikelompokkan sebagai berikut
§ Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan:
1 Plasenta previa
2 Solusi plasenta
3 Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik) seperti: Perdarahan pada plasenta letak rendah,rupture sinus marginalis, vasa previa dan Plasenta Sirkumvalata
§ Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan:
1 Pecahnya varises vagina
2 Perdarahan polipus servikalis
3 Perdarahan perlukaan serviks
4 Perdarahan karena keganasan serviks
2.3 Plasenta Previa
Plasenta
previa (prae = di depan, vias = jalan) adalah plasenta yang terletak
di depan jalan lahir, implantasinya rendah sekali sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang
normal adalah pada dinding anterior atau dinding posterior fundus uteri.
Plasenta previa cukup sering dijumpai dan pada tiap perdarahan antepartum kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan. Plasenta previa lebih sering terjadi pada multigravida daripada primigravida dan juga pada usia lanjut.
Jenis plasenta previa
Ada 4 jenis plasenta previa :
1 Placenta previa totalis,
bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas
tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena
risiko perdarahan sangat hebat.
2 Placenta previa partialis,
bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada
posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak
dilahirkan melalui per-vaginam.
3 Placenta previa marginalis, bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4 Low-lying placenta
(plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta), posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan
lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa
dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
Diagnosa
ini mulai dipastikan sejak kira-kira umur kehamilan 26-28 minggu,
dimana mulai terbentuk SBR (Segmen Bawah Rahim). Dengan terbentuknya
SBR, leher rahim yang semula masih berbentuk seperti corong (lihat
gambar di pojok kanan atas), akan mulai memipih, untuk nantinya saat
menjelang persalinan mulai membuka.
Dari
perubahan inilah bisa terjadi plasenta "berpindah" atau lebih tepatnya
bergeser secara relatif menjauhi jalan lahir, seolah-olah bergerak ke
atas. Itulah sebabnya, sebelum masuk trimester terakhir, sekitar 28
minggu 7 bulan, dibiarkan saja dulu asal tidak terjadi perdarahan yang
tidak bisa dikendalikan. Diharapkan nanti setelah 7 bulan, beruntung bisa "pindah" ke atas seperti penjelasan sebelumnya.
Tentu
saja, penilaian paling optimal dan menentukan adalah saat mendekati
persalinan, untuk memastikan benar-benar dimana posisi plasenta. Itulah
mengapa, keputusan cara persalinan bisa berubah di menit-menit terakhir.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya
pembukaan. Misalnya plasenta previa margunalis pada pembukaan 2 cm dapat
menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Atau plasenta
previa totalis pada pembukaan 3 cm dapat menjadi plasenta perevia
lateralis pada pembukaan 6 cm. Oleh karena itu, penentuan macamnya
plasenta previa harus disertai dengan keterangan mengenai besarnya
pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Untuk mengetahui jenis plasenta previa dapat dilakukan pemeriksaan USG.
Etiologi
Plasenta previa mungkin terjadi bila keadaan endometrium kurang baik, misalnya seperti yang terdapat pada:
Ã’ multipara/multigravida, terutama bila jarak antarkehamilan pendek
Ã’ myoma uteri
Ã’ kuretase berulang
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta
harus tumbuh lebih luas untuk mencukupi kebutuhan janin sehingga
mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Plasenta previa mungkin
juga disebabkan oleh implantasi telur yang rendah.
Faktor Risiko Plasenta-Previa
1 Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko.
2 Multiparitas,
apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha
mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.
3 Kehamilan kembar.
4 Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.
5 Adanya
jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa
jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah
berturut-turut menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3%
setelah 3 kali dan 10% setelah 4 kali atau lebih.
6 Adanya
endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya,
misalnya di indung telur) setelah kehamilan sebelumnya.
7 Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
8 Adanya trauma selama kehamilan.
9 Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.
Gejala
1 Gejala yang utama adalah perdarahan tanpa nyeri. Biasanya perdarahan baru timbul setelah bulan ke-7. Hal ini disebabkan oleh:
v perdarahan sebelum bulan ke-7 memberi gambaran yang sama dengan abortus
v perdarahan pada plasenta previa disebabkan oleh pergerakan antara plasenta dengan dinding uterus
Setelah
bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding uterus karena isi uterus lebih
cepat tumbuhnya dari uterus itu sendiri. Akibatnya adalah istmus uteri
tertarik menjadi dinding kavum uteri (segmen bawah rahim/SBR). Pada plasenta previa, hal ini tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding uterus. Saat perdarahan tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi
dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan. Tapi
pada persalinan his pembukaan sudah tentu menimbulkan perdarahan karena
plasenta akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa
bersifat terlepas dari dasarnya.Perdarahan pada plasenta previa bersifat
berulang-ulang. Setelah yang lebih besar terbuka.
2 Bagian
terendah janin tinggi. Plasenta terletak pada kutub bawah uterus
sehingga bagian terendah janin tidak dapat masuk pintu atas panggul.
3 Sering terdapat kelainan letak
4 ada pemeriksaan inspekulo darah berasal dari ostium uteri eksternum.
Bila
seorang wanita hamil mengalami perdarahan pada triwulan terakhir
kehamilan, maka plasenta previa atau solusio plasenta harus diduga. Kewajiban
dokter atau bidan untuk mengirim pasien ke rumah sakit tanpa lebih
dahulu melakukan pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon. Kedua
tindakan ini hanya menambah perdarahan dan kemungkinan infeksi. Lagipula
perdarahan pertama pada plasenta previa jarang menimbulkan kematian.
Di
rumah sakit dilakukan pemeriksaan inspekulo terlebih dahulu untuk
mengenyampingkan kemungkinan varises yang pecah dan kelainan serviks.
Pada plasenta previa darah keluar dari ostium uteri eksternum. Sebelum
tersedia darah dan kamar operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan
dalam karena dapat memperhebat perdarahan. Sementara boleh dilakukan
pemerikasaan fornises dengan hati-hati. Jika tulang kepala dan
sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah, maka kemungkinan plasenta
previa kecil. Sebaliknya jika antara jari-jari kita dan kepala teraba
bantalan (yaitu plasenta), maka kemungkinan plasenta previa besar.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada
presentasi bokong bagian depannya lunak sehingga sukar membedakannya
dengan jaringan lunak.
Diagnosa
pasti dibuat dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi dan bila sudah
ada pembukaan. Pemeriksan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak
menimbulkan perdarahan akibat perabaan.
Penyulit
Pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan postpartum karena:
§ kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta akreta).
§ daerah perlekatan luas
§ daya kontraksi segmen bawah rahim kurang
Kemungkinan infeksi nifas lebih besar karena luka luka plasenta lebih dekat dengan ostium dan ini merupakan port d’entree yang mudah tercapai. Lagipula pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahan tubuhnya turun.
Bahaya plasenta previa untuk ibu adalah:
* perdarahan hebat
* infeksi – sepsis
* emboli udara (jarang)
Bahaya plasenta previa untuk anak adalah:
§ hipoksia
§ perdarahan atau syok
Penatalaksanaan
1. Penanganan Pasif
Tiap-tiap
perdarahan triwulan ke3 yang lebih dari show (perdarahan inisial),
harus dikirim ke RS tanpa dilakukan manipulasi apapun baik rektal maupun
vaginal.
Apabila
pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum
inpartu, kehamilan <37 bb="" dan="" dapat="" dengan="" dipertahankan="" gr="" istirahat="" kehamilan="" maka="" minggu="" obat-obatan="" observasi="" p="" pemberian="" progestin.="" seperti="" spasmolitika="" teliti.=""> 37>
Klasifikasi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Sambil
mengawasi periksalah golongan darah dan siapkan donor transfusi darah.
Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin
terhindar dari prematuritas.
Harus
diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil dengan tersangka plasenta previa
di rujuk segera ke RS dimana terdapat fasilitas operasi dan donor
transfusi darah.
Bila kekurangan darah berikan transfusi darah dan obat-obatan penambah darah
2. Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
v Jenis plasenta previa
v Perdarahan banyak/sedikit tetapi berulang-ulang
v Keadaan umum ibu hamil
v Keadaan janin hidup, gawat atau meninggal
v Pembukaan jalan lahir
v Paritas atau jumlah anak hidup
Fasilitas penolong dan RS Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas ada 2 pilihan persalinan yaitu:
a. Persalinan pervaginam
1. Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.
Indikasi :
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.
Indikasi :
§ Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah bila ada pembukaan
§ Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih
§ Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin telah meninggal.
2. Memasang Cunam Willet Gausz
cara :
cara :
§ kulit kepala janin diklem dengan cunam willet gauss
§ cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50-100 gr atau satu batu bata seperti katrol.
§ Dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan teliti
3. Versi Braxton-Hicks
Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki, supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau kaki menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban 50-100 gram (1 batu bata)
Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki, supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau kaki menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban 50-100 gram (1 batu bata)
4. Menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton-Hicks atau Willet Gausz
Hal ini sekarang tidak dilakukan lagi karena menyebabkan perdarahan yang banyak.Menembus plasenta dapat dilakukan pada plasenta previa totalis
Hal ini sekarang tidak dilakukan lagi karena menyebabkan perdarahan yang banyak.Menembus plasenta dapat dilakukan pada plasenta previa totalis
5. Metreurynter
Yaitu memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, cara ini tidak dipakai lagi.
Yaitu memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, cara ini tidak dipakai lagi.
b. Persalinan perabdominal dengan SC
Indikasi :
Indikasi :
1. Semua plasenta previa totalis janin hidup atau meninggal
2. Semua plasenta previa lateralis posterior karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
3. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
4. plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang
2.4 Solusio Plasenta
Solusio
plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya
mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku
apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram.
Klasifikasi
- Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
- Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
- Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
1. Ringan
: perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2. Sedang
: Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat
: Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau
keseluruhan.
Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
- Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis
kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh
kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung
berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
- Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
§ Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
§ Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
§ Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
- Faktor paritas ibu
Lebih
banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus
terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara.
- Faktor usia ibu
Dalam
penelitian dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio
plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan
karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
- Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
- Faktor pengunaan kokain
Penggunaan
kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan
katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta
- Faktor kebiasaan merokok
Ibu
yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari.
Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio
plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya
kehamilan.
- Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal
yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang
tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
- Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
Patofisiologi
Solusio
plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis
dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh
darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari
dinding uterus.
Apabila
perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu,
serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung
terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh
kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan
perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi
bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding
uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga
keluar melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong
amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi
uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana
pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan
uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada
kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri
dan juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus
yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai
akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat .
Akibat
kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan
tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga
berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan
sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan
pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat
tubuh lainnya
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas pengelompokannya menurut gejala klinis:
- Solusio plasenta ringan
Solusio
plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak.
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan
sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih
mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena
dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta
ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman.
- Solusio plasenta sedang
Dalam
hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat bagian,
tetapi belum dua per tiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara
mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan
pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah
mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula
janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga
bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi
jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
mungkin telah terjadi, walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada
solusio plasenta berat.
- Solusio plasenta berat
Plasenta
telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaannnya. Terjadi sangat
tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya
telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,
terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada
keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada
pembekuan darah dan kelainan fungsi ginjal.
Komplikasi
a. Syok perdarahan
Pendarahan
antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan
telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum
karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan
pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada
solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat.
b. Gagal ginjal
Gagal
ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena
perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler.
Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis
korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui
dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan
pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi
penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi
hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi
kelainan pembekuan darah.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan
pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil
cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar
fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan
pembekuan darah.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada
solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung
pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Terapi
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
a. Solusio plasenta ringan
Ekspektatif,
bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin
hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan .Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus,
gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah
solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri.
Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan
amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
b. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila
tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan
jika perlu seksio sesaria.Apabila diagnosis solusio plasenta dapat
ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml.
Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang
persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion
juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi
masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan
mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom subkhorionik dan
terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-mana. Persalinan juga dapat
dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang bertujuan untuk
memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah mengalami gangguan.
Tabel perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta
No.
|
Ciri-ciri plasenta previa
|
Ciri-ciri solusio plasenta
|
1.
|
Perdarahan tanpa nyeri
|
Perdarahan dengan nyeri
|
2.
|
Perdarahan berulang
|
Perdarahan tidak berulang
|
3.
|
Warna perdarahan merah segar
|
Warna perdarahan merah coklat
|
4.
|
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
|
Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah
|
5.
|
Timbulnya perlahan-lahan
|
Timbulnya tiba-tiba
|
6.
|
Waktu terjadinya saat hamil
|
Waktu terjadinya saat hamil inpartu
|
7.
|
His biasanya tidak ada
|
His ada
|
8.
|
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
|
Rasa tegang saat palpasi
|
9.
|
Denyut jantung janin ada
|
Denyut jantung janin biasanya tidak ada
|
10.
|
Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
|
Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
|
11.
|
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
|
Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
|
12.
|
Presentasi mungkin abnormal.
|
Tidak berhubungan dengan presentasi
|
2.5 Perdarahan Antepartum Yang Tidak Jelas Sumbernya (Idiopatik)
2.5.1 Ruptur sinus marginalis
Bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas, Ruptur
sinus marginalis Pecahnya pembuluh vena dekat tepi plasenta yang
terbentuk karena penggabungan pinggir ruang intervilli dengan ruang
subcorial. Rupturan sinus marginalis atau sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak. Tidak ada atau sedikit perdarahan kehitaman, Rahim sedikit nyeri /terus agak tegang, tekanan darah frekuensi nadi ibu yang normal, Tidak ada koagulopati dan Tidak ada gawat janin.
2.5.2 Plasenta Letak Rendah
Plasenta
letak rendah (Low-lying placenta, lateralis placenta atau kadang
disebut juga dangerous placenta), posisi plasenta beberapa mm atau cm
dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang
kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
2.5.3 Vasa Previa
Jenis
insersi tali pusat ini sangat penting dari segi praktis karena
pembuluh-pembuluh umbilicus, di selaput ketuban, berpisah jauh dari tepi
plasenta, dan mencapai keliling tepi plasenta dengan hanya di lapisi
oleh satu lipatan amnion. Dalam suatu ulasan tentang kepustakaan yang
mencakup hampir 195.000 kasus, Benirschke dan kaufmann, (2000)
mendapatkan bahwa 1,1% dari pelahiran janin tunggal memeiliki insersio
velamentosa. Keadaan ini terjadi jauh lebih sering pada kehamilan
kembar, dan hampir selalu terjadi pada kembar tiga.Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban.
Etiologi vasa previa belum jelas.
Diagnosis vasa previa :Pada
pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila
sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin
yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila
perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban
pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat
dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah
tepi.
Penatalaksanaan vasa previa :
Sangat
bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas
janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas
paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi.
Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera
namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan
pervaginam.
2.5.4 Plasenta Sirkumvalata
Plasenta Sirkumvalata yaitu Plasenta yang
pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini
menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya
terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua.
Penyebab:
Diduga chorion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan vili menyerbu ke dalam desidua diluar permukaan frondosuin.
- Insiden : 2 – 18 %
- Beberapa ahli mengatakan bahwa plasenta sirkumvalata sering menyebabkan abortus dan solutio plasenta
Bila
cincin putih ini letaknya dekat sekali dengan pinggir plasenta ,
disebut juga Plasenta marginata .Kedua-duanya disebut dengan plasenta
ekstrakorial. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi selaput
sehingga plasenta lahir telanjang.. Tertinggalnya selaput ini sapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Diagnosis
Plasenta
sirkumvalata baru dapat ditegakkan setelah plasenta lahir, tetapi dapat
diduga bila ada perdarahan intermiten atau hidrorea
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan
sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998).
Frekuensi
perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah
Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh
persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan,
dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan
(Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan
ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta,
ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. . Diagnosa secara tepat
sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi
merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan
plasenta previa.
Plasenta
Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters
kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan
janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling
banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya
digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna
uteri (didekat cervix uteri).
Solusio
plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari
dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki
gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.
Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik) seperti: Perdarahan pada plasenta letak rendah,rupture sinus marginalis, vasa previa. plasenta letak rendah posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir, Ruptur
sinus marginalis yaitu bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas, vasa previa yaitu Jenis insersi tali pusat ini sangat penting
dari segi praktis karena pembuluh-pembuluh umbilicus, di selaput
ketuban,
3.2 Saran
melakukan
deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum dan membantu
penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi angka mortalitas.
Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin.
penggunaan Ultrasonography pada plasenta previa sangat akurat dan menunjang diagnosa secara cepat.
Langganan:
Postingan (Atom)