BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000
kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya (Mauldin, 1994).
Langkah
utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah
mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini ada
tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre
eklampsia-eklampsia, dan infeksi.
Perdarahan
sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya
dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap
sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut
keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah
kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat
kemungkinan hidup janin diluar uterus (Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan
sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998).
Frekuensi
perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah
Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh
persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan,
dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan
(Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan
ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta,
ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut
data RSCM jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta
previa. Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu
dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan
penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
Plasenta
Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters
kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan
janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling
banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya
digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna
uteri (didekat cervix uteri).
Di
AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan
mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997
plasenta previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran
hidup. Di Indonesia, RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada
kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Antara tahun 1971-1975 terjadi 37
kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar, atau
kira-kira 1 dari 125 persalinan.
Angka
kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%. Bayi yang
lahir dengan plasenta previa cenderung memiliki berat badan yang rendah
dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko kematian
neonatal juga tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibandingkan
dengan bayi tanpa plasenta previa.
Maternal
tingkat kematian yang sekunder ke plasenta previa kira-kira 0.03%. Bayi
wanita-wanita sudah takdir dengan plasenta previa [tuju/ cenderung]
untuk menimbang kurang dari bayi wanita-wanita sudah takdir tanpa
plasenta previa. Resiko neonatal [dapat mati/angka kematian] adalah yang
lebih tinggi untuk plasenta previa bayi (me)lawan kehamilan tanpa
plasenta previa.
Solusio
plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari
dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki
gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.
Di
AS frekwensi solusio plasenta kira-kira 1%, dan solusio plasenta yang
mengakibatkan kematian didapatkan sebanyak 0.12% dari jumlah kehamilan
(1:830).
Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalai ini adalah :
F Apa yang dimaksud dengan perdarahan antepartum?
F Apa saja Klasifikasi Perdarahan Antepartum?
F Apa yang dimaksud dengan plasenta previa, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya?
F Apa yang dimaksud dengan solusio plasenta, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya?
F Apa saja Perdarahan Antepartum Yang Tidak Jelas Sumbernya (Idiopatik)?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalai ini adalah :
Agar mahasiswa mengetahui apa itu perdarahan antepartum.
Agar mahasiswa mengetahui Klasifikasi Perdarahan Antepartum.
Agar mahasiswa mengetahui plasenta previa, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya.
Agar mahasiswa mengetahui solusio plasenta, bagaimana cara mendiagnosis dan cara penanganannya.
Agar mahasiswa mengetahui Perdarahan Antepartum Yang Tidak Jelas Sumbernya (Idiopatik).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perdarahan Antepartum
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
(Rustam M, 1998: 269). Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih dan sering
disebut atau digolongkan perdarahan trimester ketiga. (Ida Bagus Gde
Manuaba, 1998: 253). Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari
trektus genitalis setelah kehamilan 28 minggu, yang mungkin disebabkan
karena vaginitis, polip serviks, servisitis, varises vagina dan serviks
dan lesi ganas pada vagina atau serviks. (Wagstaff, T. Ian, 1997: 137).
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir
kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa baik
ibu maupun anak. (M Hakimi, 1995: 425)
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan, yaitu
usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada triwulan terakhir kehamilan
sebab-sebab utama perdarahan adalah plasenta previa, solusio plasenta
dan ruptura uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga dapat
ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus atau
varises yang pecah dan oleh kelainan serviks seperti karsinoma, erosi
atau polip.
2.2 Klasifikasi Perdarahan Antepartum
Perdarahan Antepartum dikelompokkan sebagai berikut
§ Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan:
1 Plasenta previa
2 Solusi plasenta
3 Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik) seperti: Perdarahan pada plasenta letak rendah,rupture sinus marginalis, vasa previa dan Plasenta Sirkumvalata
§ Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan:
1 Pecahnya varises vagina
2 Perdarahan polipus servikalis
3 Perdarahan perlukaan serviks
4 Perdarahan karena keganasan serviks
2.3 Plasenta Previa
Plasenta
previa (prae = di depan, vias = jalan) adalah plasenta yang terletak
di depan jalan lahir, implantasinya rendah sekali sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang
normal adalah pada dinding anterior atau dinding posterior fundus uteri.
Plasenta previa cukup sering dijumpai dan pada tiap perdarahan antepartum kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan. Plasenta previa lebih sering terjadi pada multigravida daripada primigravida dan juga pada usia lanjut.
Jenis plasenta previa
Ada 4 jenis plasenta previa :
1 Placenta previa totalis,
bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas
tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena
risiko perdarahan sangat hebat.
2 Placenta previa partialis,
bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada
posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak
dilahirkan melalui per-vaginam.
3 Placenta previa marginalis, bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4 Low-lying placenta
(plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta), posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan
lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa
dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
Diagnosa
ini mulai dipastikan sejak kira-kira umur kehamilan 26-28 minggu,
dimana mulai terbentuk SBR (Segmen Bawah Rahim). Dengan terbentuknya
SBR, leher rahim yang semula masih berbentuk seperti corong (lihat
gambar di pojok kanan atas), akan mulai memipih, untuk nantinya saat
menjelang persalinan mulai membuka.
Dari
perubahan inilah bisa terjadi plasenta "berpindah" atau lebih tepatnya
bergeser secara relatif menjauhi jalan lahir, seolah-olah bergerak ke
atas. Itulah sebabnya, sebelum masuk trimester terakhir, sekitar 28
minggu 7 bulan, dibiarkan saja dulu asal tidak terjadi perdarahan yang
tidak bisa dikendalikan. Diharapkan nanti setelah 7 bulan, beruntung bisa "pindah" ke atas seperti penjelasan sebelumnya.
Tentu
saja, penilaian paling optimal dan menentukan adalah saat mendekati
persalinan, untuk memastikan benar-benar dimana posisi plasenta. Itulah
mengapa, keputusan cara persalinan bisa berubah di menit-menit terakhir.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya
pembukaan. Misalnya plasenta previa margunalis pada pembukaan 2 cm dapat
menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Atau plasenta
previa totalis pada pembukaan 3 cm dapat menjadi plasenta perevia
lateralis pada pembukaan 6 cm. Oleh karena itu, penentuan macamnya
plasenta previa harus disertai dengan keterangan mengenai besarnya
pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Untuk mengetahui jenis plasenta previa dapat dilakukan pemeriksaan USG.
Etiologi
Plasenta previa mungkin terjadi bila keadaan endometrium kurang baik, misalnya seperti yang terdapat pada:
Ò multipara/multigravida, terutama bila jarak antarkehamilan pendek
Ò myoma uteri
Ò kuretase berulang
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta
harus tumbuh lebih luas untuk mencukupi kebutuhan janin sehingga
mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Plasenta previa mungkin
juga disebabkan oleh implantasi telur yang rendah.
Faktor Risiko Plasenta-Previa
1 Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko.
2 Multiparitas,
apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha
mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.
3 Kehamilan kembar.
4 Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.
5 Adanya
jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa
jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah
berturut-turut menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3%
setelah 3 kali dan 10% setelah 4 kali atau lebih.
6 Adanya
endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya,
misalnya di indung telur) setelah kehamilan sebelumnya.
7 Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
8 Adanya trauma selama kehamilan.
9 Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.
Gejala
1 Gejala yang utama adalah perdarahan tanpa nyeri. Biasanya perdarahan baru timbul setelah bulan ke-7. Hal ini disebabkan oleh:
v perdarahan sebelum bulan ke-7 memberi gambaran yang sama dengan abortus
v perdarahan pada plasenta previa disebabkan oleh pergerakan antara plasenta dengan dinding uterus
Setelah
bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding uterus karena isi uterus lebih
cepat tumbuhnya dari uterus itu sendiri. Akibatnya adalah istmus uteri
tertarik menjadi dinding kavum uteri (segmen bawah rahim/SBR). Pada plasenta previa, hal ini tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding uterus. Saat perdarahan tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi
dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan. Tapi
pada persalinan his pembukaan sudah tentu menimbulkan perdarahan karena
plasenta akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa
bersifat terlepas dari dasarnya.Perdarahan pada plasenta previa bersifat
berulang-ulang. Setelah yang lebih besar terbuka.
2 Bagian
terendah janin tinggi. Plasenta terletak pada kutub bawah uterus
sehingga bagian terendah janin tidak dapat masuk pintu atas panggul.
3 Sering terdapat kelainan letak
4 ada pemeriksaan inspekulo darah berasal dari ostium uteri eksternum.
Bila
seorang wanita hamil mengalami perdarahan pada triwulan terakhir
kehamilan, maka plasenta previa atau solusio plasenta harus diduga. Kewajiban
dokter atau bidan untuk mengirim pasien ke rumah sakit tanpa lebih
dahulu melakukan pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon. Kedua
tindakan ini hanya menambah perdarahan dan kemungkinan infeksi. Lagipula
perdarahan pertama pada plasenta previa jarang menimbulkan kematian.
Di
rumah sakit dilakukan pemeriksaan inspekulo terlebih dahulu untuk
mengenyampingkan kemungkinan varises yang pecah dan kelainan serviks.
Pada plasenta previa darah keluar dari ostium uteri eksternum. Sebelum
tersedia darah dan kamar operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan
dalam karena dapat memperhebat perdarahan. Sementara boleh dilakukan
pemerikasaan fornises dengan hati-hati. Jika tulang kepala dan
sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah, maka kemungkinan plasenta
previa kecil. Sebaliknya jika antara jari-jari kita dan kepala teraba
bantalan (yaitu plasenta), maka kemungkinan plasenta previa besar.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada
presentasi bokong bagian depannya lunak sehingga sukar membedakannya
dengan jaringan lunak.
Diagnosa
pasti dibuat dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi dan bila sudah
ada pembukaan. Pemeriksan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak
menimbulkan perdarahan akibat perabaan.
Penyulit
Pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan postpartum karena:
§ kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta akreta).
§ daerah perlekatan luas
§ daya kontraksi segmen bawah rahim kurang
Kemungkinan infeksi nifas lebih besar karena luka luka plasenta lebih dekat dengan ostium dan ini merupakan port d’entree yang mudah tercapai. Lagipula pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahan tubuhnya turun.
Bahaya plasenta previa untuk ibu adalah:
* perdarahan hebat
* infeksi – sepsis
* emboli udara (jarang)
Bahaya plasenta previa untuk anak adalah:
§ hipoksia
§ perdarahan atau syok
Penatalaksanaan
1. Penanganan Pasif
Tiap-tiap
perdarahan triwulan ke3 yang lebih dari show (perdarahan inisial),
harus dikirim ke RS tanpa dilakukan manipulasi apapun baik rektal maupun
vaginal.
Apabila
pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum
inpartu, kehamilan <37 bb="" dan="" dapat="" dengan="" dipertahankan="" gr="" istirahat="" kehamilan="" maka="" minggu="" obat-obatan="" observasi="" p="" pemberian="" progestin.="" seperti="" spasmolitika="" teliti.=""> 37>
Klasifikasi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Sambil
mengawasi periksalah golongan darah dan siapkan donor transfusi darah.
Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin
terhindar dari prematuritas.
Harus
diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil dengan tersangka plasenta previa
di rujuk segera ke RS dimana terdapat fasilitas operasi dan donor
transfusi darah.
Bila kekurangan darah berikan transfusi darah dan obat-obatan penambah darah
2. Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
v Jenis plasenta previa
v Perdarahan banyak/sedikit tetapi berulang-ulang
v Keadaan umum ibu hamil
v Keadaan janin hidup, gawat atau meninggal
v Pembukaan jalan lahir
v Paritas atau jumlah anak hidup
Fasilitas penolong dan RS Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas ada 2 pilihan persalinan yaitu:
a. Persalinan pervaginam
1. Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.
Indikasi :
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.
Indikasi :
§ Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah bila ada pembukaan
§ Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih
§ Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin telah meninggal.
2. Memasang Cunam Willet Gausz
cara :
cara :
§ kulit kepala janin diklem dengan cunam willet gauss
§ cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50-100 gr atau satu batu bata seperti katrol.
§ Dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan teliti
3. Versi Braxton-Hicks
Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki, supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau kaki menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban 50-100 gram (1 batu bata)
Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki, supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau kaki menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban 50-100 gram (1 batu bata)
4. Menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton-Hicks atau Willet Gausz
Hal ini sekarang tidak dilakukan lagi karena menyebabkan perdarahan yang banyak.Menembus plasenta dapat dilakukan pada plasenta previa totalis
Hal ini sekarang tidak dilakukan lagi karena menyebabkan perdarahan yang banyak.Menembus plasenta dapat dilakukan pada plasenta previa totalis
5. Metreurynter
Yaitu memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, cara ini tidak dipakai lagi.
Yaitu memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, cara ini tidak dipakai lagi.
b. Persalinan perabdominal dengan SC
Indikasi :
Indikasi :
1. Semua plasenta previa totalis janin hidup atau meninggal
2. Semua plasenta previa lateralis posterior karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
3. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
4. plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang
2.4 Solusio Plasenta
Solusio
plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya
mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku
apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram.
Klasifikasi
- Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
- Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
- Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
1. Ringan
: perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2. Sedang
: Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat
: Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau
keseluruhan.
Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
- Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis
kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh
kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung
berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
- Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
§ Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
§ Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
§ Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
- Faktor paritas ibu
Lebih
banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus
terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara.
- Faktor usia ibu
Dalam
penelitian dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio
plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan
karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
- Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
- Faktor pengunaan kokain
Penggunaan
kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan
katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta
- Faktor kebiasaan merokok
Ibu
yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari.
Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio
plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya
kehamilan.
- Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal
yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang
tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
- Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
Patofisiologi
Solusio
plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis
dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh
darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari
dinding uterus.
Apabila
perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu,
serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung
terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh
kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan
perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi
bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding
uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga
keluar melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong
amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi
uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana
pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan
uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada
kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri
dan juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus
yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai
akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat .
Akibat
kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan
tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga
berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan
sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan
pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat
tubuh lainnya
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas pengelompokannya menurut gejala klinis:
- Solusio plasenta ringan
Solusio
plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak.
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan
sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih
mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena
dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta
ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman.
- Solusio plasenta sedang
Dalam
hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat bagian,
tetapi belum dua per tiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara
mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan
pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah
mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula
janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga
bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi
jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
mungkin telah terjadi, walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada
solusio plasenta berat.
- Solusio plasenta berat
Plasenta
telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaannnya. Terjadi sangat
tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya
telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,
terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada
keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada
pembekuan darah dan kelainan fungsi ginjal.
Komplikasi
a. Syok perdarahan
Pendarahan
antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan
telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum
karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan
pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada
solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat.
b. Gagal ginjal
Gagal
ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena
perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler.
Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis
korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui
dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan
pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi
penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi
hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi
kelainan pembekuan darah.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan
pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil
cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar
fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan
pembekuan darah.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada
solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung
pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Terapi
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
a. Solusio plasenta ringan
Ekspektatif,
bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin
hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan .Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus,
gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah
solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri.
Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan
amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
b. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila
tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan
jika perlu seksio sesaria.Apabila diagnosis solusio plasenta dapat
ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml.
Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang
persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion
juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi
masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan
mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom subkhorionik dan
terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-mana. Persalinan juga dapat
dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang bertujuan untuk
memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah mengalami gangguan.
Tabel perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta
No.
|
Ciri-ciri plasenta previa
|
Ciri-ciri solusio plasenta
|
1.
|
Perdarahan tanpa nyeri
|
Perdarahan dengan nyeri
|
2.
|
Perdarahan berulang
|
Perdarahan tidak berulang
|
3.
|
Warna perdarahan merah segar
|
Warna perdarahan merah coklat
|
4.
|
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
|
Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah
|
5.
|
Timbulnya perlahan-lahan
|
Timbulnya tiba-tiba
|
6.
|
Waktu terjadinya saat hamil
|
Waktu terjadinya saat hamil inpartu
|
7.
|
His biasanya tidak ada
|
His ada
|
8.
|
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
|
Rasa tegang saat palpasi
|
9.
|
Denyut jantung janin ada
|
Denyut jantung janin biasanya tidak ada
|
10.
|
Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
|
Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
|
11.
|
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
|
Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
|
12.
|
Presentasi mungkin abnormal.
|
Tidak berhubungan dengan presentasi
|
2.5 Perdarahan Antepartum Yang Tidak Jelas Sumbernya (Idiopatik)
2.5.1 Ruptur sinus marginalis
Bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas, Ruptur
sinus marginalis Pecahnya pembuluh vena dekat tepi plasenta yang
terbentuk karena penggabungan pinggir ruang intervilli dengan ruang
subcorial. Rupturan sinus marginalis atau sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak. Tidak ada atau sedikit perdarahan kehitaman, Rahim sedikit nyeri /terus agak tegang, tekanan darah frekuensi nadi ibu yang normal, Tidak ada koagulopati dan Tidak ada gawat janin.
2.5.2 Plasenta Letak Rendah
Plasenta
letak rendah (Low-lying placenta, lateralis placenta atau kadang
disebut juga dangerous placenta), posisi plasenta beberapa mm atau cm
dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang
kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
2.5.3 Vasa Previa
Jenis
insersi tali pusat ini sangat penting dari segi praktis karena
pembuluh-pembuluh umbilicus, di selaput ketuban, berpisah jauh dari tepi
plasenta, dan mencapai keliling tepi plasenta dengan hanya di lapisi
oleh satu lipatan amnion. Dalam suatu ulasan tentang kepustakaan yang
mencakup hampir 195.000 kasus, Benirschke dan kaufmann, (2000)
mendapatkan bahwa 1,1% dari pelahiran janin tunggal memeiliki insersio
velamentosa. Keadaan ini terjadi jauh lebih sering pada kehamilan
kembar, dan hampir selalu terjadi pada kembar tiga.Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban.
Etiologi vasa previa belum jelas.
Diagnosis vasa previa :Pada
pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila
sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin
yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila
perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban
pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat
dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah
tepi.
Penatalaksanaan vasa previa :
Sangat
bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas
janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas
paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi.
Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera
namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan
pervaginam.
2.5.4 Plasenta Sirkumvalata
Plasenta Sirkumvalata yaitu Plasenta yang
pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini
menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya
terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua.
Penyebab:
Diduga chorion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan vili menyerbu ke dalam desidua diluar permukaan frondosuin.
- Insiden : 2 – 18 %
- Beberapa ahli mengatakan bahwa plasenta sirkumvalata sering menyebabkan abortus dan solutio plasenta
Bila
cincin putih ini letaknya dekat sekali dengan pinggir plasenta ,
disebut juga Plasenta marginata .Kedua-duanya disebut dengan plasenta
ekstrakorial. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi selaput
sehingga plasenta lahir telanjang.. Tertinggalnya selaput ini sapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Diagnosis
Plasenta
sirkumvalata baru dapat ditegakkan setelah plasenta lahir, tetapi dapat
diduga bila ada perdarahan intermiten atau hidrorea
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan
sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998).
Frekuensi
perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah
Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh
persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan,
dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan
(Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan
ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta,
ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. . Diagnosa secara tepat
sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi
merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan
plasenta previa.
Plasenta
Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters
kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan
janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling
banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya
digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna
uteri (didekat cervix uteri).
Solusio
plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari
dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki
gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.
Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik) seperti: Perdarahan pada plasenta letak rendah,rupture sinus marginalis, vasa previa. plasenta letak rendah posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir, Ruptur
sinus marginalis yaitu bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas, vasa previa yaitu Jenis insersi tali pusat ini sangat penting
dari segi praktis karena pembuluh-pembuluh umbilicus, di selaput
ketuban,
3.2 Saran
melakukan
deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum dan membantu
penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi angka mortalitas.
Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin.
penggunaan Ultrasonography pada plasenta previa sangat akurat dan menunjang diagnosa secara cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar