BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal
ginjal atau Acute renal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan
cepat/tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini
biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau
azotemia (peningkatan konsentrasi BUN [Blood Urea Nitrogen] . Akan
tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal terjadi, tingkat
konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan adanya
kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin.
Gagal ginjal Adalah
penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat
sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif
disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag.
Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )
B. Rumusan masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana
gambaran klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan penyakit pasien
yang menderita penyakit Gagal Ginjal Akut
C. Tujuan penulisan
Tujuan
penulisan laporan kasus ini adalah agar mahasiswa khususnya saya
sendiri dapat mempelajari dan mengetahui definisi, manifestasi klinis,
etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, pengobatan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.
Selain itu penulisan laporan kasus ini juga bertujuan untuk memenuhi
tugas praktek keperawatan dewasa I.
D. Manfaat penulisan
1. Meningkatkan
pemahaman kepada mahasiswa dan saya sendiri mengenai definisi,
etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada penyakit Gagal Ginjal Akut
2. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa khususnya saya sendiri tentang penyakit
Gagal Ginjal Akut dan gejala-gejalanya di sertai tindakan yang harus
diambil untuk pencegahannya sebagai langkah awal dalam mengantisipasi
penyakit Gagal Ginjal Akut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gagal
Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat
hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan metabolit
persenyawaan nitrogen seperti ureum dan kreatinin, serta gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang seharusnya dikeluarkan oleh
ginjal. Kriteria diagnosis GGA yaitu terjadinya peningkatan kadar
kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dL per hari. Peningkatan kadar
ureum darah adalah sekitar 10-20 mg/dL per hari, kecuali bila terjadi
keadaan hiperkatabolisme dapat mencapai 100 mg/dL per hari.
Manifestasi
klinik GGA dapat bersifat: oligurik dan non oligurik. Definisi oliguria
adalah < 240 ml/m /hari. Pada neonatus dipakai kriteria < 1,0
ml/kgBB/jam. Pada GGA non oligurik ditemukan diuresis 1-2 ml/kgBB/jam
disertai peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah. Keadaan ini sering
dijumpai pada GGA akibat pemakaian obat nefrotoksik, antara lain
aminoglikosida.
B. Manifestasi klinik
Gejala
klinis yang berhubungan dengan GGA adalah: pucat (anemia), oliguria,
edema, hipertensi, muntah, letargi, dan pernapasan Kussmaul karena
terjadi asidosis metabolik. Pada kasus yang datang terlambat gejala
komplikasi GGA ditemukan lebih
menonjol yaitu gejala kelebihan (overload) cairan berupa sesak napas
akibat gagal jantung kongestif dan edema paru, aritmia jantung akibat
hiperkalemia, perdarahan gastrointestinal berupa hematemesis dengan atau
tanpa melena akibat gastritis, kejang-kejang dan kesadaran menurun
sampai koma. GGA dapat bersifat non-oligurik, yang sukar dideteksi pada
saat awal kalau tidak dilakukan pemeriksaan ureum dan kreatinin darah
pada pasien yang dicurigai misalnya pada pasien yang mendapat obat
nefrotoksik
C. Etiologi
1. GGA prarenal
a. Hipovolemia
a) Pendarahan
b) Kehilangan cairan melalui GIT seperti muntah dan diare
b. Penurunan volume vaskular efektif
a) Sepsis akibat vasodilatasi
b) Luka bakar, trauma akibat pengumpulan cairan di ruang ketiga –
c) Sindrom nefrotik akibat hipoalbuminemia dan edema yang hebat.
c. Penurunan cardiac output
a) Gagal jantung
b) Kardiomiopati
c) Pasca bedah jantung
2. GGA renal / intrinsik
a. Kelainan vaskular intrarenal
a) Sindrom hemolitik uremik (trias anemia hemolitik mikroangiopati, trombositopenia, gagal ginjal akut)
b) Trombosis arteri/vena renalis
c) Vaskulitis
misalnya pada poliarteritis nodosa, purpura Schonlein Henoch Pupura
Henoch Schonlein adalah vaskulitis sistemik pembuluh darah kecil akibat
reaksi imunologis, yang secara primer menyerang kulit, saluran cerna,
sendi, & ginjal. b.
b. Glomerulonefritis
a) Pasca streptokokus
b) GN kresentik: idiopatik dan sindrom Goodpasture.
c. Nefritis interstisial
a) Obat
b) Infeksi
c) Pielonefritis
d. Kerusakan tubulus
a) Nekrosis tubular akut
- Tipe iskemik: GGA prarenal yang berlangsung lama
- Tipe nefrotoksik: obat aminoglikosida, hemoglobinuria, mioglobinuria
e. Anomali Kongenital ginjal
a) Agenesis ginjal
b) Ginjal polikistik
c) Ginjal hipoplastik - displastik
3. GGA pascarenal (uropati obstruktif)
a. Kelainan kongenital
a) Katup uretra posterior
b) Obstruksi ureter bilateral pada hubungan ureterovesika
b. Didapat
a) Batu atau bekuan darah bilateral
b) Kristal asam jengkol
c) Asam urat
c. Tumor
D. Patofisiologi
1. GGA prarenal
Oleh
karena berbagai sebab prarenal, volume sirkulasi darah total atau
efektif menurun, curah jantung menurun, dengan akibat aliran darah ke
korteks ginjal menurun dan laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun.
Tetapi fungsi reabsorbsi tubulus terhadap air dan garam terus
berlangsung. Oleh karena itu pada GGA prarenal ditemukan hasil
pemeriksaan osmolalitas urin yang tinggi >300 mOsm/kg dan konsentrasi
natrium urin yang rendah <20 a="" berfungsi="" bila="" daya="" ditemukan="" ekskresi="" fraksi="" kadar="" kg="" lagi.="" maka="" mmol="" mosm="" natrium="" nekrosis="" osmolalitas="" reabsorbsi="" renal="" rendah="" sebaliknya="" sedangkan="" serta="" telah="" terjadi="" tidak="" tinggi="" tubulus="" urin="" yang="">20 mmol/L dan FENa urin juga tinggi
(>1%). Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membedakan apakah pasien
GGA prarenal yang terjadi sudah menjadi GGA renal. GGA renal terjadi
apabila hipoperfusi prarenal tidak cepat ditanggulangi sehingga terjadi
kerusakan parenkim ginjal. Pembedaan ini penting karena GGA prarenal
memberi respons diuresis pada pemberian cairan adekuat dengan atau tanpa
diuretika, sedangkan pada GGA renal tidak. 20>
Beberapa
mekanisme terjadi pada hipoperfusi. Peningkatan pelepasan renin dari
aparatus jukstaglomerularis menyebabkan peningkatan produksi aldosteron,
di mana terjadi peningkatan resorbsi natrium di tubulus kolektivus.
Sebagai tambahan, penurunan volume cairan ekstraseluler menstimulasi
pelepasan hormon antidiuretik (ADH), terjadilah peningkatan absorbsi air
di medulla. Hasil akhirnya adalah penurunan volume urin, penurunan
kadar natrium urin, yang semuanya adalah karakteristik dari GGA
prarenal. Penyebab tersering GGA prarenal pada anak adalah dehidrasi
berat karena muntah dan diare, perdarahan, luka bakar, syok septik,
sindrom nefrotik, pembedahan jantung, dan gagal jantung.
2. GGA renal
Berdasarkan
etiologi penyakit, penyebab GGA renal dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok: kelainan vaskular, glomerulus, tubulus, interstisial, dan
anomali kongenital. Tubulus ginjal yang merupakan tempat utama
penggunaan energi pada ginjal, mudah mengalami kerusakan bila terjadi
iskemia atau oleh obat nefrotoksik oleh karena itu kelainan tubulus
berupa nekrosis tubular akut adalah penyebab tersering dari GGA renal.
Kelainan Tubulus ( Nekrosis Tubular Akut / NTA)
NTA
mengacu pada temuan histologik yang sering terdapat pada GGA. Bentuk
nekrosis tubulus ada 2 tipe. Tipe pertama terjadi akibat zat nefrotoksik
misalnya merkuriklorida; terjadi kerusakan sel-sel tubulus yang luas
(tubulolisis) tetapi membran basal tubulus tetap utuh. Sel-sel tubulus
yang mengalami nekrosis masuk ke lumen tubulus dan dapat menyumbat
lumen. Tipe kedua akibat iskemia, kerusakan terjadi lebih distal dan
setempat dengan kerusakan fokal pada membran basal tubulus
(tubuloreksis). NTA tipe iskemik ditemukan akibat gastroenteritis
dehidrasi, sindrom nefrotik, luka bakar, septisemia gram negatif dan
asfiksia perinatal, sedangkan tipe nefrotoksik ditemukan akibat karbon
tetraklorida, hemoglobin, atau mioglobinuria, obat aminoglikosida.
Mekanisme
terjadinya gagal ginjal pada NTA masih belum jelas. Beberapa mekanisme
yang dianggap berperan adalah perubahan hemodinamik intrarenal,
obstruksi tubulus oleh sel dan jaringan yang rusak dan perembesan pasif
filtrat tubulus melalui dinding tubulus yang rusak masuk ke jaringan
interstisial dan peritubular. Pada GGA aliran darah ginjal menurun
40-50%, daerah korteks lebih terkena daripada medula. Beberapa mediator
diduga berperan sebagai penyebab vasokonstriksi ginjal yaitu angiotensin
II, menurunnya vasodilator prostaglandin, stimulasi saraf simpatis,
vasopresin, dan endotelin.
Kelainan Vaskular
Kelainan
vaskular sebagai penyebab GGA dapat berupa trombosis atau vaskulitis.
Trombosis arteri atau vena renalis dapat terjadi: pada neonatus yang
mengalami kateterisasi arteri umbilikalis, diabetes melitus maternal,
asfiksia dan kelainan jantung bawaan sianotik. Pada anak besar kelainan
vaskular yang menyebabkan GGA ditemukan pada pasien Sindrom Hemolitik
Uremik (SHU). SHU adalah penyebab GGA intrinsik tersering yang
dikarenakan kerusakan kapiler glomerulus; paling sering menyertai suatu
episode gastroenteritis yang disebabkan oleh strain enteropatogen
Escherichia coli
(0157:H7).
Organisme ini menyebarkan toksin yang disebut verotoksin yang tampaknya
diabsorbsi dari usus dan memulai kerusakan sel endotel. Pada SHU
terjadi kerusakan sel endotel glomerulus yang mengakibatkan terjadinya
deposisi trombus trombosit-fibrin. Selanjutnya terjadi konsumsi
trombosit, kerusakan sel darah merah eritrosit yang melalui
jaring-jaring fibrin dan obliterasi kapiler glomerulus, kelainan ini
disebut mikroangiopati. Kelainan vaskular yang lain yang dapat terjadi
adalah vaskulitis. Penurunan LFG disebabkan oleh penurunan aliran darah
ginjal karena terjadi peningkatan resistensi akibat kerusakan pembuluh
darah dan penurunan permukaan filtrasi.
Kelainan Glomerulus
GGA karena kelainan glomerulus dapat ditemukan pada:
a. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokok (GNAPS)
b. Glomerulonefritis membranoproliferatif tipe 2 (dense deposit)
c. Glomerulonefritis kresentik idiopatik
d. Sindrom Goodpasture
Pada
GNAPS terjadi pada <1 dan="" disebabkan="" endotel="" glomerulus="" kapiler-kapiler="" kapiler="" karena="" menyempitnya="" mesangial="" oleh="" pasien="" proliferasi="" sel="" sendiri.="" span="" style="mso-spacerun: yes;" terhimpit=""> 1>
Kelainan interstisial
Ditemukan pada:
a. Nefritis interstisial akut misalnya pada pasien artritis rheumatoid juvenil atau pemakaian obat-obatan
b. Pielonefritis akut. Lebih sering ditemukan pada neonatus dan sering disertai sepsis.
Anomali kongenital
Anomali kongenital yang dapat menyebabkan GGA ialah:
a. Agenesis ginjal bilateral
b. Ginjal hipoplastik
c. Ginjal polikistik infantil Terjadinya GGA karena jumlah populasi nefron sedikit atau tidak ada sama sekali.
3. GGA pascarenal
Obstruksi
aliran urin dapat bersifat kongenital atau didapat. Istilah obstruksi
pascarenal adalah obstruksi yang terjadi distal dari nefron. GGA
pascarenal terjadi ketika obstruksi melibatkan kedua ginjal atau satu
ginjal pada orang dengan satu ginjal. Kelainan kongenital yang paling
sering menyebabkan GGA pascarenal adalah katup uretra posterior. Di
Indonesia GGA pascarenal didapat biasanya adalah akibat dari
kristal-kristal jengkol (intoksikasi jengkol). Mirip dengan GGA
prarenal, kerusakan parenkim ginjal dapat minimal, dan tergantung dari
lamanya obstruksi berlangsung serta sifat kepenuhan obstruksi. GGA
pascarenal biasanya reversibel apabila dikenali dan dikoreksi secara
dini.
Adaptasi
fungsional ginjal terhadap obstruksi terjadi sejalan dengan waktu. Pada
stadium awal, aliran darah ginjal biasanya meningkat walaupun LFG dan
volume urin menurun. Osmolalitas urin dapat tinggi dengan konsentrasi
natrium urin yang rendah seperti yang terlihat pada GGA prarenal.
Stadium ini berlangsung cepat dan sering tidak dikenali. Stadium akhir
ditandai dengan penurunan aliran darah ke ginjal dan disfungsi tubular
sehingga menghasilkan urin yang encer dengan peningkatan konsentrasi
natrium. Hilangnya obstruksi pada fase awal GGA dapat mengakibatkan
diuresis yang berlebihan, di sini berperan faktor intrinsik dalam ginjal
dan juga akibat penumpukan cairan pada saat oligo/anuria. Makin lama
obstruksi, makin sedikit kemungkinan LFG untuk pulih kembali. Obstruksi
kurang dari 7 hari sangat mungkin dapat mengalami perbaikan LFG secara
penuh, tetapi lebih lama kemungkinan ini bertambah sedikit. Bukti yang
ada saat ini menunjukkan bahwa obstruksi jangka pendek (72 jam) ternyata
sudah menimbulkan kerusakan permanen pada nefron, dan pulihnya LFG
kembali normal adalah akibat dari hiperfiltrasi nefron yang masih sehat.
Tergantung pada derajat dan durasi obstruksi, pengeluaran urin dapat
bervariasi dari tidak sama sekali sampai beberapa liter per hari. Tetapi
pengeluaran urin saja tidak dapat dipakai untuk membedakan GGA
pascarenal dari GGA prarenal dan GGA renal/intrinsik.
4. GGA pada Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Salah
satu yang harus dicari dan disingkirkan dalam menghadapi pasien GGA
adalah apakah pasien tidak menderita GGA pada GGK atau bahkan suatu
gagal ginjal terminal. GGA pada GGK terjadi apabila pasien GGK mengalami
diare akut dengan dehidrasi, infeksi saluran kemih, obstruksi saluran
kemih. Untuk mencari kedua kemungkinan tersebut maka perlu ditanyakan
riwayat dan gejala penyakit gagal ginjal kronik sebelumnya, antara lain:
a. Apakah ada riwayat atau gejala penyakit ginjal sebelumnya seperti hematuria, bengkak, sering sakit kencing, dll.
b. Apakah
ada keluarga yang menderita penyakit ginjal yang membuat kita berpikir
ke arah nefropati herediter misalnya; Sindrom Alport, ginjal polikistik,
dll.
c. Adanya hambatan pertumbuhan.
d. Bila pasien hipertensi, apakah ada tanda-tanda retinopati hipertensif kronik.
e. Adanya
anemia berat juga merupakan tanda dari GGK, akan tetapi penilaian harus
hati-hati, karena prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi, dan
adanya hemodilusi pada pasien GGA yang mendapat pemberian cairan
berlebih sebelumnya.
f. Bila perlu dilakukan bone survey untuk menemukan tanda osteodistrofi ginjal.
g. Pemeriksaan radiologi ginjal (USG, foto polos abdomen) untuk melihat pengerutan kedua ginjal dan hidronefrosis bilateral lanjut.
E. Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi dari gagal ginjal akut di antaranya gagal ginjal
kronik, infeksi, dan sindrom uremia. Untuk gagal ginjal kronik, terapi
sesuai tatalaksana GGK pada umumnya, bila sudah parah dilakukan dialisis
dan transplantasi ginjal. Komplikasi infeksi sering merupakan penyabab
kematian pada GGA, dan harus segera diberantas dengan antibiotika yang
adekuat. Bila LFG menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati
nol, maka pasien akan menderita sindrom uremik, yaitu suatu kompleks
gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolit
nitrogen karena gagal ginjal. Sindrom uremia ditangani secara
simtomatik.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
2. Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
3. Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
4. Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
5. Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
6. Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
7. Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
8. Berat
jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh :
glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk
memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
9. PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
10. Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
11. Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
12. Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
13. Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
14. SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
15. Protein
: protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat
rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial.
Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
16. Warna
tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan
selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal
terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
Darah :
1. Hb. : menurun pada adanya anemia.
2. Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3. PH
: Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir
metabolism.
4. BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5. Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6. Kalium
: meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan
selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah
merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9. Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10. Protein
: penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan
sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
11. CT.Scan
12. MRI
13. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
G. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan
keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan
dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses,
drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk
terapi penggantian cairan.
2. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
Glukosa,
insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat
sementara untuk menangani heperkalemia) Natrium polistriren sulfonat
(kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan
tindakan jangka panjang lain) Pembatasan diit kalium Dialisis
3. Menurunkan laju metabolisme
a. Tirah baring
b. Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
4. Pertimbangan nutrisional
a. Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
b. Tinggi karbohidrat
c. Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi, maksimal 2 gram/hari
d. Bila perlu nutrisi parenteral
5. Merawat kulit
a. Masase area tonjolan tulang
b. Alih baring dengan sering
c. Mandi dengan air dingin
6. Koreksi asidosis
a. Memantau gas darah arteri
b. Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
c. Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk mengurangi keasaman
7. Dialisis
Dialisis
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan
perdarahan, dan membantu penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan dialisis :
a. Volume overload
b. Kalium > 6 mEq/L
c. Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
d. BUN > 120 mg/dl
e. Perubahan mental signifikan
H. Diagnosa keperawatan
1. kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme protein
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet, anemia.
4. Resiko infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang mengingat.
I. Noc & Nic
1. kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
Noc
|
Nic
|
v Electrolit and acid base balance
v Fluid balance
v Hydration
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan pasien Kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:
· Terbebas dari edema, efusi, anaskara
· Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
· Terbebas dari distensi vena jugularis,
· Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN
· Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung
skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
|
Fluid balance management :
· Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
· Pasang urin kateter jika diperlukan
· Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
· Monitor vital sign
· Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
· Kaji lokasi dan luas edema
· Monitor masukan makanan / cairan
· Monitor status nutrisi
· Berikan diuretik sesuai interuksi
· Kolaborasi pemberian obat:
....................................
· Monitor berat badan
· Monitor elektrolit
· Monitor tanda dan gejala dari odema
|
2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme protein.
Noc
|
Nic
|
a. Nutritional status: Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : food and Fluid Intake
c. Weight Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan pasien penyakit ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kreteria hasil:
v Albumin serum dalam rentang normal
v Pre albumin serum dalam rentang normal
v Hematokrit dalam rentang normal
v Hemoglobin dalam rentang normal
v Total iron binding capacity dalam rentang normal
v Jumlah limfosit dalam rentang normal
skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
|
Nutritional management :
§ Kaji adanya alergi makanan
§ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
§ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
§ Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
§ Monitor lingkungan selama makan
§ Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
§ Monitor mual dan muntah
§ Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor intake nuntrisi
§ Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
§ Kolaborasi
dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
§ Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
§ Kelola pemberan anti emetik:.....
§ Anjurkan banyak minum
§ Pertahankan terapi IV line
§ Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval.
|
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet, anemia.\
Noc
|
Nic
|
v Activity Tollerance
v Energy Conservation
v Nutritional Status: Energy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan penyakit pasien kelelahan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
v Kemampuan aktivitas adekuat
v Mempertahankan nutrisi adekuat
v Keseimbangan aktivitas dan istirahat
v Menggunakan tehnik energi konservasi
v Mempertahankan interaksi sosial
v Mengidentifikasi faktor-faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan kelelahan
v Mempertahankan kemampuan untuk konsentrasi
skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
|
Energy Management :
§ Monitor
respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
dispneu, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik dan jumlah respirasi)
§ Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien
§ Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan aktivitas
§ Monitor intake nutrisi
§ Monitor pemberian dan efek samping obat depresi
§ Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan
§ Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan
§ Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit
§ Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan intake makanan tinggi energi
§ Dorong pasien dan keluarga mengekspresikan perasaannya
§ Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan
§ Anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca, mendengarkan musik)
§ Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas
§ Batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi
|
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang mengingat.
Noc
|
Nic
|
v Kowlwdge : disease process
v Kowledge : health Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dengan penyakit kurang pengetahuan diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
v Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
v Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
v Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
|
Health behavior management :
· Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
· Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
· Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
· Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
· Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
· Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
· Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
· Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
· Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
· Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal
ginjal akut ( GGA ) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang
ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR)
dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi
air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis
akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai
dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia.
Peningkatan
kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya
cimetidin dan trimehoprim) yang menghambat sekresi tubular ginjal.
Peningkatan tingkat BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan
ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan,
penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan
pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena
kerusakan ginjal atau tidak
B. Saran
Berikan
penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk
mencegah terjangkitnya penyakit gagal ginjal dan mempercepat
penyembuhan. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Daftar pustaka
Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M., 2001., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi Bahasa Indonesia., Jakarta., EGC
Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta
Ilmu
Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
Guyton.A.C, 1996.Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier saunders
Rusdidjas,
Ramayati R, 2002. Infeksi saluran kemih. In Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Pardede SO. Buku ajar Nefrologi Anak. 2 nd .Ed. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 142-163
Lambert
H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb
NJ.A, Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3 rd ED.
Great Britain: Oxford Universsity Press., 197-22
Alhamdulillah yaa Allah...
BalasHapussetelah berjuang , br doa di sertain br ikhtiar dengan pengobatan ikhwan 9779 yang ada di aceh selama 6 bulan akhir nya suami saya sembuh dari gagal ginjal akut ny dan ini sudah jalan 4 bulan tidak cuci darah semenjak di bilang dokter ginjal sudah normal kembali.
TRIMAKASIH YAA ALLAH ENGKAU TELAH MENJABAH DOA KAMI....
Jadi buat para penderita gagal ginjal saya saran kan untuk datang langsung berobat dengan pengobatan ikhwan 9779 yang alamat nya di aceh, kalau jauh bisa konsultasi dan pesan obat nya saja seperti yang kami jalani selama 6 bulan brobat dengan beliau.
Ini nomor WA nya bagi yang mau brobat.
0822-9423-8289 ( PENGOBATAN IKHWAN 9779 )