BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat kanker terutama di Negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker serviks baru sebanyak 500.000 orang diseluruh dunia dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang. Kanker serviks mempunyai insidens yang tertinggi di Negara-negara sedang berkembang yaitu menempati urutan pertama, sedang dinegara maju ia menempati urutan ke 10, atau secara keseluruhan ia menempati urutan ke 5. Berdasarkan data dari 13 Pusat Patologi di Indonesia dari 13644 kasus pada pria dan wanita ia mempunyai frekuensi tertinggi yaitu 27% atau 36% dari 10233 kasus pada wanita saja. Dan data dari beberapa gabungan rumah sakit di Indonesia menunjukan frekuensinya juga paling tinggi yaitu 16,0%, disusul oleh hati/hepatoma (12,0%), payudara (10,0%), paru (9,0%) kulit, nasofarings (7,0%), leukemia (5,0%), usus besar (4,5%) dan lain-lain (1,7%).Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi human Papilloma Virus (hPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan kemajuan di bidang biologi molekuler dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks disebabkan oleh virus hPV. Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan kohort didapatkan Risiko Relatif (RR) hubungan antara infeksi hpV dan kanker serviks antara 20 sampai 70. Lebih dari 70% kanker serviks disebabkan oleh infeksi hPV tipe 16 dan 18. Infeksi hPV mempunyai prevalensi yang tinggi pada kedua kelompok usia muda, sementara kanker serviks baru timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih.B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?2. Apa saja etiologi dan factor risiko kanker serviks?3. Apa saja gejala dan tanda seseorang terkena kanker serviks?4. Bagaimana cara pencegahan, penapisan dan deteksi kanker serviks?5. Bagaimana pengobatan dan terapi pada penderita kanker serviks?
yang bersamaan dengan infeksi hPV, dan perempuan perokok.BAB IIPEMBAHASANA. Kanker ServiksKarsinoma serviks uteri merupakan kanker ginekologis yang menempati urutan kedua tersering (setelah kanker payudara). Risiko setiap tahun pada wanita di atas 35 tahun adalah 16 per 100.000. insiden puncak terjadi usia 45 dan 55, dan kini insiden ini terjadi pada usia yang lebih muda. Kanker serviks biasanya tumbuh kearah luar menjadi masa seperti cendawan, kadang-kadang tumbuh ke arah dalam sehingga menimbulkan pembesaran serviks. Lebih dari 85% kanker serviks adalah karsinoma sekunder; sisanya adalah adenokarsinoma yang berasal dari sel yang melapisi kanalis servikalis atau muaranya. Lama-kelamaan kanker akan meyebar secara langsung kea rah atas mengenai rongga uterus atau ke bawah mengenai vagina atau melalui aliran limfatik ke nodus limfatikus ilika eksterna (47% kasus); nodus linftikus obturator (7persen kasus) atau nodus para servikalis (2 persen kasus). Penyebaran ini di deteksi pada pemeriksaan klinis dan CAT scan, sehingga memungkinkan ahli onkologi menentukan stadium dan merekomendasi pengobatan berdasarkan stadium.Epitel yang terus berproliferasi merupaka salah satu factor terjadinya kanker. Perubahan genetic yang multiple sangat mungkin terjadi atau diekspresi protein viru menyebabkan hialngnya supresi terhadap proliferasi sel. Perubahan menjadi ganas melibatkan juga gen-gen yang mengatur pertumbuhan sel. Pengaturan pertumbuhan ini menjaadi hilang dalam proses terjadinya keganasan. Jadi perubahan factor pertumbuhan, onkogen, dan tumor suppressor gen, kesemuanya terlibat dalam pathogenesis kanker ini. Onkogen adalah gen yang mengatur pertumbuhan normal dan di aktifkan melalui mutasi, amplifikasi dan transkolasi. Ada sebanyak 60 onkogen.Tumor suppressor gen adalah gen normal, dimana produksinya dapat membatasi proliferasi dan mempertahankan diferensiasi. Karsinogenesis merupakan proses multistep dimana terjadi beberapa aktivasi beberapa onkogen dan hilangnya secara multiple tumor suppressor gen dalam suatu sel. Dengan demikian proses keganasan dapat terjadi kalau ada factor tertentu yang mempengaruhi gen-gen tersebut, termasuk juga terjadinya kanker serviks.Perkembangan menjadi kanker melalui tahapan-tahapan tertentu yaitu:1. Tahap I disebut juga tahap inisiasi dan bahan atau agent yang dapat menimbulkan proses inisiasi ini disebut insiator. Pada tahap ini terjadi perubahan genetic yang menetap, dan perubahan yang terjadi adalah irreversible.2. Tahap II, disebut juga promosi dan bahan yang dapat mempengaruhi promosi disebut dpromoter. Dalam tahap ini terjaid perubahan sehingga timbul permulaan kanker. Untuk terjadinya perubahan ini diperlukan pengaruh promoter yang berulang-ulang dan jangka waktu yang lama, dan biasanya bekerja pada jaringan tertentu. Tahap ini reversible artinya kalau promoter dihilangkan maka risiko terjadinya kanker dapat hilang.3. Tahap III, disebut juga tahap progresif, dan terjadi pertumbuhan tumor, dapat meluas dan beranak sebar.a. StadiumStadium kanker serviks ditetapkan secara klinis, stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan serviks (biopsy konisasi untuk stadium IA dan biopsy jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru-paru, pielografi intravena. Untuk kasus-kasus stadium lebih lanjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi, proktoskopi, dan barium enema.1. Stadium 0 : karsinoma insitu, karsinoma intraepithelial.2. Stadium I : karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran di korpus uteri diabaikan)3. Stadium I A : invasi kanker ke stroma hanya dapat di diagnose secara mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat dapat secara mikroskopik walau hanya dengan invasi yang su pervisial di kelompokan pada stadium IB4. I A1 : invasi ke stroma dengan dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm dan lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm.5. I A2 : Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7 mm.6. Stadium I B : lesi yang terbatas pada serviks atau secara mikroskopik lesi lebih luas dari stadium I A2.7. I B1 : lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi tersebar.8. I B2 : lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar9. Stadium II : tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum mengenai dinding panggul atau sepertiga distal/bawah vagina10. II A : tanpa invasi ke parametrium11. II B : sudah menginvasi parametrium12. Stadium III : tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal13. III A : tumor telah meluar ke sepertiga vagina dan tidak invasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul14. III B ; tumor telah meluar ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal15. Stadium IV : tumor telah meluas dari organ reproduksi16. IV A : tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum dan/ atau ke luar dari rongga panggul minor17. IV B : metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membraneb. HistopatologikKasus dapat diklasifikasi dalam karsinoma serviks bila pertumbuhan primernya dari serviks. 85% jenis histopatologik adalah karsinoma sel skuamosa, 10% adenokarsinoma, dan 5% adenoskuamosa, sel jernih, sel kecil, sel jernih, sel kecil, sle verukosa dan lain-lain. Derajat diferensiasi dengan berbagai metode dapat menunjang diagnosis, tetapi tidak dapat menunjang modifikasi stadium klinis. Secara histopatologik kanker serviks dibagi menjadi: Neoplasia intraepitel serviks, derajat III, Karsinoma skuamosa insitu, Karsinoma skuamosa (berkeratinisasi, tidak berkeratinisasi, verukosa). Adenokarsinoma insitu, Adenokarsinoma insitu tipe endoservikal, Adenokarsinoma endometrioid, Adenokarsinoma sel jernih, Karsinoma adenoskiamosa, Karsinoma kistik adenoid dan Karsinoma undifferentiated. Derajat histopatologik: Diferensiasi baik, Diferensiasi Sedang dan Diferensiasi buruk.B. Etiologi dan Faktor Risiko1. EtiologiKanker serviks dan lesi prakanker adalah berasal dari kelamin maka beberapa factor yang ditularkan melalui hubungan seksual dapat terlibat dalam proses inisiasi neoplastik. Ada tiga factor yang perlu mendapat perhatian yaitu: smegma, infeksi virus, dan spermatozoa.a. SmegmaSel deskuamasi dan sekresi sebaseus di bawah prefusium pada pria yang tidak di sunat, dahulu dianggap sebagai factor etiologi kanker serviks. Tetapi sekarang baik secara laboratorik maupun epidemilogi tidak terbukti.b. VirusHuman Pappiloma Virus (HPV) adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus pappiloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual. HPV 6,11,42, 43 dan 44 jarang ditemukan pada neoplasma, sedang tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering di temukan pada kanker dan lesi prankanker.c. SpermatozoaSel skuamosa metaplastik dapat memfagosit sisa-sisa sperma dan menghubungkannya dengan inti sel. Permukaan inti sel stroma dan subetipel terdiri dari jalinan DNA yang berhubungan dengan inti sel (nucleus) sehingga dapat mengontrol sintesis DNA.2. Factor RisikoFactor risiko yang berhungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda (<16 atau="" dan="" dengan="" hiv="" hubungan="" i="" kekebalan="" kenekanan="" mendapat="" menderita="" multipatner="" penekanan="" penyakit="" seksual="" style="mso-bidi-font-style: normal;" tahun="">immunoppressive)16>
C. Gejala dan TandaTanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda dini yang tidak speifik seperti secret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan pervaginam (pascasenggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan.Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang tidak berbau busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering berkemih, buang air kecil, atau buang air besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi ureter.
D. Pencegahan, Penapisan, dan Deteksi
1. Pencegahan
Bagi wanita semua umur, membatasi
jumlah pasangan seks dan penggunaan kontrasepsi penghalang, seperti kondom dan
diagfragma sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko terjadinya kanker serviks.
Modifikasi pola makan yang dapat mengurangi risiko kanker serviks di antaranya
dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C, asam folat.
Selain itu, adalah dengan mencegah bertambahnya atau mengupayakan pengentian
penggunaan tembakau dan/atau alcohol.
2. Penapisan
Rekomendasi ACS sebagai sarana
penapisan bagi wanita tanpa gejala adalah dengan pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan panggul bagi seluruh wnaita yang telah
melewati atau sedang dalam masa aktif seksual atau pada mereka yang telah
berusia 18 tahun atau lebih. Setelah tiga kali atau lebih hasil pemeriksaan pap smear tahunan normal, pemeriksaan
tersebut dapat dilakukan lebih j/arang sesuai anjuran dokter
3. Deteksi
Deteksi kanker serviks pada wanita
yang tidak menunjukan gejala di tentukan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan rektovaginal dan pemeriksaan Pap
smear, melakukan pemeriksaan kolposkopi, dan palpasi serviks dan jaringan
sekitarnya.
Pemeriksaan kolposkopi dapat
dilakukan pada wanita yang memiliki gejala yang khas atau memiliki gejala yang
khas atau memiliki lesi pada serviks
yang sangat mencurigakan. Dokter yang memeriksa harus mengambil bahan biopsy
lansung dengan kolposkopi dari setiap daerah yang dijumpai.
Pap Smear |
E. Pengobatan Dan Terapi
1. Program
skrining
Program skrining bertujuan untuk
menurunkam morbilitas dan mortalitas juga harus memenuhi beberapa criteria
yaitu :1) mempertimbangkan factor biaya; 2) dapat mencapai golongan tidak
mampu; 3) penyakit adalah fatal,
morbiditas lama, cara pengobatan pada fase prakanker lebih efektif bila
sudah ada simpton, prevalensi prakanker tinggi; 4) sensivitas dan sesuai antara
jenis tes dan populasi yang akan di skrin.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan
pada kanker serviks sampai stadium II A dan dengan hasil pengobatan seefektif
radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan meninggalkan ovarium pada pasien usia
pramenopause. Kanker serviks dengan diameter lebih dari 4 cm menurut beberapa
peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi daripada operasi. Hsisterektomi radikal mempunyai nmortalitas
kurang dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah, atonia kandung kemih yang
membutuhkan kateterisasi intermitten, antikolinergik, atau alfa antagonis.
3. Radioterapi
Ø Terapi
radiaqsi dapat diberikan pada semua stadium, terutama muli stadium IIB sampai
IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetaoi tidak merupakan
kandidat untuk pembedahan. Penambahan Cisplatin selama radioterapi whole pelvic dapat memperbaiki
kesintasan hidup 30% sampai 50%.
Ø Komplikasi
radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal.
Ø Teleterapi
dengan radioterapi whole pelvic
diberikan dengan fraksi 180 – 200 cGy perhari selama 5 minggu (sesua dengan
dosis total 4500 – 5000 cGy) sebagai awal pengobatan. Tujuannya memberikan
radiasi seluruh rongga panggul, parametrium, kelenjar getah bening iliaka, dan
para-aorta.
Ø Teleterapi
kemudian dilanjutkan dengan branjiterapi dengan menginsersi tabdem dan ovoid
(dengan dosis total ke titik A 8500 cGy dan 6500 cGy ke titik B) melalui 2
aplikasi. Tujuan brakiterapi untuk memberikan radiasi dosis tinggi ke uterus,
serviks, vagina, dan parametrium.
Ø Titik
A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm lateral dari
garis tengah uterus. Titik ini berada di parametrium.
Ø Titik
B adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 5 cm lateral dari
garis tengah uterus. Titik ini berada di dinding pelvis.
Ø Radioterapi
ajuvan dapat diberikan pada pasien pasca bedah dengan risiko tinggi.
4. Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan
sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan atau untuk terapi paliatif pada kasus
reditif. Kemoterapi yang paling aktif adalah Cisplatin. Carboplatin juga
mempunyai aktivitas yang sama dengan Cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya yang
mempunyai aktivitas yang dimanfaatkan
dalam terapi adalah Ifosfamid dan paclitaxel.
5. Terapi
selama kehamilan
Waniat hamil dengan hasil Pap smear yang abnormal diperiksa lebih
lanjut dengan kolposkopi dan biopsy. Jika taut skuamokolumnar dapat terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi dan biopsy langsung dapat menyingkirkan adanya
kanker invasive, dokter yang menangani dapat menyingkirkan adanya kanker invasive,
dokter yang menangani dapat memantau pasien dengan pemeriksaan Pap smear dan kolposkopi berkala..
waniat dengan stadium IA dapat dipantau dengan Pap smear, kolposkopi, dan biopsy. Pada kasus kanker invasive,
terapi harus dilakukan dengan segera. Bagi wnaita usia kehamilan kurang dari
24 minggu, kehamilannya segera di
akhiri. Histerektomi radikal atau terapi radiasi dapat dipakai sebagai terapi
primer.
Angka harapan hidup setelah
pengobatan:
1. Karsinoma in situ 100%2. Stadium mikroinvasif 98%3. Karsinoma invasif:
a.
stadium I 75 – 90%
b.
stadium II 40 – 60 %
c.
stadium III 20 – 25%
d.
stadium IV 5 _ 10%
F.
Resep Mudah Untuk Mengobati Kanker
a. Sup
Ubi Rambat
Bahan:
1. 250
gram ubi rambat
2. 1
potong jahe tua sebesar inu jari
3. 500 ml air suling
4. 5
- 10 kurma merah, dihilangkan bijinya
Cara membuat:
1. Tambahkan
kurma merah pada air suling dalam panci yang terbuat dari kaca atau stainless
steel dan masukan bahan-bahan tersebut untuk direbus selama 15 – 20 menit.
2. Kuliti
dan cuci ubi rambat. Potong-potonglah sesuai ukuran yang diinginkan, jangan
terllau kecil-kecil karena ubi rambat mudah hancur bila dimasak.
3. Memarkan
jahe.
4. Tambahkan
ubi rambat yang telah disiapkan kedalam sup kurma merah. Rebus hingga ubi terasa
lunak.
5. Hidangkan
sup ubi rambat dalam keadaan masih panas.
b. Kacang
Kuda
Bahan:
1. 300
gram chick pear kering
2. ½
panci pressure cooker air suling
cara membuat:
1. Cuci
dan rendam chick pear semalam (± 6 jam).
Tiriskan airnya, cuci dan tempatkan
kacang dalam pressure cooker.
2. Tambahkan
air suling lalu rebus.
3. Masalahlah
dengan pressure cooker selama ± 15
menit
4. Hidangkan
kacang dalam keadaan hangat
c. Labu
Kukus
Bahan:
1. ¼
labu (300 gram)
2. ½
sdm bawang putih goring
3. ½
sdm shallot (sejenis bawang bakung)
goreng.
4. 1
sdt miso
5. Bawang
bombing muda untuk hiasan
Cara membuat:
1. Kupaslah
labu dan buang bijinya. Gosokan misso pada labu dan masukan pada mangkok
tahan oven. Jangan menggunakan allumunio foil atau talam.
2. Taburkan
bawang putih goreng dan shallot
goreng di atas labu. Tutp mangkok masak hingga matang.
3. Hiasi
atasnya dengan bawang muda cincang dan hidangkan segera.
d. Sup
Bahan:
1. 500
ml air suling
2. ½
sdt misso
3. 2
cengkeh
4. ½
wortel, dipotong kotak-kotak sevbesar 1 cm.
5. 1
kentang irlandia, di potong kotak-kotak sebesar 1 cm
6. 1
bawang Bombay, di potong 1 cm persegi
7. ½
mangkok tang hoon yang telah di
haluskan.
Cara kerja
1. Rebus
air suling, misso, dan cengkeh dalam
panci kaca atau stainless stell sampai aromanya keluar.
2. Tambahkan
wortel dan kentang kedalam air medidih. Tutup pancinya biarkan sup medidih
perlahan-lahan.
3. Tambahkan
bawang Bombay dan tang hoon yang
telah lunak pada sup bila wortel dan kentangnya telah empuk. Matikan apinya
bila sup telah mendidih.
4. Aduk
misso sedikit lahi jika diinginkan.
Hidangkan saat masih panas.
e. Ikan
Bakar Oriental
Bahan:
1. 300
gram daging ikan
2. ¼-
½ sdt misso
Saus (pilihan):
3. 2
shallot + 2 siung bawang putih, diiris tipis
4. 2
sdm Braag’s Liquid Aminos
5. 2
sdm air suling
6. Air
½ limau atau 1 sdt cuka sari apel metah, untuk menambahkan rasa.
7. ¼
- ½ sdt madu merah, sebagai penambah rasa
Cara kerja:
1. Ikan
asin dan misso bbiarkan selama 15 menit. Bakar dalam oven-proo dish (tutup).
Jangan menggunakan alluminium foil atau talam.
2. Untuk
menyiapkan saus campurkan bahan 3 – 7. Masukan dalam mangkok saus untuk
dihidangkan.
3. Percikan
beberapa tetes minyak zaitun ekstra murni yang dipres dingin diatas ikan yang
telah matang. Minyak ini seharusnya tidak ditambahkan bagi penderita gangguan
liver dan kandung empedu. Hidangkan ikan dengan saus.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karsinoma serviks uteri merupakan kanker ginekologis
yang menempati urutan kedua tersering (setelah kanker payudara). Risiko setiap
tahun pada wanita di atas 35 tahun adalah 16 per 100.000. insiden puncak
terjadi usia 45 dan 55, dan kini insiden ini terjadi pada usia yang lebih muda.
Kanker serviks mempunyai stadium dari 0 – IV B. Penyebab dari kanker serviks
adalah infeksi virus papilloma humanis (hPV) khususnya tipe 16, 18, 31, dan 45,
factor di risiko adalah aktivitas seksual apda usia muda (<16 anamnesa="" bersamaan="" dan="" dengan="" deteksi="" di="" fisik.="" gejala="" hiv="" hpv="" hubungan="" i="" infeksi="" kanker="" menderita="" menunjukan="" multipatner="" pada="" pemeriksaan="" perempuan="" perokok.="" rektovaginal="" seksual="" serviks="" style="mso-bidi-font-style: normal;" tahun="" tentukan="" tidak="" wanita="" yang="">Pap smear16>
,
melakukan pemeriksaan kolposkopi, dan palpasi serviks dan jaringan sekitarnya.
Pengobatan dapat dilakukan dengan skrining, pembedahan, radioterapi dan
kemotrepi, pada wanita hamil sebaiknya di pantau menggunakan pap smear dan diperiksa lebih lanjut
menggunakan kolposkopi dan biopsy.
B. SaranSaran yang dapat penulis berikan adalah bagi wanita sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual dengan usia < 16 tahun, jangan sering berganti-ganti pasangan. Dikarenakan kanker serviks dini tidak menimbulkan gejala oleh karena itu deteksi dini dapat melakukan pemeriksaan pap smear bagi wanita yang telah menikah setidaknya 6 bulan sekali. Dan bagi penderita kanker serviks jangan berputus asa, berusaha dan berdoa agar penyakitnya sembuh. Untuk mencegah jangan gonta-ganti pasangan, jangan menikah terlalu muda, jangan merokok. Lakukan aktivitas fisik serta makan-makanan yang bergizi dan seimbang, tetap positif thinking hindari pergaulan bebas, free sex, dan say no to drugs.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirihardjo,
Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan.
Jakarta: PT. BPSP
Llewellyn,
Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obsterti
dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Ramli, Muchlis,
Rainy Umbas, Sonar S. Panigoro. 2002. Deteksi
Dini Kanker. Jakarta: FKUI
Otto, Shirley E.
2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi.
Jakarta: EGC
Lim, Peter, Lee
Yip PhD. 2004. Terapi Kanker. Jakarta.
ISBN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar