FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MATA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2011
Ellyani Abadi
RINGKASAN
”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kota Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2011”(ix + 60 halaman + 17 tabel + 6 lampiran)
Air
Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Susunan biokimia
untuk kebutuhan bayi dapat melindungi
bayi dari bahaya kekurangan gizi maupun penyakit infeksi. Banyak faktor yang
mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara ekslusif kepada bayinya, antara
lain yaitu Umur, Pendidikan, Pengetahuan
dan Pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kota Kendari,
di ketahui bahwa dari 11 Puskesmas di Kota Kendari, Puskesmas Mata merupakan salah satu puskesmas yang
menduduki urutan terendah dalam hal pemberian ASI yakni terdapat 37,5% tahun 2008 dan pada tahun 2009 mengalami
penurunan hingga mencapai 17%
Kemudian pada tahun 2010 mencapai 23% (Dinkes Propinsi Sultra, 2010).
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Mata Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik
menggunakan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi
penelitian adalah semua ibu
yang memiliki bayi usia 7-12 bulan
sebanyak 405 orang dengan jumlah sebanyak 108 orang. Penentuan sampel
menggunakan metode Proportional Random Sampling. Analisis statistik
menggunakan uji Chi-Square.
Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari 70 ibu yang berusia produktif,
separuh dari ibu yang berusia produktif 57,1% (n=40) memberikan ASI Ekslusif,
kemudian dari 57 ibu yang pendidikannya
rendah, separuh dari ibu pendidikan rendah yaitu 59,6% (n=24) tidak memberikan ASI Ekslusif,
disamping itu,hasil penelitian juga menunjukan
bahwa dari 72 ibu yang pengetahuannya
kurang, separuh dari ibu pengetahuan kurang yaitu 58,3% (n=42) tidak
memberikan ASI Ekslusif. Kemudian dari
89 ibu yang tidak bekerja,
separuh dari ibu yang tidak bekerja yaitu 52,8% (n=47) tidak memberikan ASI Ekslusif.
Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan
umur ibu dengan pemberian ASI Ekslusif, dan tidak ada hubungan antara
pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif. Saran di dalam
penelitian ini adalah diharapkan bagi ibu yang berumur < 20 dan >35 tahun
agar dapat merencanakan kehamilannya karena pada umur ini beresiko bagi janin
dan hormon yang memproduksi ASI sudah berkurang dan bagi peneliti lain, hendaknya melakukan
penelitian kualitatif dengan wawancara yang lebih mendalam dan juga meneliti
faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI Ekslusif.
Kata Kunci : ASI Ekslusif, Umur, Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan
Daftar Pustaka 22
(1989 – 2009)
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan menuju
Indonesia sehat 2010 adalah meningkatnya kesehatan, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal
melalui tercipta masyarakat bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai dengan
perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan optimal di
seluruh tanah air (Almatsier, 2001).
Almatsier, 2001 lebih lanjut mengatakan, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas manusia adalah tingkat kesehatan, sedangkan tingkat kesehatan pada
hakekatnya dipengaruhi oleh keadaan gizi khususnya pada awal kehidupan yang
dikenal dengan masa bayi.
Status gizi
ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak
langsung maupun langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh karena itu,
pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi
untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah adalah ASI atau Air Susu Ibu
(Notoatmodjo, 2007)
Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk
mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan
memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi. ASI yang pertama keluar biasanya
dikenal dengan kolostrum yang memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ASI
mature. Tetapi kandungan lemak dan laktosannya (gula darah) lebih rendah dari
ASI mature. Kolostrum juga mengandung vitamin A, B6, B12, C, D, K dan mineral,
terutama zat besi dan kalsium. Komposisi seperti itu sangat tepat untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. Sama halnya dengan ASI mature,
kolostrum juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi
oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan protein), lipase (untuk
menguraikan lemak) dan amilasi (untuk menguraikan karbohidrat). Ini membuat
kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang memang belum
sempurna (Pudjiadji, 2000).
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling
baik untuk bayi. Susunan biokimia untuk kebutuhan bayi dapat melindungi bayi dari bahaya kekurangan gizi
maupun penyakit infeksi. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam
menyusui secara Ekslusif kepada bayinya, salah satunya yaitu pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI secara
Ekslusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap
praktek pernberian ASI Ekslusif itu sendiri. Pengaruh-pengaruh
tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun positif dalam memperlancar
pemberian ASI Eksklusif (Santoso & Ranti, 2004).
Adapun faktor lain
mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial budaya ekonomi seperti
(pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), ibu yang
memiliki pendidikan tinggi, cenderung mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
ASI sehingga termotivasi memberikan ASI kepada anaknnya. Begitu juga dengan ibu
yang bekerja, biasanya tidak memberikan ASI karena sibuk dengan pekerjaannya.
Disamping itu faktor umur juga mempengaruhi pemberian ASI, semakin tinggi usia
seseorang berarti ibu tersebut semakin dewasa dan lebih banyak mendapat
infomasi tentang pentingnnya ASI sehingga mengutamakan pemberian ASI kepada
ananya. Faktor fisik ibu, faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga
masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian
ASI Ekslusif (Soetjiningsih, 1997).
Pemberian ASI di Indonesia mencapai
40,13%. Provinsi Sulawesi Tenggara, pada tahun 2008 prevalensi ibu
menyusui yang memberikan ASI Ekslusif adalah 54,81%, kemudian pada tahun 2009 hanya sekitar
33,48% dan pada tahun
2010 semakin menurun hingga 30,14% ibu yang memberikan ASI Ekslusif. Kota Kendari
merupakan kota dengan urutan kedua terendah dalam pemberian
ASI Ekslusif jika dibandingkan dengan 12 kabupaten/ kota di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Dimana
prevalensi tertinggi yang memberikan ASI Ekslusif di Kota Kendari yaitu 32,51%
dan terendah sebesar 24,57% (Dinkes Sultra, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Kendari, di
ketahui bahwa dari 11 Puskesmas di Kota Kendari, Puskesmas Mata merupakan salah satu puskesmas yang
menduduki urutan terendah dalam hal pemberian ASI yakni terdapat 37,5% tahun 2008 dan pada tahun 2009 mengalami
penurunan hingga mencapai 17%
Kemudian pada tahun 2010 mencapai 23% (Dinkes Sultra, 2010).
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai ”Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mata
Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Cross
Sectional Study Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun 2011 di Wilayah Kerja
Puskesmas Mata Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Populasi adalah semua ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota Kendari Tahun 2011 sebanyak 405 orang
Sampel adalah ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kota Kendari tahun 2011 sebanyak 108 orang.
JENIS DAN CARA
PENGUMPULAN DATA
Data
Primer
Data primer berupa
data identitas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan pemberian ASI Esklusif
diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner.
Data
Sekunder
Data sekunder yaitu data demografi/profil
Puskesmas Mata meliputi
letak geografis, ketenagaan, sarana dan prasarana, sosial ekonomi, dan lain-
lain, dapat diperoleh dari hasil penelusuran dokumen.
PENGOLAHAN
DATA
a. Data umur
ibu, diolah berdasarkan umur responden dan dibandingkan dengan kriteria
objektif.
b.Pendidikan ibu
diolah denganmengklasifikasikan jawaban responden dengan kriteria objektif.
c. Pekerrjaan
ibu diolah dengan mengklasifikasikan jawaban responden dengan kriteria
objektif.
d.Pengetahuan ibu
diolah dengan menjumlahkan skor jawaban responden dan dibandingkan dengan
kriteria objektif.
ANALISIS DATA
Analisis data berupa analisa
deskriptif dan inferensial. Dalam analisis hubungan pola makan dengan status
gizi digunakan “ Uji Chi-Square” dengan rumus:
Keterangan
:
= Chi-square
abcd = Frekuensi pada sel
= Faktor koreksi
yates (Kontiyuitas)
N = Jumlah sampel
Interprestasi hasil uji dikatakan bermakna dengan
kriteria :
x2
hitung > x2 tabel = ada hubungan yang bermakna
x2
hitung < x2 tabel = tidak ada hubungan yang
bermakna
PENYAJIAN
DATA
Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
DEFINISI
OPERASIONAL
Pemberian
ASI Esklusif adalah pemberian ASI pada
bayi tanpa tambahan makanan lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula,
madu, teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan (Roesli, 2000). Dengan kriteria objektif :
Dimana pada kuesioner yang menggambarkan ASI Eksklusif dari pertanyaan no, 4
s/d no,7.
a.
Ekslusif apabila
pemberian ASI saja selama 0-6 bulan.
b.
Tidak Ekslusif
apabila pemberian ASI 0-6 bulan ada tambahan makanan
Tingkat
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Maksudnya di sini adalah tingkat pendidikan ibu yang pernah
dilalui sampai tamat, dengan kriteria objektif :
a. Tinggi :
Memiliki pendidikan terakhir minimal SMA
b. Rendah : Memiliki pendidikan terakhir di bawah SMA
(Tidak Sekolah, SD, SMP. (Santoso &
Ranti, 2004).
Status Bekerja adalah kegiatan
yang dilakukan secara rutin atau kesibukan bekerja dalam melaksanakan kehidupan
sehari-hari. Maksudnya di sini adalah jenis profesi atau mata pencaharian ibu,
dengan kriteria objektif
a. Bekerja
: memiliki profesi atau mata pencaharian tertentu
b. Tidak
Bekerj : tidak memiliki profesi atau mata pencaharian tertentu (Soetjiningsih,
1997).
Tingkat Pengetahuan Gizi merupakan
pengetahuan atau pemahaman masyarakat tentang pentingnya ASI Ekslusif yang
dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan kuesioner. dengan kriteria objektif sebagai berikut :
a.
Cukup
apabila skor jawaban responden > 60%
b.
Kurang
apabila skor jawaban responden < 60% (Khomsan, 2000).
Umur adalah
masa hidup seseorang dalam kurun waktu tertentu,
dengan kriteria objektif sebagai berikut :
a. Produtif : umur 20 sampai 35 tahun
b. Tidak
produktif : umur < 20 tahun dan > 35 tahun (Notoatmodjo, 2007)
HASIL DAN BAHASAN
Karakteristik
|
Jumlah
|
n
|
%
|
Umur Bayi
|
|
|
7-9
10-12
|
66
42
|
61,1
38,9
|
Jenis Kelamin
|
|
|
Laki-Laki
Perempuan
|
51
57
|
47,2
52,8
|
Pendidikan Ibu
|
|
|
Tinggi
Rendah
|
51
57
|
47,2
52,8
|
Pengetahuan Ibu
|
|
|
Cukup
Kurang
|
36
72
|
33,3
66,7
|
Pekerjaan Ibu
|
|
|
Bekerja
Tidak Bekerja
|
19
89
|
17,6
82,4
|
Pemberian ASI
Esklusif
|
|
|
Ekslusif
Tidak Ekslusif
|
51
57
|
47,2
52,8
|
Dari tabel diatas menunjukan bahwa
sebesar yaitu 61,1% sampel
berada pada kategori umur 7-9 bulan. 52,8% sampel berada pada kategori
berjenis kelamin perempuan. 52,8 % sampel berada pada kategori pendidikan
rendah. 66,7% sampel berada pada kategori pengetahuan gizi kurang. 82,4 %
sampel berada pada kategori tidak memiliki pekerjaan (bekerja sebagai ibu rumah
tangga). Tabel diatas juga menunjukan
bahwa sebesar yaitu 52,8 % sampel berada pada kategori
tidak memberikan ASI Ekslusif.
Hubungan Umur Ibu
dengan Pemberian ASI Ekslusif
Pada penelitian ini diperoleh hubungan pola makan dengan status gizi,
dimana lebih banyak sampel yang memiliki
status gizi dalam kategori normal dengan pola makan kurang.
Umur Ibu
|
PemberianASI
Esklusif
|
Total
|
Ekslusif
|
Tidak
Ekslusif
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Produktif
|
40
|
57,1
|
30
|
42,9
|
70
|
100
|
Tidak
Produktif
|
11
|
28,9
|
27
|
71,1
|
38
|
100
|
Total
|
51
|
47,2
|
57
|
52,8
|
108
|
100
|
Tabel di atas menunjukan bahwa dari 70 ibu yang berusia produktif, sebesar yaitu 57,1 % memberikan ASI Ekslusif, dan dari 38 ibu yang
tidak berusia produktif, sebesar 71,1% tidak memberikan ASI Ekslusif.
Berdasarkan
analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p =
0,009, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan
pemberian ASI Ekslusif
Umur adalah lamanya seseorang hidup
yang dihitung berdasarkan ulang tahun berikutnya. Pada umur kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun dapat membahayakan ibu saat kehamilan dan
persalinan dan meningkatkan resiko terhadap janinnya karena pada umur dari 20
tahun rahim dan panggul seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.
Akibatnya ibu hamil pada usia itu mungkin mengalami persalinan macet atau
gangguan lain. Selain itu juga pada umur kehamilan kurang dari 20 tahun, ibu
bersalin belum siap menerima tanggung jawab sebagai orang tua dan belum
sepenuhnyya menghadapi kehamilan dan pada umur < 20 tahun ini fungsi organ
reproduksi belum matang sedangkan pada umur > 35 tahun kesehatan ibu susah
menurun akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan karena pada usia
tersebut fungsi organ reproduksinnya sudah mengalami kemunduran dan hormon
prolaktin dan oksitosin yang berada dalam tubuh menurun fungsinya karena hormon
tersebut berpengaruh pada pemberian ASI Ekslusif, disamping itu ibu yang usia <
20, umumnya kurang dewasa dan informasi yang diperoleh tentang ASI Ekslusif
masih kurang sehingga kesadaran untuk memberikan ASI Ekslusif masih kurang
(Manuaba, 2001).
Ada hubungan antara umur ibu dengan
pemberian ASI Ekslusif. Hal tersebut disebabkan pada usia 25-35 tahun responden dalam keadaan
masa produktif
/ aktif sehingga keterpaparan informasi tentang ASI Ekslusif lebih besar.
Sedangkan pada umur > 35 tahun diaman produksi ASI sudah berkurang dan yang
dikatakan pengalaman akan pemberian ASI Ekslusif akan tetapi informasi yang didapat kurang, karena
pada saat usia tersebut sebagian besar ibu tidak seaktif usia 25-35 tahun
dengan berbagai kesibukan yang dialaminya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Himawan (2006) yang menemukan bahwa dari 90 ibu
yang produktif terdapat 72,23% (n=65) memberikan ASI Ekslusif dan dari 40 ibu
yang tidak produktif 75% (n=30) tidak memberikan ASI Ekslusif dengan hasil uji
statistik menggunakan uji Chi-Square ditemukan ada hubungan antara umur ibu
dengan pemberian ASI Ekslusif.
Pada penelitian ini, usia produktif
yang dimaksud adalah ibu yang berusia > 20 tahun dan < 35 tahun. Pada
umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat membahayakan ibu saat
kehamilan dan persalinan dan meningkatkan resiko terhadap janinnya karena pada
umur dari 20 tahun rahim dan panggul seringkali belum tumbuh mencapai ukuran
dewasa. Akibatnya ibu hamil pada usia itu mungkin mengalami persalinan macet
atau gangguan lain. Selain itu juga pada umur kehamilan kurang dari 20 tahun,
ibu bersalin belum siap menerima tanggung jawab sebagai orang tua dan belum
sepenuhnya menghadapi kehamilan dan pada umur < 20 tahun ini fungsi organ
reproduksi belum matang sedangkan pada umur > 35 tahun kesehatan ibu sudah
menurun akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan karena pada usia
tersebut fungsi organ reproduksinnya sudah mengalami kemunduran dan hormone
yaitu hormon prolaktin dan oksitosin yang berada dalam tubuh menurun fungsinya
karena hormone tersebut berpengaruh pada pemberian ASI Ekslusif, disamping itu
ibu yang usia < 20, umumnya kurang dewasa dan informasi yang diperoleh
tentang ASI Ekslusif masih kurang sehingga kesadaran untuk memberikan ASI
Ekslusif masih kurang (Manuaba, 2001)
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Ekslusif
Pendidikan Ibu
|
Pemberian ASi Ekslusif
|
Total
|
Ekslusif
|
Tidak
Ekslusif
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Tinggi
|
28
|
54,9
|
23
|
45,1
|
51
|
100
|
Rendah
|
23
|
40,4
|
34
|
59,6
|
57
|
100
|
Jumlah
|
51
|
47,2
|
57
|
52,8
|
108
|
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 57 ibu yang pendidikannya rendah, sebesar
yaitu 59,6%
tidak memberikan ASI Ekslusif, dan dari 51 ibu yang pendidikannya tinggi,
sebesar 54,9% memberikan
ASI Ekslusif.
Berdasarkan analisis statistik dengan
menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p = 0,187, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif.
Tidak adanya
hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif dimana dalam hasil penelitian terdapat ibu
yang berpendidikan rendah memberikan ASI Eksklusif karena belum tentu seorang ibu dengan
pendidikan rendah maka pengetahuanya soal ASI Ekslusif rendah pula dimana
pengetahuan itu tidak mutlak didapat dalam pendidikan formal akan tetapi bisa
di dapat dalam pendidikan nonformal seperti banyak membaca, sering mendengarkan
penyuluhan dan informasi yang berhubungan dengan ASI kemudian masih terdapat ibu yang berpendidikan tinggi tidak
memberikan ASI Ekslusif dimana mereka
hanya sekedar tahu dan tidak menerapkan
atau mengiplikasikanya pada keluarga tentang pengetahuan tersebut hal ini di temukan di lapangan dimana masih
terdapat ibu-ibu dengan pendidikan tinggi akan tetapi tidak memberikan ASI
Ekslusif pada bayi di sebabkan sedikitnya waktu cuti yang diberikan sehingga
untuk memberikan ASI Ekslusif itu tidak bisa dimana waktu cuti yang diberikan
selama 3 bulan sedangkan untuk melaksanakan ASI Ekslusif itu selama 6 bulan
baru dikatakan ASI Ekslusif. Sedangkan untuk ibu yang berpendidikan rendah justru
ada yang memberikan ASI Ekslusif ketahui bahwa penddikan itu bukan hanya
di dapat dari pendidikan formal namun bisa melalui banyak bersosialisasi dengan
tetangga, maupun melalui elektronik atau media massa. Hal ini memberikan
gambaran bahwa pendidikan bukanlah faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu
dalam pemberian ASI Ekslusif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Himawan (2006) yang menemukan bahwa dari 90 ibu
yang pendidikannya tinggi terdapat 38,89% (n=35) memberikan ASI Ekslusif dan
dari 55 ibu yang pendidikannya rendah, 54,54% (n=30) memberikan ASI Ekslusif
dengan hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square ditemukan tidak ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif.
Faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah
tidaknya , menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula tingkat kecakapan
emosionalnya, serta semakin berkembang kedewasaan. Di sini jelas bahwa faktor
pendidikan besar pengaruhnya terhadap perkembangan emosional dan intelektual
dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Pendidikan adalah suatu proses dimana manusia
membina perkembangan manusia lain secara sadar dan berencana. Orang tua yang
berpendidikan rendah, akan sulit beradaptasi dengan situasi dan kondisi dari
kegiatan yang dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi dalam pemberian ASI
Ekslusif (Rahayuningsih, 2005)
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Ekslusif
Pengetahuan Ibu
|
Pemberian ASi Ekslusif
|
Total
|
Ekslusif
|
Tidak
Ekslusif
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Cukup
|
21
|
58,3
|
15
|
41,7
|
36
|
100
|
Kurang
|
30
|
41,7
|
42
|
58,3
|
72
|
100
|
Jumlah
|
51
|
47,2
|
57
|
52,8
|
108
|
100
|
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 72 ibu yang pengetahuannya kurang, sebesar
yaitu 58,3%
tidak memberikan ASI Ekslusif, dan dari 36 ibu yang pengetahuannya cukup,
sebesar 58,3% memberikan
ASI Ekslusif.
Berdasarkan analisis statistik dengan
menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p = 0,152, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian
ASI Ekslusif.
Tidak
adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif disebabkan
karena berdasarkan hasil penelitian masih ditemukan ibu yang pengetahuannya
kurang yakni 41,7% (n=30) justru memberikan ASI Ekslusif pada anaknya, Hal ini
menunjukan bahwa pengetahuan tidak memberi pengaruh karena pengetahuan itu
tidak mutlak di peroleh dari pendidikan formal. Dimana pengetahuan itu sendiri
biasa di dapat dari luar lingkup pendidikan yaitu pengetahuan informal didapat
dari media elektronik (TV, radio, atau alat elektronik lainya) dan media massa
(Koran, Majalah, atau buku-buku pelajaran) maupun orang lain yang memberikan
informasi tentang pengetahuan, sehingga bukan berarti dengan pendidikan rendah
maka pengetahuanya rendah tentang pemberian ASI Ekslusif. Hal ini di temukan
dilapangan banyak ibu-ibu dengan pendidikan dan pengetahuan rendah memberikan ASI Ekslusif sehingga pengetahuan
tidak berhubungan dengan pemberian ASI Ekslusif. Dimana ada juga faktor lain
yang berperan di dalamya sehingga ibu tidak ASI Ekslusif salah satunya maraknya
susu formula sehingga mempengaruhi ibu dalam praktek pemberian ASI, karena di
masyarakat dan ibu-ibu menyusui berpendapat bahwa hanya ASI saja bayi tidak
kenyang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Herawati (2010) yang menunjukan bahwa dari 12 ibu yang
pengetahuannya cukup (50%) diantaranya memberikan ASI secara Ekslusif dan dari
43 ibu yang pengetahuannya kurang (51,2%) diantaranya memberikan ASI Esklusif.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan nilai x2 = 0,158,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan tingkat pengetahuan gizi ibu
dengan pemberian ASI Ekslusif.
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Ekslusif
Pekerjaan Ibu
|
Pemberian
ASi Ekslusif
|
Total
|
Ekslusif
|
Tidak Ekslusif
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Bekerja
|
10
|
47,4
|
10
|
52,6
|
19
|
100
|
Tidak Bekerja
|
42
|
47,2
|
47
|
52,8
|
89
|
100
|
Jumlah
|
52
|
47,2
|
57
|
52,8
|
108
|
100
|
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 89 ibu
yang tidak bekerja, sebesar yaitu 52,8% tidak
memberikan ASI Ekslusif, dan dari 19 ibu yang bekerja, sebesar 52,6%
tidak memberikan ASI Ekslusif.
Berdasarkan
analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p =
1,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI Ekslusif.
Tidak adanya
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif disebabkan karena
berdasarkan hasil penelitian sebagian besar yakni 52,8 (n=47), ibu yang tidak
bekerja justru tidak memberikan ASI Ekslusif pada anaknya. Fenomena ini
menunjukan bahwa status pekerjaan ibu bukanlah faktor yang menentukan perilaku
ibu dalam pemberian ASI Ekslusif. Hal ini di karenakan informasi dari
lingkunganya kurang apalagi ibu tersebut tidak aktif dalam berbagai kegiatan
kesehatan maka informasi yang diterima akan lebih sedikit dan maraknya susu
formula dalam masyarakat sehingga ibu enggan memberikan ASI Ekslusif yang di
anggap lebih baik dari ASI karena dengan ASI saja bayinya rewel sehingga di anggap belum kenyang apabila di berikan
ASI Ekslusif itu belum cukup untuk bayinya.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) yang menemukan bahwa pemberian ASI
Eksklusif pada anak usia 4-6 bulan yang dilakukan oleh 12,63% ibu yang berkerja
sebagai karyawan sedangkan 21,27%
dilakukan oleh ibu rumah tangga. Apabila dilihat dari pekerjaannya ternyata 75%
dari ibu-ibu yang bekerja tidak memberikan ASI pada bayi.Hasil uji statistik
menunjukan tidak ada hubungan pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI Ekslusif
pada anak.
Seorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang
cukup padat juga akan mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI pada
anaknya. Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin
tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit memberikan ASI Ekslusif pada
bayinya (Dewa, 2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dengan judul “Faktor-faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mata
Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011” dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Ada
hubungan umur ibu dengan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mata
Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011
2.
Tidak
ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Mata Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011
3.
Tidak
ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Mata Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011.
4.
Tidak
ada hubungan Status Bekerja ibu dengan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Mata Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011.
SARAN
1.
Diharapkan bagi ibu yang berumur < 20
dan >35 tahun agar dapat merencanakan kehamilannya karena pada umur ini
beresiko bagi janin dan hormon prolaktin dan oksitosin yang
memproduksi ASI sudah berkurang.
2.
Bagi peneliti lain, hendaknya melakukan
penelitian kualitatif dengan wawancara yang lebih mendalam dan juga meneliti
faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI Ekslusif.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghifari, Abu Syauqi, 2008, Pengertian Pendidikan, Tersedia dalam http://i-lib.ugm.ac.id/imampamungkas/download.php?dataId=8846
Diakses Tanggal 28 Mei 2010.
Almatsier,
S, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bramastuti, Novia, 2009, Pengaruh Tingkat Pendapatan Keluarga
Terhadap Motivasi, Tersediadalamhttp://www.etd.eprints.ums.ac.id/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid108451410864236,
Diakses Tanggal 17 April 2010
Depkes, RI. 2001. Manajemen
Laktasi.Tersedia dalam http://Litbang Depkes. co.
Id/jdhyas/depkes/greasf.ids?newks2891735132.Diakses tanggal 20 April 2010.
Dewa, 2010. Pengertian
ASI Eksklusif.Tersedia dalam http://pdf ASI.wordpress.com /download.phd?23ftg5004452/.Diakses tanggal 19 April
2010
Dinkes, 2009. Profil
Kesehatan Sulawesi Tenggara. Dinas Kesehatan Kota Kendari.
Husaini, 2001. Tumbuh
Kembang dan Kebutuhan Gizi Bayi. Penerbit Bhrata Karya Aksara, Jakarta.
Himawan, 2006. Hubungan Antara Karakteristik Ibu dengan
Status Gizi Balita di Kelurahan Sekarang
Kecamatan Gunungpati Semarang. Tesis http://digilib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 2 februari 2010.
Hurlock, 2002. Psikologi Perkembangan. Edisi 5.
Jakarta. EGC
Khomsan, 2000.Pengetahuan Gizi.Tersedia dalam http://digilib.unimus.ac.idfilesdisk. pdf. (Diakses tanggal 11/11/2010)
Mangunkusumo, 1990. Penuntun Diit Anak.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Manuaba, I Gede. 2001. Konsep
Obstetri dan Ginekologi Ssial Indonesia. Penerbit Buku
Kedokteran ECG: Jakarta.
Munadhiroh, Lina, 2009, Hubungan
Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Kadarzi
Di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tahun 2008, Tesis. Tersedia
dalam http://digilib.unnes.ac.id/, Diakses
Tanggal 1 Mei 2010.
Notoatmodjo, S. 2007.
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Pudjiadi, 2000. Ilmu
Gizi Klinis Pada Anak. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Roesli, 2000. Mengenal ASI
Eksklusif, Tubulus Agriwidya, Jakarta.
Santoso & Ranti, 2004. Kesehatan dan Gizi. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Soetjiningsih,
1997, ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Siregar, 2004. Pemberian ASI dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Tesis.
Bagian Gizi Kesmas Fakulas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
Suhardjo, 1989. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Wirawan, 2001, Komposisi Gizi dalam ASI. Tesedia dalam. http/www.lusa.web.id/65819!. Diakses tanggal 27 April 2010.
mbak ini skripsu y? tahun brp?
BalasHapusIya skripsi
BalasHapus