PENDAHULUAN
Keadaan gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber
daya manusia. Gizi yang tidak sembang baik kekurangan maupun kelebihan akan
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (Supariasa, dkk. 2001).
Upaya peningkatan status kesehatan dan giz anak/bayi umur
0-24 bulan melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara
menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan adanya
kebiasaan yang merugikan kesehatan,
secara tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang
gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (Anonimous, 2003).
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu
juga berperan menyebabkan munculnya kasus gizi buruk, tidak jarang kasus ini
muncul pada keluarga dengan tingkat ekonomi yang kurang. Rendahnya tingkat pengetahuan gizi dan kualitas pengasuhan anak bisa menjadi faktor penyebab
yang dominan (Asryaf, 2009).
Saat ini banyak bayi berada dibawah asuhan orang-orang
yang tidak semestinya seperti kakek atau
nenek, saudara, kakak, atau bahkan orang bahkan pembantu rumah tangga yang
kurang memahami dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan makanan
bagi bayi (Asryaf, 2009).
Beberapa informasi mutakhir membuktikan bahwa, status
gizi buruk/kurang menunjukan kejadian kerawanan gizi pada keluarga disebabkan
adanya berbagai multi faktor pada pola pengasuhan, dan perawatan anak balita.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya asupan makanan
yang diterima setiap harinya tidak sesuai dengan kebutuhan untuk beraktifitas.
Adanya penyakit infeksi mengakibatkan menurunya berat badan dan kehilangan
energi dalam tubuh. Hal tersebut dapat disebabkan oleh karena kurangnya
kontrol/pola asuh pada balita baik asuhan makan, hygiene perorangan maupun
kebersihan lingkungan sekitar tempat anak balita berinteraksi dan beraktifitas
(O’Brien dan Gill, 1988).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota
Kendari pada tahun 2009 prevalensi kasus gizi kurang pada bayi 6-12 bulan di Kota
Kendari yang tertinggi berada pada wilayah kerja Puskesmas Puuwatu. Selama tiga
tahun terakhir jumlah kasus gizi kurang pada bayi 6-12 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Puuwatu terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007 prevalensi
gizi kurang sebanyak 25% (n=22) dari total bayi yang berumur 6-12 bulan,
kemudian meningkat pada tahun 2008
menjadi 27% (n=24) dari total bayi yang berumur 6-12 bulan dan terus meningkat
pada tahun 2009 menjadi 31% (n=27) dari total bayi yang berumur 6-12 bulan dan pada tahun 2010 mencapai 34%
(n=29).
Dari uraian diatas maka peneliti ingin melakukan
penelitian tentang” di Wilayah
Kerja Puskesmas Puwatu Kota
Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
termasuk jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study.
Penelitian ini
telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret – 24 April 2010 di wilayah kerja Puskesmas Puwatu Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2011
Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 6 – 12 bulan yang ada di di wilayah
kerja Puskesmas Puwatu yaitu
sebanyak 46 bayi.
Sample dalam penelitian ini yaitu ibu
yang memiliki bayi berumur 6 – 12 bulan yang ada di wilayah kerja puskesmas tongauna
pada bulan Maret 2010 sebanyak 46 bayi. Cara pengambilan sampel menggunakan Total sampling
JENIS
DAN CARA PENGUMPULAN DATA
1.
Data
Primer
Identitas sampel meliputi umur,
jenis kelamin, sosial ekonomi Data
primer dikumpulkan dengan cara mengisi kuisioner berupa identitas responden,
pengetahuan gizi dan pola asuh makan dilakukan dengan wawancara dan Data
antropometri diperoleh dari pengukuran BB menggunakan Dacin dengan tingkat ketelitian 0,1 kg
2.
Data Sekunder
Data sekunder berupa jumlah bayi umur 6-12 bulan dan profil/gambaran umum puskesmas
diperoleh dari buku register Puskesmas Puuwatu
PENGOLAHAN
DATA
a.
Data
pengetahuan gizi ibu dan pola asuh makan diperoleh dari wawancara dimana bobot
jawaban responden kemudian dibandingkan dengan kriteria objektif pengetahuan
gizi ibu.
b. Data status
gizi bayi 6 – 12 bulan yang diperoleh dengan menimbang berat badan (BB)
menggunakan alat dacin. Hasil penimbangan kemudian diolah berdasarkan indeks
BB/U dan hasilnya dibandingkan dengan standar rujukan WHO-NCHS.
ANALISIS DATA
Analisis data berupa analisa
deskriptif dan inferensial. Dalam analisis digunakan uji statistic “chi-square” dengan rumus
Keterangan :
= Chi-square
ABCD = frekuensi pada sel
= faktor koreksi yates
N = Jumlah sample
Interprestasi hasil
uji dikatakan bermakna dengan kriteria :
x2
hitung > x2 tabel = ada hubungan yang bermakna
x2 hitung < x2
tabel = tidak ada hubungan yang bermaknaPenyajian
data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk narasi dan tabulasi
DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBYEKTIF.
1.
Bayi 6 – 12 bulan adalah bayi laki-laki dan perempuan
yang berumur 6 – 12 bulan.
2.
Pengetahuan
Gizi Ibu adalah pengetahuan tentang gizi yang dimiliki ibu dapat
dipengaruhi perilaku positif yang diperoleh melalui pendidikan formal dan non
formal dengan kriteria objektif :
Cukup :
apabila jawaban responden > 60%
Kurang : apabila jawaban responden <
60%
(Khomsan, 2003)
3.
Pola Asuh Makan Anak adalah cara atau interaksi antara ibu
dan anak diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan anak terhadap makanan,
dengan kriteria :
Cukup : apabila jawaban responden ≥ 60 % dari total skor
Kurang : apabila jawabn responden < 60 % dari total skor
(Judarwanto, 2004)
4.
Status Gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi energi , protein, dan
menggunakan zat-zat gizi.. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan
dengan standar WHO-NCHS. Dengan kriteria objektif :
Gizi Baik :
2 SD sampai + 2 SD
Gizi Kurang :
-3 SD sampai – 2 SD
(Almatsier,
2002)
HASIL DAN BAHASAN
Karakteristik
|
Jumlah
|
n
|
%
|
Umur
|
|
|
6 – 8
|
19
|
41,3
|
9 – 12
|
27
|
58,7
|
Jenis Kelamin
|
|
|
Perempuan
|
26
|
56,5
|
Laki-laki
|
20
|
43,5
|
Jumlah Anggota
Keluarga
|
|
|
> 4 orang
|
17
|
36,9
|
≤ 4 orang
|
29
|
63,1
|
Pengetahuan
Gizi
|
|
|
Cukup
|
14
|
30,4
|
Kurang
|
32
|
69,6
|
Pola Asuh Makan
|
|
|
Cukup
|
30
|
65,2
|
Kurang
|
16
|
34,8
|
Status Gizi
|
|
|
Baik
|
34
|
73,9
|
Kurang
|
12
|
26,1
|
Tabel diatas
menunjukan bahwa dari 46 sampel terdapat
58,7 % (n=27) pada kategori umur bayi 9
– 12 bulan dan 41,3 % (n=19) pada kategori umur bayi 6-8 bulan.
terdapat
56,5 % (n=26) berjenis kelamin perempuan dan 43,5 % (n=20) berjenis kelamin
Laki–laki
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 46 sampel terdapat 36,9 % (n=17) jumlah anggota keluarga dalam kategori > 4
orang dan 63,1% (n=29) dalam kategori ≤ 4 orang kemudian dari 46 sampel terdapat 69,6 % (n=32) pengetahuan gizi ibu dalam kategori kurang
dan 30,4 % (n=14) dalam kategori cukup. Tabel diatas menunjukan bahwa dari 46
sampel terdapat 65,2 % (n=30) pola asuh makan dalam kategori cukup dan 34,8 % (n=16) dalam kategori kurang. Kemudian
dari 46 sampel terdapat 73,9 % (n=34) yang
status gizinya dalam kategori baik
dan 26,1 % (n=12) dalam kategori kurang.
Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi
adalah sampel yang memiliki status gizi baik dengan tingkat pengetahuan dalam
kategori kurang.
Pengetahuan
Gizi Ibu
|
Status Gizi
|
Total
|
Baik
|
Kurang
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Cukup
|
11
|
24
|
3
|
6
|
14
|
30
|
Kurang
|
23
|
50
|
9
|
20
|
32
|
70
|
Total
|
34
|
74
|
12
|
26
|
46
|
100
|
Tabel diatas menunjukan bahwa
dari 46 sampel terdapat 50% (n=23) bayi memiliki ibu yang pengetahuan gizi
kurang dengan status gizi baik dan 24% (n=11) bayi memiliki ibu yang
pengetahuan gizi cukup dengan status gizi baik. Kemudian terdapat 20% (n=9)
bayi yang memiliki status gizi kurang dari ibu dengan pengetahuan gizi kurang
dan 6 % (n=3) bayi yang status gizi kurang dari ibu dengan pengetahuan gizi
cukup.
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05) diperoleh X2 Hitung (0,025) < X2 Tabel (3,841)
berarti hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak berarti tidak
ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status gizi.
Banyak faktor yang
mempengaruhi status gizi, pengetahuan merupakan salah satu faktor tidak
langsung yang ikut berperan dalam menentukan keadaan gizi seseorang. Di
Puskesmas Tongauna sebesar 70% pengetahuan ibu dalam kategori kurang, meskipun
demikian status gizi bayi 6-12 di puskemas Tongauna sebagian besar dalam
kategori baik 85%. Meskipun tingkat pengetahuan rendah namun status gizi bayi
tetap dalam kategori baik sehingga hal ini menggambarkan bahwa tingkat
pengetahuan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi status gizi, terdapat
faktor lain seperti asupan, pendapatan, pekerjaan, sikap dan lain-lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
Penelitian ini bertolak belakang dengan pendapat Suhardjo (2003) yang mengemukakan
bahwa kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan merupakan masalah yang sudah umum. Salah satu sebab masalah kurang
gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Sedioetama (2000), juga mengemukakan bahwa semakin banyak
pengetahuan gizinya, semakin di perhitungkan jenis dan kwantum makanan yang di
pilih untuk di konsumsinya. Awam yang tidak cukup memilki pengetahuan gizi,
akan memilih bahan makanan yang menarik pancaindera dan tidak mengadakan
pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak
pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan
tentang gizi makanan tersebut.
Hubungan Pola Asuh Makan dengan
Status Gizi Ibu
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
bahwa persentase tertinggi adalah sampel yang memiliki status gizi baik dengan
pola asuh makan dalam kategori kurang.
Pola Asuh
Makan
|
Status Gizi
|
Total
|
Baik
|
Kurang
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Cukup
|
19
|
41,3
|
11
|
23,9
|
30
|
65,2
|
Kurang
|
15
|
32,6
|
1
|
2,2
|
26
|
34,8
|
Total
|
34
|
73,9
|
12
|
26,1
|
46
|
100
|
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 46 sampel terdapat 41,3% (n=19) bayi
dengan status gizi baik memiliki pola asuh makan cukup dan 32,6% (n=15) bayi
dengan status gizi baik memiliki pola asuh makan kurang. Kemudian terdapat
23,9% (n=11) bayi dengan status gizi kurang memiliki pola asuh makan cukup dan 2,2 % (n=1) bayi dengan status gizi
kurang memiliki pola asuh makan kurang.
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05) diperoleh X2 Hitung (3,57) < X2 Tabel (3,841)
berarti hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak berarti tidak
ada hubungan yang signifikan antara pola
asuh makan dengan status gizi
Pola asuh makan
merupakan salah satu faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi.
Pola asuh makan bayi 6-12 bulan di Puskesmas Tongauna sebagian besar dalam
kategori cukup 56% dan status gizinya dalam kategori baik sebanyak 85%.
Meskipun pola asuhmakan sebagian besar dalam dalam kategori cukup dan status gizi bayi sebagian besar dalam
keadaan baik hal ini menggambarkan bahwa pola asuh makan bukan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi status gizi atau pola asuh makan memberikan kontribusi
yang sangat kecil terhadap status gizi
Hasil penelitian
ini bertolak belakang dengan pendapat Santoso dan Ranti (2004) yang menyatakan
bahwa salah satu aspek kunci pola asuh gizi adalah aspek pemberian makan.
Sehingga apabila pola asuh gizi suatu warga baik maka praktik pemberian
makannya juga baik. Praktik pemberian makan menyangkut kualitas dan kuantitas
makanan. Dengan cukup makanan yang bermutu mengalami pertumbuhan badan dengan berat badan
sesuai umur atau AKE akan meningkat
KESIMPULAN
1. Pengetahuan
gizi ibu di wilayah kerja Puskesmas Tongauna
Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe tahun 2011
sebagian besar 70 % dalam kategori kurang.
2. Pola asuh makan bayi 6-12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Tongauna Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe
tahun 2011 sebagian besar 65,2% dalam kategori
cukup.
3. Status gizi bayi 6-12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Tongauna Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe
tahun 2011 sebagian besar 74% dalam kategori
baik.
4. Pengetahuan gizi ibu tidak berhubungan
dengan status gizi bayi 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tongauna Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe
tahun 2011
5. Pola asuh makan tidak berhubungan dengan status gizi bayi 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tongauna Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe
tahun 2011.
Saran
1. Bagi Puskesmas Tongauna agar senantiasa
memberikan penyuluhan tentang keluarga sadar gizi (Kadarzi) untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat khususnya ibu sehingga dalam penyediaan makanan dalam
keluarga khususnya bagi bayi dapat
memperhatikan aspek gizinya.
2. Bagi masyarakat terutama kaum ibu
hendaknya mengikuti perkembangan informasi kesehatan khususnya menyangkut bayi
baik melalui kegiatan penyuluhan maupun dari media cetak dan electronik. Dan
hendaknya para ibu selalu aktif mengikuti Posyandu sehingga dapat diketahui perkembangan
status gizi bayinya
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2002.
Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anonimous, 2003.150.000 Bayi &
Balita Meninggal Karena Kekurangan Gizi http://www.kompas.com. (Diakses 10 Juli
2011).
Aritonang dan Priharsiwi, 2006. Busung
Lapar. Media Presindo. Yogyakarta.
Handajani, 1995. Pangan dan Gizi. Penerbit Medyatama
Sarana. Jakarta.
Judarwanto, 2004. Kesulitan Makan
Anak. Puspa Swara. Jakarta.
Khomsan, A. 2003. Pangan
dan Gizi Untuk Kesehatan. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Lee, 1989. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Arcan. Jakarta.
Notoatmojo,S. 2003 Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
O’Brien dan Gill, 1988. Pemeriksaan Klinis Pada Anak. Binarupa
Aksara. Jakarta.
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Persagi, 1992. Penuntun Diit Anak. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Santoso dan Ranti, 2004. Kesehatan
dan Gizi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Sediaoetama, S. 2003. Ilmu Gizi.
Bhrata Karya Aksara. Jakarta.
Seto, S, 2001. Pangan dan Gizi. Institusi Pertanian Bogor.
Soehardjo, dkk. 1996.Pangan Gizi dan
Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
Suhardjo,
2003. Berbagai Cara
Pendidikan Gizi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Supariasa,
IDN, Bakri, dan Fajar I, 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Suryanah, 1996. Keperawatan Anak untuk Siswi SPK. Buku Kedokteran. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar