Translate

Rabu, 15 Oktober 2014

Jurnal : Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Protein dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Siswi di SMA Negeri 1 Kulisusu



HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI PROTEIN DAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN STATUS GIZI SISWI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA


Ellyani Abadi


RINGKASAN

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Protein dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara”(46 halaman + 14 tabel + 5 lampiran).
Masih banyaknya masalah gizi yang lazim terjadi pada masa remaja terutama remaja putri seperti obesitas, kurang gizi, anemia gizi dan kekurangan zat gizi makro. Status gizi baik di usia remaja sangat diperlukan terutama remaja putri agar dimasa kehamilanya nanti sehat dan pertambahan berat badannya adekuat. Tubuh yang berubah cepat pada masa remaja membutuhkan masukan energi, protein dan vitamin dalam jumlah besar. Energi diperlukan sebagai sumber tenaga sel-sel tubuh yang bekerja lebih keras untuk berkembang dan berubah cepat. Protein diperlukan sel untuk membangun diri dan berkembang. Tanpa protein pertumbuhan tidak dapat berlangsung sempurna.
 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi energi, protein, dan pengetahuan dengan status gizi siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
         Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel pada penelitian ini adalah siswi di SMA negeri 1 kulisusu, penarikan sampel dilakukan secara proporsional random sampling, analisis data menggunakan uji statistik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 sampel siswi, Sebesar 51,2% konsumsi energi siswi berada dalam kategori kurang, Sebesar 73,8% tingkat konsumsi protein siswi berada dalam kategori cukup, Sebesar 66,6% tingkat pengetahuan siswi berada dalam kategori cukup, Sebesar 73,80% siswi memiliki status gizi baik, Ada hubungan tingkat konsumsi energi terhadap status gizi siswi (p=0,035), Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi siswi (p=0,035), Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi siswi (p=0,53).
Penelitian ini menyarankan siswi hendaknya lebih memahami pentingnya kecukupan konsumsi energi dan protein terkait dengan perkembangan yang ada dalam tubuh pada masa remaja yang sangat pesat, siswi  dapat mempertahankan kecukupan konsumsi energi dan protein, Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian sejenis guna melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi terhadap remaja khususnya anak sekolah, seperti pola makan, penyakit infeksi, dll.

Kata kunci : Energi Protein, Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Remaja Putri.

Daftar bacaan : 16 (1986-2011)











PENDAHULUAN
          Undang-Undang kesehatan nomor 23 tahun 1992 yang memuat tujuan pembangunan kesehatan bangsa Indonesia merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara proaktif melalui paradigma sehat dengan harapan dalam jangka waktu panjang dapat mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri menjaga kesehatannya (Depkes RI 2003 dalam Yuliansyah 2009).
    Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi sangat bervariasi, meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam kegiatan sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan tergantung pada kualitas makanan, karena efisien penyerapan dengan pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan makanan secara keseluruhan (Suharjo dan Kusharto, 2006).
    Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak. Data demografi menunjukkan remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Berdasarkan data WHO tahun 1995, sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun dan pada tahun yang sama Biro Pusat statistik mencatat populasi remaja Indonesia sebesar 30% dari 200 juta penduduk (Perdede, 2002 dalam Yuliansyah 2009). Tahun 2008, data profil kesehatan Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun adalah sekitar 44 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan 49,2% remaja perempuan (Depkes, 2008 dalam Fitriasari 2008).
    Anwar, 2006  dalam Fitriasari 2008 menyebutkan bahwa banyak masalah gizi yang lazim terjadi pada masa remaja seperti obesitas, kurang gizi kronis, anemia gizi dan kekurangan zat mikro lainnya selain zat gizi. Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain adalah kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang keliru, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu, promosi yang berlebihan melalui media masa, asuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas membawa pengaruh terhadap kebiasaan makanan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat seperti hot dog, pizza, humberger fried chichken dan French fries (Sulistyoningsih, 2011).
    Tubuh yang berubah cepat pada masa remaja membutuhkan masukan energi, protein dan vitamin dalam jumlah besar. Energi diperlukan sebagai sumber tenaga sel-sel tubuh yang bekerja lebih keras untuk berkembang dan berubah cepat (Anonimous, 2011). Energi ini diperoleh dari bahan makanan sumber lemak seperti lemak kacang-kacangan dan biji-bijian, sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier, 2004).
   Protein diperlukan sel untuk membangun diri dan berkembang. Tanpa protein pertumbuhan tidak dapat berlangsung sempurna. Protein disebut juga zat pembangun yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan badan, pembentukan jaringan-jaringan baru, dan pemeliharaan tubuh. Selain itu, protein juga berguna untuk menjernihkan pikiran, dan meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan (Anonimous, 2011).
   Kebutuhan energi dan protein setiap orang berbeda tergantung jenis kelamin, usia dan kondisi tubuhnya. Seseorang harus menjaga keseimbangan kebutuhan energi agar tubuh dapat melakukan segala proses fisiologis guna menjamin kelangsungan hidup. Bila seseorang salah dalam menghitung dan merencanakan kebutuhan energi dan protein maka dapat menimbulkan dampak yang tidak baik pada status gizi (Irianto dalam Yuliansyah 2009).
   Kabupaten Buton Utara merupakan salah satu kabupaten pemekaran, kabupaten ini terbentuk pada tanggal 2 juli 2007 dan sejak itu belum pernah ada penelitian/survey yang berkaitan dengan status gizi utamanya pada golongan umur > 15 tahun, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Status Gizi Siswi di SMA Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
    Penelitian yang dilakukan oleh Bahrun (2008) tentang Hubungan Pengetahuan dan Pola Makan dengan Status Gizi Remaja di SMU Negeri 1 Kendari dengan sampel siswi remaja di SMA Negeri 1 Kendari diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan pola makan dengan status gizi.
    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi siswi di SMA Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional Studi. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2-8 September 2011 bertempat di SMA Negeri 1.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi yang berada di SMA Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara berjumlah 518 orang.
Sampel  adalah  siswi remaja putri di SMA Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara yang berada pada kelas X dan kelas XI, dan XII yang terpilih menjadi sampel berjumlah 84 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Random Sampling.         Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo (2002) ), yaitu : 
 



Keterangan  :
N                        =   Besar populasi
n                         =   Besar Sampel
d                         =   tingkat kepercayaan (0,1)
Perhitungan besar sampel :
                 518
 n   =
           1+518 (0,12)
                          
 n   =    84
        Dari hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak  84 orang.


JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA

Data Primer
Meliputi data tentang tingkat konsumsi energi dan protein yang diperoleh dengan menggunakan metode recall 2 x 24 jam berselang, dan pengetahuan gizi diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) serta status gizi yang diperoleh melalui pengukuran antropometri..
Data Sekunder
      Meliputi data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang diperoleh dari dokumen Sekolah Negeri Umum 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.

PENGOLAHAN DATA
Proses pengolahan data yang dilakukan adalah : Editing Data, Pada tahap ini kuesioner dicek kembali, sehingga dapat dipastikan bahwa kuesioner benar-benar terisi secara lengkap. Proses pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan komputerisasi, dikatakan berhubungan jika nilap p < α 0,05 dengan menggunakan uji chi_square (tabel x2).
Analisis data meliputi analisis :
1.      Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian yakni tingkat konsumsi energi, protein, tingkat pengetahuan, dan status gizi siswi remaja putri, untuk memperoleh gambaran/karakteristik sampel dibuat tabel distribusi frekuensi.
2.      Analisi bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan tingkat konsumsi energi, protein, dan tingkat pengetahuan dengan status gizi siswi  remaja putri kemudian dilakukan uji statistik Chi_square dengan komputerisasi

PENYAJIAN DATA
Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

DEFINISI OPERASIONAL
a.      Tingkat konsumsi energi adalah jumlah asupan energi yang perhari, berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi (2004) dengan kriteria obyektif:
Cukup apabila konsumsi energi sehari ≥ 90% dari AKG
Kurang apabila konsumsi energi sehari < 90% dari AKG
b.      Tingkat konsumsi protein adalah jumlah asupan protein yang dikonsumsi perhari, dengan kategori berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi (2004) dengan kriteria obyektif :
Cukup apabila konsumsi protein sehari ≥ 90% dari AKG
Kurang apabila konsumsi protein sehari < 90% dari AKG
c.       Tingkat pengetahuan adalah kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan tentang gizi dengan kriteria obyektif:
Tingkat pengetahuan cukup apabila skor jawaban ≥ 60 % total skor
Tingkat pengetahuan kurang apabila skor jawaban < 60 % total skor
(Widyani, 2009)
d.      Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat penggunaan zat gizi yang diperoleh tubuh, (Almatsier, 2004). Dalam penelitian ini indeks antropometri yang digunakan adalah indeks BB/U, kriteria objektif yang digunakan adalah :
Gizi lebih   : > + 2 SD
Gizi baik    : > - 2SD  -   + 2 SD
Gizi kurang           : < – 2 SD
Gizi buruk : < - 3 SD
(Supariasa, dkk, 2001)
Untuk kepentingan analisis dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
Gizi baik    : ≥ - 2 SD
Gizi kurang           : < - 2 SD
e.       Remaja adalah anak usia 10-19 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Widyastuti 2009 dalam Widyani 2009).

HASIL DAN BAHASAN
Karakteristik
Jumlah
n
%
Umur Bayi


13-15
16-19
17
67
20,23
79,76
Kelas


X
XI
XII
35
27
22
41,67
32,14
26,19
Distribusi Sampel Menurut Konsumsi Energi


Cukup
Kurang
41
43
48,8
51,2
Distribusi Sampel Menurut Konsumsi Protein


Cukup
Kurang
62
22
73,8
26,2
Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pengetahuan


Cukup
Kurang
56
28
66,66
33,33
Status Gizi


Baik
Kurang
62
22
73,80
26,20

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar 79,76% sampel berada pada kategori umur 16-18 tahun dan sebagian kecil 20,23% sampel berada pada kategori umur 13-15 tahun. 41,66% sampel berada pada kelas X dan sebesar 32,14% sampel pada kelas XI dan sebesar 26,19%  sampel berada pada kelas XII. 48,8% tingkat konsumsi energi sampel berada pada kategori cukup dan sebesar 51,2 % tingkat konsumsi energi sampel berada pada kategori kurang. 73,8% tingkat konsumsi protein sampel berada pada kategori cukup dan sebesar 26,2% tingkat konsumsi protein sampel berada pada kategori kurang. 66,66% tingkat pengetahuan sampel berada pada kategori cukup dan sebesar 33,33% tingkat pengetahuan sampel berada pada kategori kurang. 73,80% status gizi sampel berada pada kategori baik dan sebesar 26,19% status gizi sampel berada pada kategori kurang.

Hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi
Tingkat Konsumsi Energi
Status Gizi
Total
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
%
Cukup
Kurang
35
27
85,4
62,8
6
16
14,6
37,2
41
43
100
100
Total
62
73,80
22
26,19
84
100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 41 sampel yang memiliki tingkat konsumsi energi cukup sebagian besar 85,4% berstatus gizi baik, dan dari 43 sampel yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang sebesar 63,8% berstatus gizi baik.
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p = 0,035 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi
       Penelitian ini sejalan dengan  penenelitian yang dilakukan oleh (Maruti, 2007) yang meneliti tentang hubungan tingkat konsumsi energi dan protein  terhadap status gizi santri di Madrasah Tsanawiyah Baiturrahman, Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang menyatakan bahwa ada hubungan yang  significant antara konsumsi energi dan protein dengan status gizi.
Hasil penelitian Yuliansyah (2009) juga menyatakan terdapat hubungan yang significant antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi siswi SMA Negeri 1 Toho Kabupaten Pontianak.
            Energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, dengan demikian diperlukan asupan makanan yang cukupa kedalam tubuhnya (Kartasapoetra, 2003). Seseorang yang kurang makan akan lemah baik daya ingat maupun daya kegiatan karena kurangnya zat-zat yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energy.
Menurut Suhardjo dalam Kartasapoetra 2003, seseorang tidak akan dapat bekerja melebihi dari apa yang dimakan kecuali meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan mengakibatkan keadaan gawat yaitu status gizi yang kurang.
   Dengan demikian sangat jelas kaitan antara konsumsi energi dengan status gizi dan hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Jika asupan energi cukup maka seseorang akan dapat mempunyai status gizi yang baik dan dengan status gizi yang baik maka pertumbuhan dan perkembangan orang tersebut akan semakin baik, dan sebaliknya jika asupan energi kurang maka seseorang akan cenderung mempunyai status gizi yang kurang baik dan dengan status gizi yang kurang baik maka dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan.
       Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Widyani 2009, yang meneliti tentang hubungan konsumsi energi protein dan pengetahuan gizi dengan status gizi siswi SMA Negeri 7 Mataram yang menunjukkan bahwa konsumsi energi memiliki hubungan yang significant dengan status gizi

Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi
Tingkat Konsumsi Protein
Status Gizi
Total
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
%
Cukup
Kurang
50
12
80,6
54,5
12
10
19,4
45,5
62
22
100
100
Total
62
73,80
22
26,19
84
100
Tabel diatas menunjukan bahwa dari  dapat dilihat bahwa dari 62 sampel yang memiliki tingkat konsumsi protein cukup sebagian besar 80,6%  berstatus gizi baik, dan dari 22 sampel yang memiliki tingkat konsumsi protein kurang sebesar 54,5% berstatus gizi baik.
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p = 0,035 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi.
Menurut Almatsier (2004) protein mempunyai fungsi yang khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,  yaitu pertumbuhan, memperbaiki sel yang rusak dan keadaan tertentu sebagi pengatur sel darah, pengatur keseimbangan cairan tubuh, dan membentuk antibody.
Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi protein dengan status gizi mempunyai hubungan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya asupan protein. Protein dalam tubuh mempunyai fungsi sebagai pembangun struktur tubuh, juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan akan terus terjamin. Akan tetapi dalam keadaan kekurangan asupan, maka akan terjadi gejala-gejala kekurangan protein seperti pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreatifitas dan daya kerja merosot (Kartasapoetra, 2003).
       Sesuai dengan fungsinya, protein mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang, jika asupan protein baik maka pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam tubuh sesorang tersebut akan semakin baik, dan jika asupan protein kurang maka pertumbuhan dan perkembangan kurang maksimal.
       Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian Yuliansyah (2009) juga menyatakan terdapat hubungan yang significant antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi siswi remaja di SMA Negeri 1 Toho Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Widyani 2009, yang meneliti tentang hubungan konsumsi energi protein dan pengetahuan gizi dengan status gizi siswi SMA Negeri 7 Mataram yang menunjukkan bahwa konsumsi protein memiliki hubungan yang significant dengan status gizi.

Hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi
Pengetahuan Ibu
Status Gizi
Total
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
%
Cukup
Kurang
43
19
76,8
67,9
13
9
23,2
32,1
56
28
100
100
Total
62
73,80
22
26,19
84
100
Tabel diatas menunjukan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 56 sampel yang memiliki tingkat pengetahuan kategori cukup sebagian besar 76,8% berstatus gizi baik, dan dari 28 sampel yang memiliki tingkat konsumsi protein kurang sebesar 67,9% (n=19) berstatus gizi baik.
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p = 0,539 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang  melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain yang penting akan terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto, 2002).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi. Karena pengetahuan mempengaruhi tingkat konsumsi dan berdampak langsung pada status gizi. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Supariasa, (2001) yang mengemukakan bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung, diantara faktor tidak langsung itulah terdapat tingkat pengetahuan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi, namun pengetahuan gizi memiliki peran yang penting. Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup, khususnya tentang kesehatan seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 2007).
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan dalam menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 1986).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widyani 2009, yang meneliti tentang hubungan konsumsi energi protein dan pengetahuan dengan status gizi siswi SMA Negeri 7 Mataram yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang significant antara tingkat pengetahuan dengan status gizi siswi.
Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain yaitu tingkat konsumsi energi dan protein, infeksi, aktifitas, dll.

KESIMPULAN
1.      Sebesar 51,2% tingkat konsumsi energi siswi remaja putri berada dalam kategori kurang.
2.      Sebesar 73,8% tingkat konsumsi protein siswi remaja putri berada dalam kategori cukup.
3.      Sebesar 66,6% tingkat pengetahuan siswi remaja putri berada dalam kategori cukup.
4.      Sebesar 73,80% siswi remaja putri memiliki status gizi baik.
5.      Ada hubungan tingkat konsumsi energi terhadap status gizi siswi remaja putri
6.      Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi siswi remaja putri
7.      Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi siswi remaja putri.
SARAN
1.      Siswi remaja putri hendaknya lebih memahami pentingnya kecukupan konsumsi energi dan protein terkait dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan pesat yang ada dalam tubuh pada masa remaja.

2.      Siswi remaja putri  dapat mempertahankan kecukupan konsumsi energi dan protein.

3.      Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian sejenis guna melihat faktor-faktor lain , seperti pengetahuan gizi, kebiasaan jajan, pola asuh, pola makan, penyakit infeksi, dll yang dapat mempengaruhi status gizi terhadap remaja khususnya anak sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
                  ,2011.http://id.wapklisnet.com/gizi-seimbang-bagi-remaja,diakses tanggal 11 September 2011
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit buku kesokteran. EGC. Jakarta

Bahrun . M,2008. Hubungan Pengetahuan dan Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Kendari. Jurnal Gizi.Kendari.

Fitriasari, 2010.Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Putri Tentang Menstruasi Di SMPN 1 Kalinyamatan Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Kartasapoetra, 2003. Ilmu Gizi,Korelasi Kerja,Kesehatan dan Produktif Kerja. Rineka Cipta.Jakarta.

Maruti, Retno, 2007. Hubungan Antara Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Santri di Madrasah Tsanawiyah Baiturrahman Desa Katerban, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Skripsi yang tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Notoatmodjo, 2002. Metode penelitian kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

……………., 2007. Kesehatan Masyarakat, ilmu dan Seni. Rineka cipta.Jakarta.


Suhardjo,1986.Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Suhardjo dan Kusharto. 2006  Sosio Budaya Gizi  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB Bogor.

Soekanto, 2002. Pengetahuan gizi. Rineka cipta. Jakarta

Soetjiningsih 1998. Tumbuh kembang anak. Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta

Sulistyaningsih,2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.Yogyakarta.

Supariasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta

Yuliansyah,D 2009, Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja Putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.

Widyani,D 2009. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Protein Dan Pengetahuan Dengan Status Gizi Siswi SMA Negeri 7 Mataram Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar