HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI PROTEIN
DAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN STATUS GIZI SISWI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA
Ellyani Abadi
RINGKASAN
”Hubungan Tingkat Konsumsi
Energi Protein dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Siswi di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara”(46 halaman + 14 tabel + 5 lampiran).
Masih banyaknya masalah gizi yang lazim terjadi pada masa remaja
terutama remaja putri seperti obesitas, kurang gizi, anemia gizi dan kekurangan
zat gizi makro. Status gizi baik di usia remaja sangat diperlukan terutama
remaja putri agar dimasa kehamilanya nanti sehat dan pertambahan berat badannya
adekuat. Tubuh yang berubah cepat
pada masa remaja membutuhkan masukan energi, protein dan vitamin dalam jumlah
besar. Energi diperlukan sebagai sumber tenaga sel-sel tubuh yang bekerja lebih
keras untuk berkembang dan berubah cepat. Protein diperlukan sel untuk membangun diri dan berkembang. Tanpa protein
pertumbuhan tidak dapat berlangsung sempurna.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi energi, protein,
dan pengetahuan dengan status gizi siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel pada
penelitian ini adalah siswi
di SMA negeri 1 kulisusu, penarikan sampel dilakukan secara proporsional random
sampling, analisis data menggunakan uji statistik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 84 sampel siswi, Sebesar 51,2% konsumsi energi siswi berada dalam
kategori kurang, Sebesar 73,8% tingkat konsumsi protein siswi berada dalam
kategori cukup, Sebesar 66,6% tingkat pengetahuan siswi berada dalam kategori
cukup, Sebesar 73,80% siswi memiliki status gizi baik, Ada
hubungan tingkat konsumsi energi terhadap status gizi siswi (p=0,035), Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan
status gizi siswi (p=0,035), Tidak
ada hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi siswi (p=0,53).
Penelitian ini menyarankan siswi
hendaknya lebih memahami pentingnya kecukupan konsumsi energi dan protein
terkait dengan perkembangan yang ada dalam tubuh pada masa remaja yang sangat
pesat, siswi dapat mempertahankan
kecukupan konsumsi energi dan protein, Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan
penelitian sejenis guna melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi status
gizi terhadap remaja khususnya anak sekolah, seperti pola makan, penyakit
infeksi, dll.
Kata kunci : Energi Protein, Pengetahuan Gizi, Status
Gizi, Remaja Putri.
Daftar bacaan : 16 (1986-2011)
PENDAHULUAN
Undang-Undang kesehatan nomor 23
tahun 1992 yang memuat tujuan pembangunan kesehatan bangsa Indonesia merupakan
upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara proaktif melalui paradigma
sehat dengan harapan dalam jangka waktu panjang dapat mendorong masyarakat
untuk bersikap mandiri menjaga kesehatannya (Depkes RI 2003 dalam Yuliansyah 2009).
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi sangat bervariasi, meskipun faktor-faktor
seperti ukuran badan, jenis
kelamin, macam kegiatan sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan tergantung pada kualitas
makanan, karena efisien penyerapan dengan pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan makanan secara keseluruhan (Suharjo
dan Kusharto, 2006).
Remaja merupakan tahap akhir
pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak. Data
demografi menunjukkan remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia.
Berdasarkan data WHO tahun 1995, sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja
berumur 10-19 tahun dan pada tahun yang sama Biro Pusat statistik mencatat populasi remaja Indonesia
sebesar 30% dari 200 juta penduduk (Perdede, 2002 dalam Yuliansyah 2009). Tahun 2008, data profil kesehatan
Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun adalah
sekitar 44 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan
49,2% remaja perempuan (Depkes, 2008 dalam Fitriasari 2008).
Anwar, 2006 dalam Fitriasari 2008 menyebutkan
bahwa banyak masalah gizi yang lazim terjadi pada masa remaja seperti obesitas,
kurang gizi kronis, anemia gizi dan kekurangan zat mikro lainnya selain zat
gizi. Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara
lain adalah kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang keliru, kesukaan yang berlebihan terhadap
makanan tertentu, promosi yang berlebihan melalui media
masa, asuknya produk-produk makanan baru
yang berasal dari negara lain secara bebas membawa pengaruh terhadap kebiasaan
makanan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal
dari negara barat seperti hot dog, pizza, humberger fried chichken dan French
fries (Sulistyoningsih, 2011).
Tubuh yang berubah cepat pada masa
remaja membutuhkan masukan energi, protein
dan vitamin dalam jumlah besar. Energi diperlukan sebagai sumber tenaga sel-sel
tubuh yang bekerja lebih keras untuk berkembang dan berubah cepat (Anonimous, 2011). Energi ini diperoleh dari bahan
makanan sumber lemak seperti lemak kacang-kacangan dan biji-bijian, sumber
karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier, 2004).
Protein diperlukan sel untuk membangun diri dan berkembang. Tanpa protein pertumbuhan tidak dapat berlangsung
sempurna. Protein disebut juga zat
pembangun yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan badan,
pembentukan jaringan-jaringan baru, dan pemeliharaan tubuh. Selain itu, protein
juga berguna untuk menjernihkan pikiran, dan meningkatkan konsentrasi dan
kecerdasan (Anonimous, 2011).
Kebutuhan energi
dan protein setiap orang berbeda tergantung jenis kelamin, usia dan kondisi tubuhnya.
Seseorang harus menjaga keseimbangan kebutuhan energi agar tubuh dapat melakukan segala proses fisiologis
guna menjamin
kelangsungan hidup. Bila seseorang salah dalam menghitung dan merencanakan kebutuhan energi dan protein maka dapat
menimbulkan dampak yang
tidak baik pada status gizi (Irianto dalam Yuliansyah 2009).
Kabupaten
Buton Utara merupakan salah satu kabupaten pemekaran, kabupaten
ini terbentuk pada tanggal 2 juli 2007 dan sejak itu belum pernah ada
penelitian/survey yang berkaitan dengan status gizi utamanya pada golongan umur
> 15 tahun, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
Status Gizi Siswi di SMA
Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
Penelitian yang dilakukan oleh Bahrun (2008) tentang Hubungan Pengetahuan dan Pola Makan
dengan Status Gizi Remaja di
SMU Negeri 1 Kendari dengan sampel siswi remaja di SMA Negeri 1 Kendari diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dan pola makan dengan status gizi.
Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi siswi di SMA Negeri 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Studi. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2-8
September 2011 bertempat di SMA Negeri 1.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi yang berada di SMA Negeri 1 Kulisusu Kabupaten
Buton Utara berjumlah 518 orang.
Sampel
adalah siswi remaja putri di SMA Negeri 1 Kulisusu
Kabupaten Buton Utara yang berada pada kelas X dan kelas XI, dan XII
yang terpilih menjadi sampel berjumlah 84 orang. Pengambilan
sampel menggunakan teknik Proporsional Random Sampling. Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Notoatmodjo
(2002) ), yaitu :
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar Sampel
d = tingkat kepercayaan (0,1)
Perhitungan besar sampel :
518
n =
1+518 (0,12)
n
= 84
Dari hasil perhitungan, maka
jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 84 orang.
JENIS DAN CARA
PENGUMPULAN DATA
Data
Primer
Meliputi data tentang tingkat konsumsi energi dan
protein yang diperoleh dengan menggunakan metode recall 2 x 24 jam berselang, dan pengetahuan gizi diperoleh melalui wawancara
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) serta status gizi yang
diperoleh melalui pengukuran antropometri..
Data
Sekunder
Meliputi data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang diperoleh dari
dokumen Sekolah Negeri Umum 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
PENGOLAHAN
DATA
Proses
pengolahan data yang dilakukan adalah : Editing Data, Pada tahap ini
kuesioner dicek kembali, sehingga dapat dipastikan bahwa kuesioner benar-benar
terisi secara lengkap. Proses
pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan
komputerisasi, dikatakan berhubungan
jika nilap p < α 0,05
dengan menggunakan uji chi_square (tabel x2).
Analisis data
meliputi analisis :
1.
Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel
penelitian yakni tingkat konsumsi energi, protein, tingkat pengetahuan, dan
status gizi siswi remaja putri, untuk memperoleh gambaran/karakteristik sampel
dibuat tabel distribusi frekuensi.
2.
Analisi bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat
hubungan tingkat konsumsi energi, protein, dan tingkat pengetahuan dengan
status gizi siswi remaja putri kemudian
dilakukan uji statistik Chi_square
dengan komputerisasi
PENYAJIAN
DATA
Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
DEFINISI
OPERASIONAL
a. Tingkat konsumsi energi adalah jumlah asupan energi yang perhari,
berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi (2004) dengan
kriteria obyektif:
Cukup apabila konsumsi
energi sehari ≥ 90% dari AKG
Kurang apabila konsumsi
energi sehari < 90% dari AKG
b. Tingkat konsumsi protein adalah jumlah asupan protein yang dikonsumsi
perhari, dengan kategori berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi (2004) dengan
kriteria obyektif :
Cukup apabila konsumsi protein sehari ≥
90% dari AKG
Kurang apabila konsumsi protein sehari
< 90% dari AKG
c. Tingkat pengetahuan adalah kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan tentang gizi dengan
kriteria obyektif:
Tingkat
pengetahuan cukup apabila skor jawaban ≥ 60 % total skor
Tingkat
pengetahuan kurang apabila skor jawaban < 60 % total skor
(Widyani, 2009)
d. Status
Gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat penggunaan zat gizi yang
diperoleh tubuh, (Almatsier, 2004).
Dalam penelitian ini indeks antropometri yang digunakan adalah indeks BB/U,
kriteria objektif yang digunakan adalah :
Gizi lebih : > + 2 SD
Gizi baik : > - 2SD - + 2 SD
Gizi kurang : < – 2 SD
Gizi buruk : < - 3 SD
(Supariasa,
dkk, 2001)
Untuk
kepentingan analisis dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
Gizi baik : ≥ - 2 SD
Gizi kurang : < - 2 SD
e.
Remaja adalah anak usia 10-19 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu
dipersiapkan sejak dini (Widyastuti 2009 dalam Widyani 2009).
HASIL DAN BAHASAN
Karakteristik
|
Jumlah
|
n
|
%
|
Umur Bayi
|
|
|
13-15
16-19
|
17
67
|
20,23
79,76
|
Kelas
|
|
|
X
XI
XII
|
35
27
22
|
41,67
32,14
26,19
|
Distribusi
Sampel Menurut Konsumsi Energi
|
|
|
Cukup
Kurang
|
41
43
|
48,8
51,2
|
Distribusi
Sampel Menurut Konsumsi Protein
|
|
|
Cukup
Kurang
|
62
22
|
73,8
26,2
|
Distribusi
Sampel Menurut Tingkat Pengetahuan
|
|
|
Cukup
Kurang
|
56
28
|
66,66
33,33
|
Status Gizi
|
|
|
Baik
Kurang
|
62
22
|
73,80
26,20
|
Dari tabel diatas menunjukkan
bahwa sebagian besar 79,76% sampel berada pada kategori umur 16-18 tahun dan
sebagian kecil 20,23% sampel berada pada kategori umur 13-15 tahun. 41,66%
sampel berada pada kelas X dan sebesar 32,14% sampel pada kelas XI dan sebesar
26,19% sampel berada pada kelas XII. 48,8%
tingkat konsumsi energi sampel berada pada kategori cukup dan sebesar 51,2 %
tingkat konsumsi energi sampel berada pada kategori kurang. 73,8% tingkat
konsumsi protein sampel berada pada kategori cukup dan sebesar 26,2% tingkat
konsumsi protein sampel berada pada kategori kurang. 66,66% tingkat pengetahuan
sampel berada pada kategori cukup dan sebesar 33,33% tingkat pengetahuan sampel
berada pada kategori kurang. 73,80% status gizi sampel berada pada kategori baik
dan sebesar 26,19% status gizi sampel berada pada kategori kurang.
Hubungan tingkat konsumsi energi dengan
status gizi
Tingkat Konsumsi Energi
|
Status Gizi
|
Total
|
Baik
|
Kurang
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Cukup
Kurang
|
35
27
|
85,4
62,8
|
6
16
|
14,6
37,2
|
41
43
|
100
100
|
Total
|
62
|
73,80
|
22
|
26,19
|
84
|
100
|
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 41 sampel yang memiliki tingkat konsumsi energi
cukup sebagian besar 85,4% berstatus gizi baik, dan dari 43 sampel yang
memiliki tingkat konsumsi energi kurang sebesar 63,8% berstatus gizi baik.
Berdasarkan analisis statistik dengan
menggunakan uji chi-square, diperoleh
nilai p = 0,035 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
konsumsi energi dengan status gizi
Penelitian
ini sejalan dengan penenelitian yang
dilakukan oleh (Maruti, 2007) yang meneliti tentang hubungan tingkat konsumsi
energi dan protein terhadap status gizi
santri di Madrasah Tsanawiyah Baiturrahman, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang significant
antara konsumsi energi dan protein dengan status gizi.
Hasil penelitian Yuliansyah (2009) juga
menyatakan terdapat hubungan yang significant antara tingkat konsumsi energi
dengan status gizi siswi SMA Negeri 1 Toho Kabupaten Pontianak.
Energi
dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein,
dan lemak, dengan demikian diperlukan asupan makanan yang cukupa kedalam
tubuhnya (Kartasapoetra, 2003). Seseorang yang kurang makan akan lemah baik
daya ingat maupun daya kegiatan karena kurangnya zat-zat yang diterima tubuhnya
yang dapat menghasilkan energy.
Menurut Suhardjo dalam Kartasapoetra
2003, seseorang tidak akan dapat bekerja melebihi dari apa yang dimakan kecuali
meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam
ini akan mengakibatkan keadaan gawat yaitu status gizi yang kurang.
Dengan demikian sangat jelas kaitan antara konsumsi energi dengan status
gizi dan hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Jika
asupan energi cukup maka seseorang akan dapat mempunyai status gizi yang baik
dan dengan status gizi yang baik maka pertumbuhan dan perkembangan orang
tersebut akan semakin baik, dan sebaliknya jika asupan energi kurang maka
seseorang akan cenderung mempunyai status gizi yang kurang baik dan dengan
status gizi yang kurang baik maka dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan.
Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Widyani 2009, yang meneliti tentang hubungan konsumsi
energi protein dan pengetahuan gizi dengan status gizi siswi SMA Negeri 7
Mataram yang menunjukkan bahwa konsumsi energi memiliki hubungan yang
significant dengan status gizi
Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan
Status Gizi
Tingkat Konsumsi Protein
|
Status Gizi
|
Total
|
Baik
|
Kurang
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Cukup
Kurang
|
50
12
|
80,6
54,5
|
12
10
|
19,4
45,5
|
62
22
|
100
100
|
Total
|
62
|
73,80
|
22
|
26,19
|
84
|
100
|
Tabel diatas menunjukan bahwa dari dapat dilihat bahwa dari 62 sampel
yang memiliki tingkat konsumsi protein cukup sebagian besar 80,6% berstatus gizi baik, dan dari 22 sampel yang
memiliki tingkat konsumsi protein kurang sebesar 54,5% berstatus gizi baik.
Berdasarkan
analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square,
diperoleh nilai p = 0,035 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat konsumsi protein dengan status gizi.
Menurut Almatsier (2004) protein mempunyai fungsi yang khas yang tidak
dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
pertumbuhan, memperbaiki sel yang rusak dan keadaan tertentu sebagi pengatur
sel darah, pengatur keseimbangan cairan tubuh, dan membentuk antibody.
Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi
protein dengan status gizi mempunyai hubungan yang signifikan. Hal ini disebabkan
karena status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya asupan protein.
Protein dalam tubuh mempunyai fungsi sebagai pembangun struktur tubuh, juga
akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan akan
terus terjamin. Akan tetapi dalam keadaan kekurangan asupan, maka akan terjadi
gejala-gejala kekurangan protein seperti pertumbuhan kurang baik, daya tahan
tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreatifitas dan daya kerja
merosot (Kartasapoetra, 2003).
Sesuai dengan fungsinya, protein
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang, jika asupan protein baik
maka pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam tubuh sesorang tersebut
akan semakin baik, dan jika asupan protein kurang maka pertumbuhan dan perkembangan
kurang maksimal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil
penelitian Yuliansyah (2009) juga menyatakan terdapat hubungan yang significant
antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi siswi remaja di SMA Negeri 1
Toho Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Widyani 2009, yang meneliti tentang hubungan konsumsi
energi protein dan pengetahuan gizi dengan status gizi siswi SMA Negeri 7
Mataram yang menunjukkan bahwa konsumsi protein memiliki hubungan yang
significant dengan status gizi.
Hubungan tingkat pengetahuan dengan status
gizi
Pengetahuan Ibu
|
Status Gizi
|
Total
|
Baik
|
Kurang
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Cukup
Kurang
|
43
19
|
76,8
67,9
|
13
9
|
23,2
32,1
|
56
28
|
100
100
|
Total
|
62
|
73,80
|
22
|
26,19
|
84
|
100
|
Tabel diatas menunjukan Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa dari 56 sampel yang memiliki tingkat pengetahuan kategori
cukup sebagian besar 76,8% berstatus gizi baik, dan dari 28 sampel yang
memiliki tingkat konsumsi protein kurang sebesar 67,9% (n=19) berstatus gizi baik.
Berdasarkan
analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square,
diperoleh nilai p = 0,539 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan status gizi.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi
setelah orang melakukan pengindraan,
melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain yang penting akan
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan diperoleh dari informasi baik
secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh
dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan
sebagainya. Serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis
(Soekanto, 2002).
Pengetahuan
merupakan salah satu faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi.
Karena pengetahuan mempengaruhi tingkat konsumsi dan berdampak langsung pada
status gizi. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Supariasa, (2001) yang mengemukakan bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung, diantara faktor tidak
langsung itulah terdapat tingkat pengetahuan.
Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung yang
mempengaruhi status gizi, namun pengetahuan gizi memiliki peran yang penting.
Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup, khususnya tentang kesehatan
seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan
timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 2007).
Kurangnya
pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan dalam
menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 1986).
Penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widyani 2009, yang meneliti
tentang hubungan konsumsi energi protein dan pengetahuan dengan status gizi
siswi SMA Negeri 7 Mataram yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang significant
antara tingkat pengetahuan dengan status gizi siswi.
Tidak adanya
hubungan antara pengetahuan dengan status gizi kemungkinan dipengaruhi oleh
faktor lain yaitu tingkat konsumsi energi dan protein, infeksi, aktifitas, dll.
KESIMPULAN
1.
Sebesar 51,2% tingkat konsumsi energi siswi
remaja putri berada dalam kategori kurang.
2.
Sebesar 73,8% tingkat konsumsi protein siswi
remaja putri berada dalam kategori cukup.
3.
Sebesar 66,6% tingkat pengetahuan siswi remaja
putri berada dalam kategori cukup.
4.
Sebesar
73,80% siswi
remaja putri memiliki status gizi
baik.
5.
Ada hubungan tingkat konsumsi energi terhadap
status gizi siswi remaja putri
6.
Ada hubungan
tingkat konsumsi protein dengan status gizi siswi remaja putri
7.
Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan gizi
dengan status gizi siswi remaja putri.
SARAN
1. Siswi
remaja putri hendaknya lebih memahami pentingnya kecukupan konsumsi energi dan
protein terkait dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan pesat yang ada dalam
tubuh pada masa remaja.
2. Siswi
remaja putri dapat mempertahankan
kecukupan konsumsi energi dan protein.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar
melakukan penelitian sejenis guna melihat faktor-faktor lain , seperti
pengetahuan gizi, kebiasaan jajan, pola asuh, pola makan, penyakit infeksi, dll
yang dapat mempengaruhi status gizi terhadap remaja khususnya anak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
,2011.http://id.wapklisnet.com/gizi-seimbang-bagi-remaja,diakses tanggal 11 September 2011
Arisman, 2004. Gizi dalam
Daur Kehidupan. Penerbit buku kesokteran. EGC. Jakarta
Bahrun . M,2008. Hubungan
Pengetahuan dan Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja Putri Di SMA Negeri 1
Kendari. Jurnal Gizi.Kendari.
Fitriasari, 2010.Hubungan
Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Putri Tentang Menstruasi Di SMPN 1 Kalinyamatan
Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Kartasapoetra, 2003. Ilmu
Gizi,Korelasi Kerja,Kesehatan dan Produktif Kerja. Rineka Cipta.Jakarta.
Maruti, Retno, 2007. Hubungan Antara Asupan Energi dan
Protein dengan Status Gizi Santri di Madrasah Tsanawiyah
Baiturrahman Desa Katerban,
Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Skripsi yang tidak
dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Notoatmodjo, 2002. Metode
penelitian kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
……………., 2007. Kesehatan
Masyarakat, ilmu dan Seni. Rineka cipta.Jakarta.
Suhardjo,1986.Berbagai Cara
Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
Suhardjo dan
Kusharto. 2006 Sosio Budaya Gizi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat antar Universitas Pangan dan
Gizi, IPB Bogor.
Soekanto, 2002. Pengetahuan
gizi. Rineka cipta. Jakarta
Soetjiningsih 1998. Tumbuh
kembang anak. Penerbit buku
kedokteran, EGC, Jakarta
Sulistyaningsih,2011. Gizi
untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Supariasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit buku
kedokteran, EGC, Jakarta
Yuliansyah,D 2009, Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Gizi Remaja Putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten
Pontianak. Skripsi,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.
Widyani,D 2009. Hubungan
Tingkat Konsumsi Energi Protein Dan Pengetahuan Dengan Status Gizi Siswi SMA
Negeri 7 Mataram Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar